23~•

402 31 0
                                    

Telapak tangan wanita yang ia anggap ibu itu kembali menarik kerah baju sang anak, membawanya secara paksa kedalam kamar.

"Berani-beraninya kamu bolos les dan pergi bermain bersama teman kamu itu! Seharusnya kamu itu belajar, mau jadi apa kamu nanti kalau sekarang les aja masih bolos?!"

Anak perempuan yang baru saja menduduki kelas 5 Sekolah Dasar itu menunduk, tak berani menatap tatapan marah ibunya.

"Aku cuma mau main sama teman yang lain-"

"DIAM! Masih berani kamu jawab Ibu?"  Perempuan itu semakin menundukkan kepalanya, tenggorokan nya mulai tercekat menahan tangis. "Kinara, teman kamu itu bukan teman yang baik. Pasti mereka mempengaruhi kamu supaya pergi bermain bersama mereka kan? Mulai sekarang jauhin mereka dan kembali belajar seperti sebelumnya"

Kinara, perempuan kecil itu mengangkat pandangannya, kesal karena Sekar -sang ibu- yang lagi-lagi menyuruh menjauhi teman-teman sekelasnya.

"Tapi-" belum selesai kalimat yang Kin kecil ucapkan, wanita di hadapannya itu mengambil sebuah gunting dari meja belajar dan menodongkan tepat pada leher dirinya sendiri.

"Kinara! Apa perlu Ibu mati dulu supaya kamu mau menuruti kata-kata Ibu?" Sekar berkata dengan tatapan yang menusuk serta raut wajah yang dibuat sedih. Sontak Kin yang masih kecil itu tak bisa menahan air matanya lagi, ia hanya menunduk lalu meminta maaf dengan nada lemah.

"Maaf Ibu, iya aku akan belajar" ucapnya lagi, tangannya sudah berkeringat dingin karena takut. Sekar kini menyimpan guntingnya kemudian mendekati Kin, memberinya jadwal belajar yang terlihat padat dan teratur.

"Bagus, ayok sekarang mulai belajar. Kamu boleh keluar kalau sudah waktunya makan malam" Sekar mengelus kepala Kin sekilas, berjalan menuju pintu, kemudian mengunci sang anak di dalam kamar.

Kinara yang waktu itu masih sangat kecil sudah dipaksa oleh kedua orangtuanya, terutama sang ibu, untuk belajar. Jadwal nya yang diatur oleh Sekar begitu padat sampai Kin sering jatuh sakit karena makan yang tidak teratur, tak jarang di buku catatan nya terlihat jejak bekas darah yang menetes dari hidung wanita itu.

Kinara begitu tersiksa tentu saja, disaat teman-teman sebayanya asik bermain diluar, dirinya hanya bisa diam di dalam kamar yang dipantau langsung oleh Sekar lewat kamera pengawas. Walau disekolah Kin selalu mendapatkan peringkat pertama, tapi sang ibu tak pernah membiarkan dirinya beristirahat.

Wira, ayahnya itu sejak dulu tak pernah melakukan apa-apa, lelaki itu hanya fokus bekerja mengembangkan perusahaan nya. Walau saat Kin dipukuli dan meminta bantuan pada sang kepala keluarga, Wira hanya menasihati Kin agar segera menuruti perkataan Sekar.

Perlakuan Sekar pada dirinya saat kecil tentu mempengaruhi Kinara sampai saat ini, setiap Sekar berkata akan mengakhiri hidup jika Kin tak menuruti nya terus menghantui wanita itu.

Seperti saat ini. Kin terbangun dari tidurnya dengan keadaan berkeringat, tangannya masih gemetar karena kenangan buruk pada masa kecilnya itu muncul dalam mimpi Kin.

Sebuah ketukan pada pintu terdengar, dengan kepala yang sedikit pusing karena bangun mendadak, Kin berjalan membukakan pintu tersebut.

Arin muncul membawa satu bungkus plastik berisi 2 bungkus makanan untuk mereka sarapan. Kin menyuruh Arin agar duduk terlebih dahulu sementara dirinya masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Ini, kemarin sempet bingung lo tiba-tiba ajak sarapan bareng, gue kira lagi berantem sama Nay" ucap Arin, menyodorkan makanan bagian Kin.

"Mana ada, karena Nay masih dirumah sakit disini jadi kerasa sepi makanya gua ajak lo" ujar Kin disela-sela menyuap nasi nya.

CAUSE I'M YOURS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang