24~•

381 29 0
                                    

"Nay"

Ray, lelaki yang sudah siuman itu memanggil nama sang kembaran dengan nada lemahnya. Sementara yang dipanggil menatap kosong pada layar ponsel digenggamnya itu, tak berniat menyahut panggilan Ray.

"Naya!" Ray memanggil sekali lagi, sedikit agak keras agar suaranya terdengar. Nay yang duduk disebelahnya itu mengangkat pandangannya dengan bingung, menatap ke sekitar lalu menatap kearah Ray.

"Kenapa Ray? Ada yang sakit? Mommy sama Kak Al lagi dijalan mau kesini kok" ucap Nay beruntun, wanita itu terlihat aneh seperti sedang memikirkan sesuatu.

Ray yang berada dalam posisi duduk itu menggeleng, mengambil tangan Nay untuk ia genggam. "Lu kenapa?"

"Ahh gak apa-apa, emang nya kenapa?" Nay terkekeh kecil sembari bertanya balik, Ray masih fokus menatap sang kembaran, mencari kebohongan dari manik mata berwarna coklat terang itu.

"Bohong! Keliatan jelas lu lagi nyembunyiin sesuatu" Ray masih menatap tajam pada Nay, tangannya yang masih dia pegang mencegah Nay agar tidak pergi.

Nay akhirnya menyerah, tadinya ia tak akan cerita karena takut Ray akan khawatir padahal keadaan dirinya sendiri belum sembuh, ia benar-benar tak bisa menyembunyikan kebohongan dari Ray.

"Gak ada apa-apa sih, cuma tadi ketemu sama ibunya Kak Kin, tapi dia gak suka gitu sama gue" ucap Nay singkat, ia tak akan menceritakan seluruhnya pada lelaki yang berwajah sama dengan dirinya ini.

"Kok bisa? Ketemu dimana? Terus pacar lu tahu gak? Dimana dia?" Ray bertanya secara beruntun, Nay menggeleng tak mau bercerita lebih jauh, menyuruh agar Ray kembali berbaring.

"Nanti aja gue ceritanya Ray" raut wajah Ray sedikit menekuk tak suka, ia kembali berbaring tanpa melepaskan genggaman tangan Nay. Sifat Ray terkadang berubah total saat dirinya sedang sakit, dirinya akan lebih manja dan cengeng apalagi jika hanya sedang berdua dengan sang kembaran.

Tak lama dari itu, kedua orangtuanya datang dengan terburu-buru. Ravelita yang baru datang langsung mendekap anak laki-laki nya, sementara Nathaniel terlihat menghela nafas lega sembari mengelus-elus kepala Ray.

Ravelita melepaskan dekapannya, bertanya pada Ray apa ada yang sakit atau tidak. Ray menggeleng kecil sebagai jawaban, "Ray udah gak apa-apa kok, tadi juga udah diperiksa dokter, iya kan Nay?" Nay yang dilempar pertanyaan ikut mengangguk.

"Nay kamu sudah makan belum? Ini Mom bawa makanan, tadi pengen langsung kesini tapi ayah kamu masih ngurusin Callytha yang kabur"

"Hah Callytha kabur? Jadi Dimas beneran kerjasama dengan cewek gila itu?" Nay bertanya dengan tatapan tak percaya, Ray yang mendengar itu sedikit tertegun, masih ada kilatan ketakutan di mata Ray, tadi saat bangun pun Ray terlihat takut seperti itu tapi untungnya Nay ada disebelahnya yang membuat lelaki itu kembali tenang .

"Iyaa, kemarin saat diperiksa polisi ada buktinya di ponsel Dimas, walau polisi sudah mencarinya ke rumah Callytha tapi dia sudah lebih dahulu menghilang" ujar Nathaniel yang terlihat kesal saat membicarakan kedua orang itu.

Nay mengangguk paham, karena tak ada lagi yang ingin Nay ucapkan dan kedua orangtuanya juga pergi untuk menemui dokter, wanita itu membuka kotak bekal yang Ravelita bawa. Baru saja ia akan menyuap, suara pintu yang dibuka dengan cukup keras membuat anak kembar itu terperanjat.

Al datang dengan wajah yang sedikit berkeringat, Nay bisa menebak jika lelaki itu terburu-buru pergi setelah dirinya memberitahu jika Ray sudah siuman.

Al tak menyapa Nay dan langsung memeluk tubuh Ray terlihat cukup erat, Nay yang melihatnya dengan malas jadi merasa dejavu.

Nay yang melihat adegan mesra dihadapannya itu hanya tersenyum kecut, ia bangkit dan memilih pergi meninggalkan mereka berdua dengan tangannya yang masih memegang bekal.

CAUSE I'M YOURS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang