21. menunjukkan rasa

1.1K 80 1
                                    

Ding dong .. bel kamar

Suara derinf hp, bsrsahutan berusaha membangunkanku. Bersusah payah aku membuka mataku, awalnya kabur dan silau, kepalaku pun terasa sangat berat. Aku meraba sekitarku memcari hpku yang sejak tadi ribut, namun tanganku tak mendapatkan apa-apa. Aku pun bangkit perlahan dan duduk. Hp ku ternyata jauh ada di pantry dekat lemari. Sambil bersungut aku turun dari kasur.

Plang... kakiku menendang kaleng yang berserak di lantai. Ah.. aku tersadar apa yang aku lakuin tadi malam, serpihan cemilanku juga berserak disana. Ah... kepalaki berdenyut ketika mendengar suara bel kamar. Siapa sih pagi-pagi hini buat keributan. Aku jalan terhuyung menuju pintu dan membukanya.

Mataku terbuka penuh ketika melihat azi berdiri disana. Awalnya terkejut, namun berubah menjadi kesal dan kecewa. Aku membiarkan azi masuk dan menutup pintu. Tanpa bertanya aku bergerak mencari air dan meminum habis air di botol. Aku masih berdiri di tempatku, menatap azi yang merapikan kaleng dan cemilan yang berserak di lantai.

"Sorry" ucapnya. Aku tak menjawab. Aku berjalan melewatinya dan duduk di kursi yang menghadap ke jendela. Aku memperhatikan jalanan pagi yang masih lengang.

"Aku harus apa biar kamu maafin aku?, aku gak tau mau jelasin gimana, aku sama ibu sampai rumah jam 10 malam. Aku gak mungkin izin pergi dan bilang nginap di jam segitu" azi berdiri di dekatku

"Lyo..." aku menepis tangan azi yang menyentuh pipiku. Azi tampak terkejut. Aku berdiri dan menatapnya.

"Kamu tau gimana aku nunggu kamu? Kami tau gak gimana khawatirnya aku?, kamu mikirin gak gilanya aku nunggu kabar kamu?" Nadaku mulai naik.

"A..a..aku tau lyo, aku udah usaha cari cara buat kasih kamu kabar, charge aku ketinggalan dirumah, aku minjem sama orang" jelas azi

"Padahal kamu bisa kasih tau aku sebelum malam kalau kamu gak bisa datang"

"Aku gak ada kepikiran buat gak datang, aku juga mau ketemu kamu, karna itu biasanya waktu kita"

"Waktu kita??, kalau kamu ngehargai waktu kita, kamu gak akan bagi waktu kamu buat aldo"

Emosiku memuncak. Azi terdiam. Aku menutup gorden jendela. Aku menggenggam pergelangan tangan azi, menariknya dan mendorongnya ke kasur. Ku genggam kedua tangan azi yang berontak, kini aku berada di atasnya. Aku menciumi bibirnya dengan kasar, azi tidak terima dengan perlakuanku, ia berusaha melepaskan diri, mendorongku bahkan berusaha menendangku. Aku menahan semua gerakan azi dan terus menciuminya dengan kasar, aku membuka kancing baju dan celananya secara brutal.

PLAK.... azi menamparku dengan keras. Aku tertegun merasakan sakitnya pipi kiriku. Kami berdua hening, mencerna kejadian barusan. Aku perlahan bangkit, tanpa melihat azi, tanpa berkata apa-apa aku berjalan mengambil handuk dan masuk ke toilet.

Aku menatap diriku yang kacau di cermin toilet. Air mataku tumpah. Ya aku menangis sesenggukan disana. Rasa sakit yang menumpuk sejak malam akhirnya tumpah ruah. Aku masuk ke bathub, ku tenggelamkan wajahki disana merasakan hangatnya air membasahi seluruh badanku. Aku berdiam disana sampai kehabisan napas.

Aku keluar dari toilet. Azi sudah tak disana, namun kamar terlihat lebih rapi. Aku memakai bajuku dan bersiap chekout. Aku melewatkan breakfastku, saat ini aku hanya ingin segera balik ke kos untuk mengumpulkan energiku, karena esok pun aku harus kembali ke rutinitasku di weekday.

Sudah 3 hari sejak hari itu aku dan azi belum ada berkomunikasi. Aku pun tak memaksakan keadaan, karena aku pikir kita butuh waktu buat tenangin diri.

Ah hari ini sabtu. Pikiran pertamaku ketika bangun pagi ini. Aku bermalasan pagi ini sebelum mandi dan kerja. Seperti biasa jam 2 siang aku kelar kerja, aku melihat obrolan grup 1 hari yang lalu. Hari ini bakal bertemu ber 6 disalah satu cafe hits. Aku melihat keluar, cuaca cerah.

Butterfly & AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang