SMA Bina Bangsa, Jakarta Selatan...
"WHAT!? Seru banget sih! Coba gue bisa keluar malam lagi, gue pasti bisa nonton lo manggung terus, Ra. Sekarang kakak gue kerja sambil kuliah malam gitu. Jadi mobilnya dipakai dia dan gue nggak boleh keluar sendirian... Huhu!" Milla masih berharap bisa ikut ke kafe ketika mendengar cerita tentang kontrak Aurora selepas bel pulang sekolah berdering.
"Nggak apa-apa, Mil. Nggak ada yang spesial. Lagian lo sudah pernah datang juga."
"Iya, sih ... tapi ...," Milla kembali menatap Aurora lekat untuk sekadar memastikan kalau memang sahabatnya itu nggak memandang sosok laki-laki yang sudah mapan itu selain sebagai calon cinta pertamanya. Seumur-umur, ia memang tak pernah melihat Aurora punya pacar. "Bukannya komposer muda seperti Grey mau jadi penonton setia lo? Jadi double spesial donggggg," sindirnya masih tak percaya.
Aurora ingin mencelos geli mendengar pemikiran Milla. "Ahahaha! Nggak juga sih... dia kan teman. Bukan 'someone special', Mil!" sangkalnya cepat.
"Tapi dia pasti spesial pakai seafood, kan?!" tukas Milla tak peduli.
"Memang nasi goreng?!" sembur Aurora setengah heran.
"Pokoknya kalau ada yang sampai berani naksir sohib gue, ya harus setipe kayak Grey gitu. Iya, kan! Dia cool banget ya, Ra!"
"Apaan sih? Kayak tahu dia aja!" Aurora mendadak merasa bodoh dan ingin sekali menyangkal ucapannya sendiri karena Milla sudah berkenalan dengan Grey. "Hehe... Terserah lo deh, Mil. Yang jelas, cinta buat gue nggak bisa terukur dari keren atau nggaknya orang itu. Jauh, Mil. Jauh lebih rumit dari apa yang bisa kita lihat dari mata," serunya ketika Milla masih menatapnya lekat. Sebenarnya ia juga nggak menampik ucapan Aurora. Di luar dari sikap Grey yang begitu baik dan hangat, daya tariknya memang besar sekali. Dari matanya yang kecil ia bisa melihat darah Jepang yang mengalir di tubuhnya cukup kental, ketampanannya malah kian bertambah.
"Tapi kalau kalian memang jodoh, lo mau bilang apa?" goda Milla sekali lagi sambil terkikik puas karena bisa mengucapkannya. Pulang sekolah, ia sempat memergoki kalau Aurora sudah terlihat lebih semangat dari hari-hari sebelumnya. Karena itu, benaknya jadi penasaran sebelum akhirnya Aurora mau menceritakan tentang ucapan Grey tadi malam. Ia benar-benar sudah nggak sabar melihat mereka jadian.
Reaksi centil sahabatnya itu sontak membuat Aurora terheran. Memang dari dulu ada-ada aja si Milla. Kenapa setiap ada seseorang yang terlihat oke menurutnya, dia selalu mengharapkan aku menerimanya jadi pacar? Padahal cinta kan nggak bisa diburu atau dipaksakan seperti itu, benaknya nggak habis pikir. Karena Grey memang hanya terlihat nggak sabar untuk melihat penampilannya. Nggak lebih, tebaknya sambil menghela napas dan melangkahkan kaki dengan mantap ke luar sekolah. Sepertinya, ia harus cepat-cepat menyelesaikan lagu yang pernah dibuatnya dulu untuk musik akustik berikutnya.
"Ra! Ada apa tuh?" Begitu mereka tiba di depan gerbang sekolahnya yang bercat merah itu, tiba-tiba langkah mereka tertahan karena banyak sekali anak-anak yang mengerubungi sesuatu seperti rayap tengah membutuhkan cahaya dari lampu yang menyala.
Aurora mengangkat bahunya. Ramai sekali? Apa ada bazar dadakan di depan sekolahnya?
Saat Milla semakin mendekati sumber masalahnya, sebenarnya Aurora nggak begitu tertarik untuk mencari tahu apa pun yang nggak terlalu penting. Ia ingin segera pulang, istirahat sejenak, dan mengulik gitarnya lagi sebelum ia memenuhi pekerjaannya di kafe.
Setelah mereka cukup dekat dengan kerumunan itu, Aurora hanya melihat sebuah mobil Mercedes berwarna putih. Huh! Cuma mobil? Apa bagusnya dengan mobil berpintu dua itu? Di jalan juga ada banyak, pikirnya heran. Bahkan nggak jauh dari mereka terlihat Novia dan kawan-kawannya tengah memerhatikan mobil itu seraya memasang wajah dan pose super manis yang sungguh dibuat-buat sekali.
YOU ARE READING
Aurorabilia
RomanceAku pikir, cepat atau lambat kehidupanku akan berakhir. Jadi nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Toh semua orang akan mati juga. Aku hanya merasa hidupku akan jadi jauh lebih baik jika Tuhan mencabut nyawaku.... ~Aurora, gadis berusia 18 tahun. ...