Cast Brian Dirgantara
***
Pernikahan ini telah berjalan kurang lebih dua bulan, namun Buja masih minim informasi tentang Satria. Berbanding terbalik dengan Satria yang sepertinya telah mengetahui segala-galanya tentang dirinya, sedangkan Buja? Buja hanya tau sebatas namanya saja. Sungguh ironi. Seandainya hal ini sampai di telinga orang lain mungkin ia akan dicap sebagai istri yang tak tau diri—juga jauh dari kata sujana. Buja pun termenung. Hampir setiap hari ia melihat curahan hati para istri di sosial media—yang di mana mereka mengeluhkan suami mereka—yang entah tap memberi nafkah, kurangnya perhatian, selingkuh, dan lain-lain.
Jika dipikir-pikir lagi tak pernah sekali pun ia menerima perlakuan tak menyenangkan seperti itu dari Satria. Tiba-tiba ekor mata ia pun melirik ke arah almari milik Satria—pun terbesit di pikiran ia tuk mengetahui apa pun yang ada di dalamnya. Buja melihat ke arah pintu kamar terlebih dahulu tuk memastikan jika tidak ada tanda-tanda Satria masuk ke dalam kamar. Sebab baru saja suaminya itu meminta ijin ke luar kamar sementara untuk menyetrika pakaian. Huft, aman, batin Buja seraya menghembuskan nafas lega. Setelah dirasa cukup aman; Buja pun perlahan menggeser tubuhnya ke samping dan berdiri tepat di depan almari.
Buja terperangah oleh pemandangan di dalam almari milik suaminya itu—yang di mana terdapat jam tangan serta dasi dengan berbagai macam merk dan motif berjejer rapi. Uh, jauh banget ama lemari gue yang—, batin Buja mengingat isi alamarinya yang sangat berantakan. Buja pun mengambil satu jam tangan—yang talinya berwarna coklat—juga bertuliskan DW di bawah angka dua belas di jam tangan tersebut. Buja tak lagi berpikir apakah tindakan yang ia lakukan itu lancang atau tidak hingga ia pun mencoba memakainya di tangan kiri.
“Lagi nyari apa, sayang?“
Buja pun tersentak kaget oleh seruan suami ia yang hangat deru nafasnya sampai terasa di telinga. Buja pun refleks membalikkan badannya. Buja heran bagaimana bisa ia tap menyadari kehadiran Satria? Buja tak lagi mampu berkata-kata, sebab mendadak penampakan Satria yang mengenakan baju rajut lengan panjang biru malam—yang tangannya digulung hingga ke siput itu pun seakan menghentikan waktu sejenak. Buja seakan diajak tuk terhanyut ke dalam pesonanya.
“Uhm, a-apu mi-min-ta ma-af, mas, karna udah lancang buka lemari baju punya mas,“
Buja takut kalau-kalau tindakannya itu malah membuat suaminya marah, lalu berkata, “Dasar nggak sopan!“. Buja dapat melihat dengan jelas kedua alisnya yang mengkerut entah karna marah atau—argh! Buja tak tau! Toh cuma penasaran sedikit saja tidak mengapa, kan? “Uhm, a-aku janji mas, aku nggak bakalan ngulangin lagi lain pa—“ gumam Buja menundukkan kepala, namun sejurus kemudian Satria pun mengangkat dagunya dengan jari-jemarinya. Lalu, mengecup bibirnya. Duh, gue musti gimana, nih?, batin Buja.
Satria pun menarik pinggulnya agar dua raga itu—pun saling berhimpitan. Satria pun bertanya apakah Buja marah tatkala ia menempelkan bibirnya dengan sengaja lagi tanpa ijin? Buja berdebar-debar dadanya setelah kecupan nan manis itu berhasil mendarat di bibirnya, bahkan bibirnya masih terasa lembap oleh air liur Satria. Buja tak memiliki keberanian tuk mengangkat wajah tuk sekedar menatap kedua matanya. Buja pun menggelengkan kepala. Satria kembali bertanya, “Seandainya mas cium kamu lagi kamu bakalan dorong mas ato nggak?“.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun [BL]
RomantizmBercerita tentang sebuah pernikahan tiba-tiba dan tidak pernah bertemu sebelumnya. Tapi, malah bertemu untuk pertama kali di pernikahan sendiri.