Aku terbangun, aku meraih hp dan melihat jam. 08.00. Aku meregangkan tubuhku. Aku tersentak saat sadar azi sudah tidak ada. Aku melihat barang azi juga sudah tidak ada. Aku beranjak duduk dan mulai mengotak atik hp.
"Kamu dimana? Di rumah?" Pesan whatsapp ku terkirim, lalu terbaca. Aku menunggu namun azi tidak membalas. Aku bergegas mandi untuk ke kampus.
Aku kembali menatap layar hp sebelum keluar kos. Pesanku belum juga dibalas azi. Aku pun bergerak mengeluarkan motor dari kosan. Langkahku terhenti. Hatoku terasa sakit melihat azi memasuki mobil beni. Sakitnya bertambah ketika melihat keramahan senyum ibu melambaikan tangan ke mereka. Aku tetap diam menunggu ibu masuk ke rumah, lalu mendorong pelan motorku.
Sepanjang jalan pikiranku penuh dengan pertanyaan. Ada apa ini?, kenapa? Apakah yang terjadi tadi malam tidak ada artinya bagi azi? Apa hanya aku yang merasakan ketulusan. Ah aku bodoh, tentu saja hanya aku. Apa kamu lupa bagaimana respon azi ketika kamu mengutarakan isi hati?, apa dia menerima dan membalas?, apa yang aku harapkan?.
Mata itu, bibir dan sentuhan itu masih sangat jelas aku ingat dan rasakan. Apa azi tidak menganggap yang terjadi malam itu. Ah tuhan, aku benar sudah jatuh lebih dalam. Aku mencintainya. Apa yang harus aku lakukan?.
Dadaku terasa sesak. 1 km kedepan gerbang kampus, dadaku semakin sesak. Aku belum siap mekihat azi, aku rasa aku akan menangis. Aku memutar arah motorku, aku bergerak menjauhi kampus, aku melaju lebih cepat. Aku membuka kaca helm ku, membiarkan angin menampar wajahku. Mataku terasa panas, setitik embun menetes dari ujung mataku. Aku berusaha menahannya agak tak jatuh lebih banyak.
Hari ini harusnya aku persentasi kelompok, dan hari ini adalah kelas prof yang aku kagumi. Ini pertama kalinya aku bolos, namun aku tidak khawatir, karena materi persentasi sudah ada di azi, laptop yang kita gunain tadi malam juga laptop azi. Aku tidak masalah jika kehadiranku merusak kesucian absensiku. Aku hanya ingin menenangkan hatiku. Aku memasuki cafe tempatku bekerja, aku memakai epronku dan langsung bekerja, aku menyibukkan diri hari ini. Aku mematikan ponsel untuk fokus bekerja, dan ngobrol tipis bersama rekan kerja ketika tak ada konsumen.
Hari sudah pukul 14.00. Aku mulai lapar. Aku izin ke teman untuk keluar makan. Aku bergegas kekuar, namun aku berpapasan dengan beni.
"Eh lyo, kok disini. Gak ngampus?"
"Ah... lagi males ben" jawabku gugup
"Ini mau kemana?"
"Mau keluar, makan"
"Makan disini aja, sebentar. Itu disana ada azi dan temen kamu yang lain. Kamu kesana aja dulu, aku mau ke toilet"
Ah. Aku mendesah berat, haruskah aku kesana?, sepertinya ini bukan hal bagus. Aku melangkah berat mendekati meja mereka.
"Eh, ini orangnya. Gila kamu ya lyo, kita udah khawatir ternyata kamu ngumpet disini" omelan andina menyambutku, aku hanya nyengir dan duduk diantara mereka.
"Tumben lyo gak masuk, dicariin prof loh" ujar pica
"Aku kesiangan" jawabku asal. Aku menoleh ke azi, ketika mata kami bertemu, azi cepat berpaling. Aku menundukkan pandanganku, hatiku kembali sedih.
"Lyo pesen makanannya, katanya mau makan. Pesen gih, tenang aku yang bayar" ucap beni sembari duduk di sebelah azi.
"Aduh, sering-serinf boleh loh ben. Asik ya punya gebetan loyal begini" ayu mulai menggoda azi dengan mencolek bahunya, azi tertawa kecil diikuti tawa teman yang lain. Aku memperhatikan azi, mataku terasa panas.
Makanan ku tidak habis. Aku menyudahi makanku dari pada aku paksakan, sepertinya perutku menolak makanan ini. Aku tidak mengikuti obrolan teman-teman, aku sungguj tidak tertarik. Usai makan aku izin kembali bekerja. Aku bergegas tanpa sekalipun melihat azi, aku hanya ingin cepat pergi dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly & Angel
Teen FictionLyo baru saja sampai di jakarta. Ini pertama kalinya ia pergi dari rumah untuk melanjutkan pendidikannya. setelah 18 tahun hidup bersama keluarga, sudah saatnya lyo kekuar untuk mencari pengalaman hidup yang lebih lagi. Lyo tidak sabar menanti apa y...