22~•

440 37 0
                                    

“Kata dokter, Ray gimana Mom?” Nay bertanya pada Ravelita yang baru saja keluar dari ruangan dokter.

“Gak ada yang perlu kamu khawatirkan kok Nay, tinggal nunggu Ray siuman aja” Nay mengangguk kecil, ia bisa bernafas sedikit lega.

“Terus sekarang Mom mau kemana?” tanya Nay lagi, Ravelita menatap pada suaminya yang berdiri tak jauh dari mereka kemudian menatap Nay lagi.

Nay ikut menatap sang ayah, Nathaniel yang biasanya selalu menampilkan wajah ceria sekarang terlihat begitu kesal, dan sepertinya Nay paham apa yang akan orangtuanya lakukan.

“Mom mau beresin dulu masalah Ray, kamu jagain dulu Ray kalau dia udah bangun langung telepon Mom”

Nay sekali lagi mengangguk, Ravelita mengusap kepala anakya sekilas lalu baru menyadari keberadaan Kin yang duduk disebelahnya, wanita itu menatapnya sembari tersenyum, “Kinara ya? Maaf ya kita ketemu pas keadaan kayak gini, kapan-kapan dateng kerumah, kita makan siang bareng”

Kin sedikit terkejut karena Ravelita mengetahui namanya, ia mengangguk lalu menjawab dengan canggung “ahh iya Tante.”

Ravelita dan Nathaniel pergi meninggalkan Nay, wanita berambut pirang itu mengajak Kin pergi ke kamar rawat Ray. Saat masuk, mereka menemukan Al yang sudah duduk disebelah ranjang sang kekasih, raut wajahnya tak kalah khawatir seperti kedua orangtuanya.

“Oh Nay, tadi Tante nyari lo” ucapnya setelah menyadari Nay masuk kedalam kamar.

“Iya Kak udah ketemu kok tadi”

Nay menatap pada sang kembaran yang terbaring lemah, dia tahu kalau Ray menjadi seperti ini bukan karena dirinya tapi tetap saja Nay merasa bersalah, andai saja jika Ray ikut bersamanya, atau andai saja dia tidak ikut berlibur dan tetap bersama Ray diam di asrama pasti keadaannya tak akan seperti ini.

Saat Nay sedang berkutat dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba perut wanita itu berbunyi, Kin dan Al refleks menatap Nay dan sedikit terkekeh. “Nay mending lo makan siang duluan aja, biar Ray gua yang jagain”

Nay terlihat tak mau pergi, walau perutnya berbunyi tapi Nay tak mau makan, ia kehilangan selera makan nya. Kin mengajak Nay untuk makan terlebih dahulu tapi sang kekasih tetap keras kepala, masalahnya Nay belum makan dari pagi yang tentu saja membuat Kin khawatir jika Nay akan sakit nanti.

Setelah membujuk Nay berulang kali, Kin akhirnya bisa mengajak Nay pergi makan. Tadinya Kin akan memesankan makanan agar Nay bisa makan sembari menunggu Ray, tapi wanita itu lebih memilih makan diluar.

Nay memakan nasinya dengan tenang, suasana hati wanita itu sepertinya belum membaik padahal ada hal yang ingin Kin tanyakan.

“Hmm Nay?” setelah selesai menghabiskan makanan nya, Kin bertanya dengan hati-hati.

“Kenapa Kak?” Nay menjawab sembari menatap Kin dihadapannya. "Bilang aja Kak gak apa-apa kok" ucapnya lagi ketika Kin terlihat ragu saat ingin mengatakan sesuatu.

"Ahh, tentang tadi. Aku agak kaget pas Tante tahu nama aku, kamu yang cerita Nay?" Kin memang sudah ingin menanyakan tentang hal ini sedari tadi.

"Aku belum ceritanya sih kalau kita udah pacaran, tapi kayaknya Mom udah tahu, soalnya waktu itu aku minta saran sama Mom." Ujar Nay santai, ia menyimpan sendok yang dipegangnya, menjauhkan piring yang isinya masih tersisa.

"Tante gak masalah kan yah sama hubungan kita?" Tanya Kin lagi, Nay yang ditanya mengangguk sebagai jawaban. Kin menghela nafas lega, ia sudah cemas tadi kalau orangtuanya Nay keberatan dengan hubungannya dan Nay.

"Kamu deket banget ya Nay sama Tante?" Kin bertanya lagi, Nay yang ditanya mengangguk sembari tersenyum kecil.

"Dulunya sih yang deket banget sama Mom itu Ray tapi semenjak aku come out kita jadi deket gitu deh, Mom bahkan gak kaget pas aku bilang aku gak suka cowok. Mom juga yang nasehatin aku supaya gak denger ucapan orang lain, yang bikin aku se-percaya diri kayak sekarang." Nay menjelaskan, ia juga sedikit terkekeh di akhir kalimatnya. Kin yang dihadapannya mengangguk kecil, masih menatap nya dengan lembut.

CAUSE I'M YOURS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang