Hari-hariku berjalan seperti biasa. Kuliah dan pekerjaanku berjalan dengan baik. Hubunganku dengan azi juga membaik seperti awal kita berteman. Tidak ada lagi rasa kaku dan bingung mau ngobrolin apa.
Beni dan azi masih masa pendekatan, sudah satu bulan berlalu sejak saat azi kram kaki. Mereka belum lanjut ke jenjang yang lebih seperti pacaran. Namun beni masih aktif komunikasi dengan azi, bahkan sesekali ajak azi main.
Aku sudah membiasakan diri dengan hal itu. Azi juga tampak mengerti perasaanku. Ia tidak lagi nongkrong di cafe ku bekerja jika sedang pergi bersama beni. Bahkan ketika beni sedang telpon azi menjauh dariku. Kadang aku merasa tidak enak jika azi melakukan hal itu, aku seperti orang jahat yang menjadi benalu di kebahagian sahabat sendiri.
"Uhhh... perut aku gak enak banget" keluh azi. Ia merebahkan kepalanya di atas meja.
"Lagi mens?" Tanyaku
"Hmmm... aku pengen minum yang hangat"
Aku beranjak dari dudukku. Aku membuka rak makanan ku, mengambil teh celup dan beranjak ke dapur kos untuk masak air panas.
"Nih,. Awas panas" ujarku. Azi mengankat kepalanya. Meniup teh dan meminumnya perlahan.
"Makasih lyoku..." ucap azi manis. Aku tersenyum.
"Udah sana kamu tidur, biar aku yang lanjut ngerjain"
"Boleh?, beneran?"
"Iya udah sana!, ntar aku berubah pikiran tauk" jawabku mendorong azi sedikit. Azi segera beranjak dan berbaring di kasur.
"Kalau butuh obat nyeri ada di kotak bawah kasur" ujarku tanpa mengalihkan pandangan dari laptop. Hari ini sepulang kampus aku dan azi sepakat ngerjain tugas di kosku. Kebetulan hari ini aku tidak kerja. Sejak pagi azi sudah keliatan tidak nyaman dengan perutnya, yang biasanya paling semangat sarapan tapi kali ini tidak.
Aku merrgangkan pinggangku. Ku matikan laptop dan ku letak kaca mataku. Aku mengedipkan mataku menghilangkan rasa pegal di mata. Aku menoleh pada azi yang tidur lelap sekali. Aku mendekati azi. Ku pandangi wajah itu.
Mataku berhenti di bibir azi. Dadaku berdetak cepat. Seperti magnet tanganku bergerak menyentuh bibir itu. Ku elus perlahan, bergerak dari bibir atas hingga ke bawah, lalu menekannya sedikit. Lembutnya bibir azi membuat hatiku terasa geli, aku mendekatkan wajahku, napas azi terasa di wajahku, aku melihat mata azi yang tertutup bergerak, aku tersenyum malu. Sepertinya azi sudah bangun, namun aku tak beranjak. Aku mempertahankan posisi wajahku seperti itu lebih lama, aku merasakan napas azi lebih cepat. Aku membelai pipinya, lalu mengelus kepalanya. Aku mencium kening azi sekian detik.
Aku berbalik dan tersenyum geli. Mengingat bahwa azi sudah bangun saat itu, namun tetap memilih menutup matanya dan pura-pura masih tidur. Aku membereskan meja yang berantakan dengan buku. Lalu aku menyambar handukku hendak mandi.
Keluar dari kamar mandi, aku melihat azi sudah bangun dan bermain hp.
"Mandi gih, mau ikut keluar gak?" Tanyaku sambil memakai lotion.
"Mau kemana?"
"Minimarket, pengen jajan. Terus mau cari makan malam. Atau kamu mau makam di rumah aja?, ibu masak apa ya..?"
"Keluar aja yuk!, ada pasar malam tauk deket kok dari sini" ujar azi semangat.
"Ok"
"Lyo... " azi terlihat kesal ketika keluar dari kamar mandi.
"Kenapa?"
"Ah bra aku jatuh, basah" ujarnya sambil menenteng bra pink nya. Aku hanya tertawa.
"Trus?? Mau pakai punya aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly & Angel
Teen FictionLyo baru saja sampai di jakarta. Ini pertama kalinya ia pergi dari rumah untuk melanjutkan pendidikannya. setelah 18 tahun hidup bersama keluarga, sudah saatnya lyo kekuar untuk mencari pengalaman hidup yang lebih lagi. Lyo tidak sabar menanti apa y...