#SORTULVSERIES 1
Axel dan Marsya yang selalu adu mulut jika bertemu. Bukan tanpa sebab, awalnya mereka adalah dua remaja berbeda gender yang menjalin hubungan persahabatannya dari sejak kecil. Namun karena satu kejadian, Marsya menganggap bahwa Axel...
Happy Reading! Sebelum keasikan baca, JANGAN LUPA DI FOLLOW DULU AKUN WATTPAD AKU. VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF NYA JUGA GAK BOLEH LUPAAA!
GRATIS GAK BAYAR!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAGIAN 25: ALASAN SEBENARNYA
“Xel, lo berubah akhir-akhir ini. Kenapa?” tanya Tegar dengan tatapan seriusnya ke arah Axel.
Belum sempat Axel menjawab, ada Reno yang ikut menimpali. “Gue setuju sama Tegar. Sebenernya, lo ini kenapa Xel? Hampir seminggu ini, lo keliatan murung, suka melamun, di tanya bukannya jawab malah langsung pergi gitu aja.” semuanya mengangguk menyetujui ucapan Reno. Mereka ikut merasakan perubahan Axel.
Axel mendengar, namun belum tertarik untuk menjawab.
Melihat Axel diam saja, yang lainnya pun ikut terdiam seraya memerhatikan setiap gerakan Axel.
“Lo juga keliatan banget kayak suka menghindar gitu dari Marsya? Apa kalian ada masalah?” Tegar bertanya kembali setelah hampir satu menit diam memandangi Axel.
Rangga menimpali Tegar. “Tapi, gue ngerasa ada yang beda kali ini. Biasanya mereka kalo ada masalah apapun juga tetep keliatan deket, lah ini malah ngejauh. Kan gak asik!”
“Kalo lo anggep kita ini sahabat dan saudara lo, silakan cerita.” Tegar mempersilakan Axel untuk bercerita. Bukannya memaksa Axel untuk bercerita. Ia hanya mendesaknya sedikit saja untuk Axel. Ada kalanya Tegar mendesak Axel untuk menceritakan masalah yang di hadapinya, ada kalanya juga Tegar berusaha menjaga batasan. Karena ia tahu setiap orang butuh privasi masing-masing. Termasuk Axel.
Leon yang sedari tadi diam, kini berdeham pelan. “Jangan berusaha nutupin sesuatu dari kita,” pungkas Leon dengan tegas.
Mendengarkan keluh kesah para sahabat yang merasakan perubahan dalam dirinya, ia jadi tergugah hatinya untuk bercerita. Menceritakan suatu masalah yang sedang di hadapinya kepada teman-temannya. Walaupun sebenarnya, ia hanya ingin dirinya saja yang mengetahui, tapi ia rasa teman-temannya juga harus mengetahui.
Axel mulai berdeham kecil untuk memulai pembicaraannya, agar tidak ada orang lain selain mereka yang mendengar percakapannya.
“Yang waktu Aca berangkat sendiri ke sekolah karena gue ada urusan mendadak pagi-pagi, inget?” Axel menatap satu persatu keempatnya yang kini mengangguk.
“Nah iya. Itu kenapa? Maksud gue, ada apa lo urusan pagi-pagi?” Rangga bertanya dengan kepo.
Axel menyapu pandangannya ke segala arah sebelum memulai bercerita. Setelah dirasa aman, ia barulah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.