Azizi POV
Aku membuka mataku, ku kerjapkam sejenak untuk memghindari silau. Aku melihat jam di dinding sudah jam 07.00. Aku menatap wajah cantik di depanku. Ia masih terlelap.
Wajah cantik ini yang selalu menemaniku sejak beberapa tahun lalu. Aku masih ingat pertama kali aku bertemu dengan dia di kosnya. Wajahnya yang putih, senyumnya manis, matanya indah, gayanya yang cool membuatku terpesona sejak awal.
Aku berusaha mendekatinya. Aku sangat ingin menjadi temannya. Kian lama kian akrab sampai aku tak ingim berpisah darinya. Seiring berjalan waktu, bertambah pula rasaku padanya. Sayangku semakin besar, berubah ingin memiliki dia seutuhnya.
Wanita. Ya jenis kelamin kami yang sama membuatku maju mundur, bahkan lebih banyak mundurnya hingga aku harus menghindarinya, membohogi perasaanku, kehilangannya. Semua sudah aku lalui hingga titik ini. Titik dimana aku dan dia kembali bersama. Bersama tidak sebatas teman, namun sebagai keluarga, kekasih.
Bibir itu, aku menyentuhnya. Dia sedikit terusik dengan sentuhanku. Aku menyukai bibir ini. Aku sangat terobsesi dengannya. Sentuhannya, kasih sayangnya, aku candu sekali. Namun aku tidak tau cara menunjukkan rasaku padanya. Tiap kali ia memanggil sayang padaku, aku sungguh malu. Rasanya aku ingin sekali lari dan bersembunyi dibalik selimut. Aku bersusah payah menahan maluku. Aku tidak membalas panggilan sayangnya, jika membalas tentu mukaku akan semerah tomat.
Jangankan itu. Untuk membalas ketika dia menyatakan cinta padaku pun aku tak sanggup. Aku bahagia dengannya, aku ingin selalu bersamanya. Aku suka semua tentangnya. Harumnya, suaranya, marahnya, cdmburunya, tangisnya. Ah tidak.. aku tidak suka tangisnya. Wakti itu mendengar tangisnya dari balik kamar mandi aja sudah mengiris-iris hatiku, bahkan tercabik. Aku tak kuat dan meninggalkannya sendirian disana.
Aku bergerak menyentuh pipinya. Lyo bergerak, sedikit mengerang dan perlahan membuka matanya. Ia tersenyum manis dengan mata yang masih menyipit. Ia mendusel di dadaku yang masih telanjang. Bukan hanya mendusel, ia menyentuh payudaraku dan menciumnya. Aku merasakan geli disana.
"Sayang, jangan ih" ucapku. Aku mengatup mulutku menyadari kerefleksanku bilang sayang. Lyo menghentikan ciumannya. Ia mendongakkan kepalanya mentapaku.
"Kamu manggil aku apa?"
"Apa?" Tanyaku berpura-pura.
"Aku mau dengan lagi, please!" Pintanya. Aku mengernyitkan dahiku, wajah cantik ini meluluhlantakkan hatiku.
"Sayang" ucapku lembut. Ia tersenyum, matanya berbinar.
"Aku mau denger itu lebih sering, boleh?" Pintanya, aku mengangguk dan membelai pipinya. Ia tersenyum senang. Ia menghujani ciuman di wajahku. Kurasa cukup, aku memegang kedua pipi lyo dan menjauhkannya dari wajahku.
"Mandi yuk, makan di mall, lalu anter aku pulang" ucapku
"Oke, setelah ini" ucapnya. Aku mengerutkan keningku. Lyo masuk ke dalam selimut dan merangkak ke bawah kakiku. Astaga, aku merasakan sengatan lagi di bawah sana. Aku berusaha mendorong lyo menjauh, namun aku kalah kuat, rasa nikmat membuat kekuatanku berkurang. Lyo benar-benar menguasaiku. Ia melumatku disana. Aku mengerang, mendesah dan berkeringan pagi-pagi begini.
Lyo kekuar dari balik selimut dan mendongak ke arahku. Ia masih berada di atasku. Aku terengh kelelahan.
"Lagi?" Tanyanya. Gila pikirku, aku mendorong lyo dengan sisa tenagaku. Untungnya lyo tidak bersikeras, dia hanya terkekeh melihatku. Kurang asem pikirku ketika lyo hanya melenggong ke kamar mandi meninggalkanku yang masih kewalahan mengatur napasku.
Aku sudah kelaparan. Tanpa basa basi memesan makanan dan makan dengan lahap. Aku dan lyo tak banyak ngobrol saat makan, sepertinya kami samam-sama butuh energi, karena malam dan pagi kami banyak melakukan hal-hal aneh. Usai makan lyo membawaku untuk nongkrong di coffe shop, namanya mantan barista ya. Azi tidak pernah lepas dari kopi, tapi dia bukan si penggila kopi yang minum 2atau 3 x sehari. Baginya sekali cukup, tidak mesti kopi mahal, kopi sachetan pun dia mau.
