1. Kosan

3.6K 169 3
                                    

Aku mendorong koperku sembari berlari. Aku sudah tidak tahan. Akibat jalanan jakarta yang macet, dan taxi yang tidak bergerak membuatku menahan air kecilku sangat lama.
Aku sudah sampai dikos, kos ku tidak jauh dari jalan besar. Aku merebahkan tubuhku di kasur yang cukup untuk satu orang ini, kipas yang berkeliling itu membuat mataku mengantuk.

"Halo, dengan lyo ya?"
Aku terjerat. Aku tertegun, gadis cantik berpipi temben dan berlesung pipi sedang tersenyum padaku.

"Maaf memgganggu, ini ada titipan ibu buat kamu"
Aku segera mengambil bingkisan itu.

"Terima kasih"
"Aku Azi, azizi"
"Ah,. Aku lyo. Lyona"
"Kata ibu kamu sepupu aku, hmm. Tapi kenapa aku baru lihat kamu ya?"
"Ah,. Mungkin karna aku lama di kampung"

Percakapan singkat. Ya, keluargaku dan pemilik kosan ini punya ikatan saudara. Namun aku tidak terlalu paham bagaimana aku dan azizi jadi sepupu.
Awalnya aku tidak perlu sewa kos, aku boleh tinggal dengan mereka. Tapi aku ingin berdiri sendiri tanpa bantuan dari siapa pun di kota ini.

Hari pertama kuliah aku telat. Aku pikir akibat kelelahan. Aku bergabung dengan kumpulan mahasiswa baru. Aku terseyum, membalas senyuman wanita yang duduk tak jauh dariku. Azizi, dia sekampus denganku?.

"Gedung fakultas kamu ada disana"
Aku melihat arah jari azi, aku mengangguk dan bersiap untuk pergi.

"Kamu tau dari mana aku fakultas apa?"

"Ibu, ibu cerita lumayan banyak tentang kamu"
Aku mengernyitkan dahiku. Wow, apakah aku harus tersanjung atau sedikit takut.

"Ayuk bareng!"
Azi menggandeng lenganku, aku mengikutinya tanpa kata.

"Kita difakultas yang sama"
Azi menarikku duduk disampingnya. Ia meletakkan tasnya di meja dan menopang dagu di atasnya.

Kehidupan kuliahku berjalan tanpa hambatan, aku pikir semester awal ini akan berlalu begitu cepat. Aku memiliki beberapa teman. Namun yang paling banyak menghabiskan waktu bersama tentu saja azi. Selain karena satu fakultas, tempat tinggal kita juga hanya beda 5 langkah.
Keluarga azi sangat baik kepadaku, bahkan aku sudah beberapa kali makan bersama azi di rumahnya. Lumayan, aku bisa berhemat.

"Kak lyo, boleh pinjem topi ini gak?"
Andra, adik azi satu-satunya itu mengirim pesan singkat padaku. Topi yang ia maksud adalah topi yang aku pakai saat ini, aku baru saja update sosmedku.

"Nih, bawa ke rumah. Andra mau pinjem"
Aku melepas topi dan memberinya pada lyo yang sedang berbaring di kasurku.

Lyo sedikit bergerak mendekat padaku yang sedang duduk di lantai menghadap tv.

"Besok kita mau main sama mereka kan?, disana dingin deh. Aku gak punya jaket yang kece, aku pinjem kamu ya"

Aku menoleh ke azi, aku terkejut. Wajah azi tepat di depanku hanya berjarak 5 cm. Mata azi dan aku bertemu, azi tersenyum dan memiringkan kepalanya.

"Boleh gak?"
Aku tersadar, jantungku berdegup cepat. Aku berdiri dan membuka lemari kecil yang tingginya hanya sebahuku.

"Boleh, pilih aja"

"Wow, pakaian kamu warnanya gelap semua. Hitam, abu, coklat,. Ah ini aja yang terang. Putih"
Azi memilah2 isi lemariku sambil tertawa, aku berdecak dan berbaring dikasur.

"Aku gak suka warna cerah, terlalu mencolok. Akan jadi perhatian orang"

"Kenapa?, menurutku tanpa baju cerah kamu juga bakal di perhatikan orang"

"....."

"Soalnya kamu itu menarik lyo, kamu cantik, tinggi, misterius, asik juga"
Kata-kata azi membuat telinga dan pipiku panas.

"Kamu suka warna apa?"

" kebalikannya dari kamu, aku suka semua warna cerah. Pink, merah, kuning, semua deh"
Aku memgangguk setuju. Azi terlihat sangat baik dengan warna apa pun. Seperti kataku, dia pun sangat cantik dan imut. Apalagi ketika terseyum, aku suka sekali senyum itu.

"Aku coba baju ini ya"
Aku bangkit secepat mungkin menahan tangan lyo ketika ingin membuka baju. Tanganku menyentuh sedikit dadanya, aku menarik tanganku.

"Coba di rumah aja sana, nih bawa beberapa. Nanti balikin kalau gak jadi pakai"
Aku meletakkan beberapa baju pilihan azi di tangannya. Aku mendorong bahunya untuk keluar dari kamar kosku. Azi kebingungan namun tak protes saat aku mengusirnya.
Aku menutup pintu dan bergegas kembali baring. Pipiku terasa semakin panas. Aku menutup wajahku dengan bantal dan berusaha menenangkan degup jantungku yang berdetak tak karuan.

Butterfly & AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang