Embun 23

770 76 9
                                    

“Sorry.. Gue telat up pake banget gara-gara lagi mabok streaming anime 😺“

***

Fadh De Groot adalah pria keturunan Indonesia - Belanda. Dia lahir di Padang Timur pada tanggal 22 Oktober 1981. Dia disegani dan juga ditakuti. Dua puluh tahun lebih berkecimpung di dunia militer—membuat Fadh menjadi salah satu orang yang sangat berpengaruh di tanah air. Dia juga menjabat sebagai ketua KPK yang di mana kehadirannya tak hanya mengundang decak kagum di hati para pemujanya, melainkan membuat tikus-tikus berdasi di sana ketar-ketir. Pengaruhnya itu pun membuat Fadh berhasil mendapat gelar Jenderal di dunia kemiliteran.

Segudang prestasi dan tingginya jabatan yang ia miliki tak lantas membuat ia congkak sampai lupa diri. Fadh dikenal sangat ramah, namun tetap saja aura dingin yang ada pada dirinya amat sangat ketara. Hari ini ia mengunjungi gedung DPR untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan kekayaan anggota DPR. Suara nyaring yang berasal dari sepatu pantofel—yang ia kenakan pun membuat banyak pasang mata memicing ke arahnya. Fadh sama sekali tak perduli. Fadh tak memungkiri fakta yang ada, bahwa sebagian besar orang yang ada di sini banyak mencari muka ketika berpapasan dengan dirinya.

Di samping kiri, Danudara bersiap-siap untuk ikut menyambut kedatangannya, namun sialnya Fadh malah berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Danudara tersenyum kecut. Cih! Dia itu ramah? Persetan!, batin Danudara mengumpat. Danudara pun mengedarkan pandangan matanya pada dua orang pria yang saling berjabat tangan; tak jauh dari tempat ia berdiri. Pemandangan itu pun berhasil membuat ia mendidih. Demi apa pun ia tak terima! Satria? Hmph! Danudara mendengus. Danudara merasa jikalau dirinya harus memberi sedikit pelajaran kepada rivalnya itu.

“Goedemorgen, Mr. Fadh De Groot,“ ucap Satria seraya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Inget, pak. Kita harus mencintai bahasa bunda kita sendiri. Salamaik pagi, Pak Satria,“ sahut Fadh.

Dua orang pria itu pun sama-sama tertawa oleh gurauan khas—yang mereka ciptakan sendiri tiap kali bersua. “Saya heran kenapa anda bisa betah di sini? Padahal tikus kecil itu taringnya bisa ngegerogotin baju yang kita pake ampe kita sendiri nggak bisa make baju itu lagi.“ ucap Fadh menohok sekaligus bertanya. Pertanyaannya pun dibalas dengan senyuman oleh Satria. “Tinggal beli yang baru aja, pak, hehehe,“ sahut Satria. Dua pria itu pun menghentikan senda guraunya lantaran Fadh harus kembali bertugas. Satria pun sama, ia juga harus mewakili teman-teman seperjuangannya untuk mengajak Fadh berkeliling. Sebelumnya Fadh berpesan, bahwa cukup satu orang saja—yang menyambut serta membantu pekerjaannya hari ini sehingga ia pun menunjuk Satria sebagai partnernya.

Danudara menyenderkan pinggulnya di meja seraya menghisap rokok ber-aroma buah-buahan. Di ruangan khusus untuk merokok lah ia telah menghabiskan dua tiga batang rokok—yang terasa semakin nikmat untuk dinikmati ketika suasana hati sedang tidak baik-baik saja. Danudara tak hanya dipusingkan oleh tiadanya kesempatan bagi dirinya untuk berbincang-bincang dengan Fadh, melainkan beberapa anggota partai miliknya terbukti melakukan tindak pidana korupsi hingga pencucian uang. Danudara sampai-sampai melepas jasnya, dan menggulung lengan kemejanya hingga ke sikut.

Dua netra ia pun memicing ke arah pintu—yang di mana di sana berdiri seorang pria dengan stelan jenderal militer setelah mendengar seseorang mengetuk pintu—yang tidak lain dan tidak bukan ialah Fadh De Groot. “Mag ik binnenkomen?“ tanya Fadh dalam bahasa Belanda yang berarti 'Boleh aku masuk?'. Danudara memutar bola matanya malas. Sungguh ia sedang tidak berada dalam suasana ingin diganggu oleh siapapun saat ini. Fadh? Sungguh ingin ia berludah di depan wajahnya yang angkuh itu!

Fadh pun masuk ke dalam, lalu duduk di sofa seraya mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya. “Jangan terlalu percaya diri dengan menganggap mereka itu mangsa, karna suatu saat nanti mereka bisa aja ngebabat habis baju yang kamu pake sekarang.“ ucap Fadh sarkasme. Danudara mengerutkan alis. Fadh berbicara seperti itu bukannya tanpa dasar, melainkan ia sudah pernah merasakan betapa perihnya pengkhianatan orang-orang yang telah ia anggap partner sejati, tetapi nyatanya melempari ia duri serta lumpur yang berbau. Fadh memberi sedikit peringatan agar hal—yang sama tidak terjadi lagi.

Embun [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang