"WE'RE trying hard to find a reason
But we couldn't
We couldn't find ones and let it burn
In your deep eyes
I don't know anything
What makes me love you?
A stranger that I've met
For your waiting, endlessly
Stay beside me
With me here
So, I couldn't feel lonely
When you were there
Again, without I'm falling
Falling into your eyes
Even it's too far for me
I'm afraid of not finding any reason
For not loving you, every breath
In my crying eyes
I couldn't live
Without you here
What makes me love you?
You're too beautiful
For me that is perfect, unconditionally
Baby, it's not okay when I'm losing you
I know you're not feeling the same way
Oh ... with no reason
I want you
I love you
Will you ever feel the same?
Will you ever feel the same ...?"
Aurora mengakhiri lagunya dengan senyuman manis dan menatap ke sekeliling sambil mengatur napasnya. Setelah ia menyelesaikan petikan terakhir gitar listriknya, tepuk riuh para pengunjung telah terdengar memenuhi hingga ke seluruh penjuru kafe.
Beberapa hari ini, Aurora memang telah mengirim sample lagu dan musik gitarnya. Karena itu, Grey sudah membantu untuk membuatkan tambahan latar musik untuknya. Tak disangka, hasil kolaborasi musik dan latihan mereka menghasilkan sebuah lagu yang jauh di luar harapannya. Mereka juga sudah sempat mencobanya bersama-sama ketika ia berhasil melarikan diri dari Jonas yang membawanya ke rumah sakit.
Para pemain band kenalan Grey memang luar biasa. Milla nggak salah kalau menganggapnya sebagai komposer musik yang hebat. Setiap nada dan tempo yang mereka bangun mengikuti iringan gitar dan lirik lagunya. Ia bisa memainkan bagian gitar listriknya sesuai dengan yang sudah mereka latih selama ini. Sebelumnya, Grey juga sudah mengirimkan sample musik bandnya sehingga ia bisa latihan di rumah di sela-sela waktu belajarnya. Jarak bukan lagi masalah untuk mereka menciptakan musik yang indah dan sesuai harapannya.
"Terima kasih," sahut Aurora semringah. Matanya masih berbinar, karena ia benar-benar nggak menyangka suasana kafe ini terlihat begitu ramai. Sambutannya juga benar-benar meriah walau ia hanya menyanyikan sebuah lagu barunya yang diaransemen dengan nada dan melodi yang baru.
Di ujung sudut kanan kafe, Aurora nggak menyangka bisa melihat Jonas juga. Ia benar-benar masih penasaran kenapa Jonas menginginkannya untuk menyerah pada impiannya ini. Apalagi laki-laki itu menyimpan kotak musik mirip dengan yang pernah ia berikan ke anak SMP dulu. Ia melihat anak itu masih pakai seragam sekolah waktu datang ke pemakaman.
YOU ARE READING
Aurorabilia
RomanceAku pikir, cepat atau lambat kehidupanku akan berakhir. Jadi nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Toh semua orang akan mati juga. Aku hanya merasa hidupku akan jadi jauh lebih baik jika Tuhan mencabut nyawaku.... ~Aurora, gadis berusia 18 tahun. ...