Hari ini sesuai janji bareng teman, kita berkumpul di rumah Andina. Aku dan azi pergi bersama pakai motorku. Teman yang lain belum sampai, hanya aku, azi, andina dan pica saja. Kami mengepak barang yang akan dibawa. Hari ini kami akan camping di salah satu tempat yang lumayan jauh, sekitar 2 jam dari rumah andina. Berangkat mengendarai mobil andina adalah kesepakatan yang bagus, mengingat akan barang bawaan kami. 30 menit berlalu ayu dan mesi belum tiba.
Andina sedikit mengomel dengan keterlambatan mereka."Guys, aku bawa makanan banyak ini"
Ayu mengangkat dua plastik ditangannya. Andina teriak kegirangan, aku dan yang lainnya tertawa melihat perubahan mood andina.Kita sudah sampai di tempat camping. Hari sabtu begini tentu saja banyak orang yang akan menghabiskan waktu di tempat seperti ini. Udara Sejuk, asri, jauh dari hiruk piruk kota. Beberapa tenda di sekitar kami sudah berdiri dan tampak mereka mulai santai menyantap makanan.
Aku, ayu dan pica mulai mendirikan tenda. Tenda ini kami sewa dari pemilik camp. Ukurannya cukup untuk kami ber 6.
"Aaa..."
Azi menyodorkan potongan tomat padaku. Aku yang masih bergulat dengan tenda menggeleng cepat. Azi tetap memaksaku membuka mulut."Katanya kamu suka tomat, ini. Sebelum aku masukin ke panci deh"
Azi menoel bahuku. Tanpa sengaja aku menepis tangannya dan membuat tomat itu jatuh. Aku menoleh ke azi yang terdiam mengembungkan pipinya."Zi tomatnya udah belum?"
Azi membalikkan badannya menghampiri andina.Hari mulai gelap. Lampu-lampu tenda mulai menyala, suara petikan gitar dari seberang mulai terdengar. Aku keluar dari tenda setelah memakai jaket dan topi kuplukku.
Azi dan lainnya sudah santai di depan tenda siap menyantap makanan. Aku memghampiri mereka. Aku melirik azi yg duduk di depanku. Dia sama sekali tidak berbicara padaku sejak tadi. Melihatku pun tidak.
Kami menikmati makanan sambil bercerita. Waktu berlalu, sekarang sudah jam 21.00. Pica dan ayu sudah masuk ke tenda. Andina dan mesi sedang berbincang dengan orang di tenda sebelah.
"Mau?"
Aku memberi permen tangkai ke azi. Azi mengambilnya tanpa kata."Sorry"
Aku menjulurkan kelingkingku. Azi masih diam. Ia mencoba membuka permen itu namun tak bisa. Aku membukakan untuknya."Terima kasih"
Suara dengan nada dingin itu akhirnya keluar. Aku tersenyum."Makanannya enak. Aku pikir kamu gak bisa masak. Ternyata seorang azi yang manja bisa masak juga"
Azi melirikku tajam. Aku tertawa dan merangkul bahunya, menariknya agar duduk merapat denganku."Sorry azi"
Aku mengelus bahunya sambil memiringkan kepalaku menatapnya."It's ok"
Aku memasuki tenda. Mereka berempat sudah berbaring di posisinya. Hari ini kami bakal tidur dengan rapat. Tersisa dua posisi di ujung tenda. Aku menoleh pada azi. Azi segera berbaring tepat dismping mesi, dengan begitu akulah yang berbaring di ujung.
Ini pertama kalinya aku tidur bersama orang lain selain keluarga. Terlebih disampingku azi. Aku tidak tau apa yang terjadi, aku sangat tidak nyaman tidur di posisi ini.
Azi memutar badannya ke arahku. Napasnya sangat terasa di bahu kananku. Aku menutup mataku, mencoba untuk tidur.
Malam semakin larut, namun aku juga tidak bisa tertidur. Aku membuka mataku. Azi sudah tidur. Aku memiringkan badanku ke arahnya. Aku menatap wajahnya. Aku merapikan rambut yang menutupi wajahnya, aku tersenyum.Aku terbangun ketika mendengar suara tertawa. Aku melihat sekelilingku yg kosong. Aku mengucek mataku, merapikan rambut panjangku, mengikatnya ke atas dan memperbaiki jaketku.
"Selamat pagi tuan puteri"
Aku tersenyum tipis atas godaan andina. Aku merentangkan tangan dan meregangkan kakiku. Aku terakhir bangun, karena aku terakhir terlelap.Azi menyodorkan piring berisi makanan padaku. Aku mengambil selembar roti dan memakannya.
"Mau keliling?"
Azi mengangguk dan menggandeng lenganku. Kami jalam beriringan menyusuri area camp. Ada danau kecil di ujung sana. Beberapa orang duduk di pinggiran danau menikmati udara pagi"Kenapa selimut kamu kasih ke aku?, kamu gak kedinginan?"
Aku tertegun dengan pertanyaan azi. Ah aku ingat memberi azi tambahan selimut dengan selimutku. Malam itu azi terlihat kedinginan, padahal dia sudah pakai jaket dan selimut. Aku tersipu ketika ingat aku tidur sambil memeluk azi. Aku menatap azi, ada rasa khawatir jika yang ia lakukan diketahui azi ataupun teman yang lain."Aku lupa"
Aku megalihkan pandanganku ke danau. Aku berdalih, lupa lakuin apa malam itu.karna mungkin terlalu ngantuk. Aku mengurut tengkuk leherku untuk menghilangkan rasa gugup."Lyo, kamu pernah pacaran?"
Pertanyaan lyo sangat tak terduga. Aku bahkan belum pernah terbesit akan bertanya seperti itu ke teman.
"Belum, kenapa?"
"Penasaran, kalau pacaran kamu akan sedingin dan sehangat apa sama pasangan kamu"
Mata cantik azi menatapku, senyumnya buat jantungku berdegup cepat lagi."Aku belum kepikiran untuk pacaran, kamu?"
"Aku?, aku pernah. Berakhir ketika lulus SMA"
"Kenapa?"
"Banyak alasan, dan aku rasa aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama"
Senyum tipis itu membuatku sedih. Azi menghela napas panjang. Aku menggenggam erat tangannya, aku mengelus punggung tangannya."Hidup ini bukan melulu diisi hal jahat kan?, banyak hal baik yang bisa kamu dapat. Cinta dan kasih dari orang-orang terdekatmu melimpah. It's ok. Kamu bakal baik-baik aja dan bersinar cantik seperti peri kupu-kupu"
Aku mengatakan hal itu dengan tulus. Azi tersenyum dan menepuk lembut tanganku yang menggenggamnya."Thankyou"
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly & Angel
Teen FictionLyo baru saja sampai di jakarta. Ini pertama kalinya ia pergi dari rumah untuk melanjutkan pendidikannya. setelah 18 tahun hidup bersama keluarga, sudah saatnya lyo kekuar untuk mencari pengalaman hidup yang lebih lagi. Lyo tidak sabar menanti apa y...