Selain ngopi, lyo juga memesan cake dan jus untukku. Lyo kurang suka cake, namun sesekali aku cekokin ia cake. Karena aku menyuapinya dengan melotot tentu lyo tak bisa menolak suapan kekasihnya ini.
Sudah mulai sore, lyo mengajakku pulang. Ia takut hujan. Aku pun menurut. Ternyata benar, dipertengahan jalan hujan. Karena nanggung lyo tidak berteduh karena takut kemalaman, kebetulan lyo hanya bawa satu jas hujan, lyo hanya memakaikan jas hujan untukku. Aku sempat menolak pikirku karena lyo yang nyetir tentu hujan akan lebih menyerbu dia, aku bisa saja bersembunyi dibalik badannya. Namun lyo menolak.
Sesampainya di depan rumahku hujan sudah berhenti. Lyo membersihkan air di jas hujan sebelum memasukkannya ke jok motornya. Lyo menatapku, ia memperbaiki rambutku yang berantakan dan sedikit basah.
"Sayang kamu basah banhet, gak mau nginep aja?" Tawarku, lyo menggeleng. Tentu lyo menolak, karena besok ia harus kerja.
"Sebentar ya, tunggu!" Ucapku. Aku bergegas masuk rumah dan keluar dengan membawa hoodie tabalku. Ku pakaikan ke lyo agar hawa dingin tak menusui hingga ke tulangnya karena baju basahnya.
"Terima kasih sayang" ucapnya
"Are u ok?" Tanyaku karna mendengar suara paraunya.
"Sure" ujarnya sambil berdehem.
"Eh sayang hampir lupa" ucapnya. Ia merogoh saku tasnya. Dia manarik pergelangan tanganku dan memakaikan sesuatu disana.
"Aku beliin buat kamu udah lama, baru kesampean sekarang kasihnya" ucapnya. Aku tersenyum senang melihat pergelangan tanganku yang kini dihiasi perhiasan indah.
"Ini diamond, jangan hilang ya!"ucapnya gemes. Aku tertawa.
"Mahal dong" celetukku. Lyo mencium punggung tanganku
"Harga diamond nya biasa aja sih, yang mahal yang makai. Saking mahalnya gak bisa dilabelin harganya" jawaban lyo membuat hatiku berbunga, aku tersipu malu dengan perlakuan sayangku ini.
"Ya udah pulang sana" ucapku. Azi melangkah maju mendekat padaku. Ia memelukku.
"Terimakasih azi, aku bahagia sekali. Aku tau kedepan gak akan mudah buat kita. Mungkin kita harus sembunyi hanya sekedar pelukan begini. Tapi aku gak kan pernah nyerah untuk hubungan ini, aku sayang banget sama kamu. Jangan lepasin tangan aku ya" ucapnya. Hatiku terenyuh mendengar suara lirih lyo. Aku membalas pelukannya. Ku peluk erat gadis cantikku ini.
"Aku mencintaimu" ucapku singkat. Lyo melepas pelukannya dan menatapku erat.
"Apa? Bisa diulang gak?" Pintanya. Aku tertawa melihat ekspresinya. Setelah ku ingat ini pertama kali aku bilang cinta ke dia. Aku bergerak mendekatkan wajahku ke telinganya.
"Aku mencitaimu sayangku, lyona" bisikku. Wanitaku tersipu, mukanya memerah.
"Aduh, terbang gue" ujarnya. Kami pun tertawa bersama.
Aku melambaikan tanganku padanya. Ku pandangi punggungnya hingga hilang di belokan komplek. Aku senyum-senyum masuk ke rumah. Aku merebahkan tubuhku menatap langit kaamrku. Aku merasakan jantungku berdetak mengingat kejadian semalam, mukaku terasa panas, perutku terasa penuh dengan ribuan kupu-kupu. Ya tuhan, aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan orang yang sama. Aku mohon kuatkan kami, ijinkan tangan kami selalu bergandengan, ijinkan kami berbagi suka duka bersama. Aku sunggu mencintainya dengan segenap hatiku. Tuhan, jadikan dia selamanya milikku. Jangan rebut kebahagiaanku.
END
#end
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly & Angel
Teen FictionLyo baru saja sampai di jakarta. Ini pertama kalinya ia pergi dari rumah untuk melanjutkan pendidikannya. setelah 18 tahun hidup bersama keluarga, sudah saatnya lyo kekuar untuk mencari pengalaman hidup yang lebih lagi. Lyo tidak sabar menanti apa y...