11. awal ketertarikan

919 98 3
                                    

Libur semester tiba, aku belum tau mau menghabiskan waktu kemana. Teman-teman tentu sudah punya rencana sendiri bersama keluarga atau orang terdekatnya. Aku menatap layar hp ku, mama. Haruskah aku bertanya ke mama?.
Aku bukan anak yang berkecukupan, untuk kuliah pun mama berjuang sendiri di kampung. Mama hanya bisa membantuku untuk bayar semester, selebihnya aku harus memutar otak. Termasuk untuk keperluan sehari-hari. Aku harus bertanya ke mama apakah aku harus pulang?, tahun depan aku bakal sibuk dengan skripsiku.

"Tidak pulang juga tidak apa kak, mama sama adek aman. Kakak belajar aja yang bener disana, biar cepet kelar kuliahnya"

Jawaban mama sudah memperjelas keputusanku. Aku beranjak dari kos hendak berangkat kerja.

Sesampainya di cafe, aku tertegun kenapa ada beni dan pak riyan, bosku. Aku sedikit berlari mendekati teman2 yg berdiri berbaris di depan pak riyan.
Karena aku tekat, aku tidak terlalu menangkap obrolan mereka.

"Beni?"

"Iya, pak beni yang pegang sementara cafenya, pak riyan mau fokus buka cabang baru di luar kota" jawab temenku.

"Lyo, pacar pak beni itu temen sekampus kamu kan?"

"Pacar?"

"Iya yang cantik itu, yang sering kesini sama pak beni"
Aku hanya diam, azi. Sebutan pacar membuat panas telingaku. Aku juga tidak tau pasti apa hubungan mereka, setiap ku tanya azi hanya menjawab teman. Aku meragukan pertrmanan pria dan wanita sedekat itu tanpa ada perasaan.

Lagi, sore ini pun azi datang bersama beni. Ngobrol dan makan. Aku hanya melihat dari kejauhan.

"Ntar pulang bareng aku ya" aku mengirim pesan ke azi. Aku menunggu azi memegang hp ny. Azi celingak celinguk ke arah kasir dan melihatku.

"Aduh, aku mau temenin beni"

"Kemana?, temenin aku makan please. Sekakian aku mau ajak kamu ke tempat baru, bagus" aku masih berusaha

"Ketemu klien katanya, gak bisa lyo. Aku udh keburu iyain beni"

"Kamu udah jarang main sama aku" balasku

"Ya gimana, masa aku udh iyain temenin tiba-tiba di batalin cuma buat temenin kamu makan"

Aku tertegun baca kalimat terakhir. Aku menutup layar hpku dan memasukkannya ke saku celanaku. Aku menarik napas dalam dan meyakinkan hatiku untuk tenang.

Ini bukan sekali dua kali azi menolak ajakanku, ia keburu sudah ada janji dengan beni. Aku tidak tau apa mereka selalu berkomunikasi hingga harus pergi bareng.

"Lyo, panggil pak beni" ujar teman yang baru saja mengangar pesanan customer. Aku bergegas menghampiri meja mereka

"Lyo, kamu sudah berapa tahun kerja disini?" Ujar beni tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Sudah mau 3 tahun ben, eh pak" sadar lyo, posisi dia sekarang bos kamu. Aku melirik azi yang menopang dagu menundukkan pandangannya, memainkan sendok di gelasnya.

"Kamu kerja gak punya jam masuk yang jelas kah?, atau memang sistem kerja kamu seperti ini?" Tanya beni menatapku. Aku teringat tadi pagi telat.

"A.ada pak. Cuman karena saya part time sambil kuliah. Pak riyan ijinin saya buat dateng sesuai jam kosong saya pak" jelasku

"Tapi sekarang yang pegang saya, gimana dong?"
Aku terdiam, aku tidak tahu mau jawab apa. Mataku bertemu dengan azi.

"Kalau kerja sama saya, kamu harus ikutin rules saya. Semua karyawan harus disiplin, mau part time ataupun full time, kalau tidak bisa ikutin ya harus keluar"

Aku memgangguk "baik pak". Aku kembali ke dalam dengan hati berkecamuk. Aku sedikit merasa rendah ketika diceramahin beni di depan azi. Iya aku tau aku hanya pekerja biasa, dia bos. Aku hanya pengagum dan dia yang selalu leluasa bareng sama azi. Hatiku masih berkecamuk, aku meminum habis kopi dinginku.

Butterfly & AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang