DI sekolah, Aurora sama sekali nggak bisa konsentrasi ke pelajaran. Bahkan hingga jam istirahat kedua, pikirannya terus melanglang buana karena ucapan Jonas. Perasaannya ini sudah seperti bubur ayamnya yang tercampur aduk entah sudah ke berapa kalinya setiap mengingat apa yang terjadi semalam.
Sampai pagi buta, Aurora nggak bisa memejamkan matanya dan terus memegang keningnya. Ia masih heran membayangkan Jonas seakan kecupannya masih tertinggal di keningnya. Aaaakh! Apa yang dia lakukan? Kenapa dia ngomong seperti itu? Menebus? Memangnya Apa kemarin cuma mimpi? Nggak. Aku jelas merasakan bibirnya menempel di keningku. Wajah Aurora menyeringai hebat. "Aku-kamu? Hee... Kenapa dia tiba-tiba jadi baik dan manis begitu? Uugh! Gue sudah nggak paham lagi sama laki-laki itu!" lirihnya pada mangkuk.
Milla yang tengah duduk di sampingnya jelas jadi bertanya-tanya dengan gerutuan Aurora. "Lo lagi ngomongin siapa sih?"
"Hah?" Aurora tersentak dari lamunannya karena senggolan tangan Milla dan buru-buru menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan bayangan Jonas dalam pikirannya. "Ooh... Itu... orang yang waktu itu jemput gue di sekolah," ujarnya berterus terang.
"Ohh... Jadi eksekutif muda yang tajir itu jemput lo lagi!?" Milla teringat. Ia baru saja ingin menanyakannya lagi.
Aurora mencelos karena Milla kembali tertarik untuk membicarakannya. Tapi ia juga nggak bisa menutupi hubungannya dengan Jonas dari sahabatnya yang sama sekali tak bersalah ini. "Tahu dari mana kalau dia eksekutif muda? Siapa tahu dia cuma sewa mobil itu," sahutnya walau rasanya seakan bertolak belakang dengan kenyataan dan pesonanya yang meluluhkan.
"Iya juga, sih." Milla manggut-manggut setuju. "Tapi kayaknya nggak mungkin deh!" ralatnya buru-buru.
Aurora menatap Milla lekat. "Sebelumnya gue minta maaf ya, karena belum bisa cerita banyak soal dia. Soalnya gue juga masih nggak ngerti apa maunya. Rasanya gue baru kenal sama dia, tapi dia selalu menganggap hubungan kami memang sudah dekat gitu. Aneh nggak sih, Mil?"
"Itu namanya chemistry, Ra! Eh, memang siapa sih namanya? Gue lupa, Ra. Tapi yang jelas, gue sempat lihat dia ngobrol sama Pak Tarno lho!" Milla memutar-mutar sedotan di es kopi susunya dan menatap Aurora lagi. Wajahnya jadi tambah penasaran setengah mati. Karena Aurora belum menjelaskannya dari kemarin.
"Oh ya? Lo tahu mereka ngobrolin apa?"
"Gue cuma dengar supaya Pak Tarno menghubunginya kalau ada apa-apa di sekolah. Memangnya dia begitu karena siapa?"
"Kok lo tanya gue, Mil?"
"Pasti karena lo, Ra!"
Aku mendengus nggak percaya dengan tebakan Milla.
"Lo ingat nggak namanya siapa?" tanya Milla kembali penasaran sambil menyeruput es kopinya.
"Jonas... Jonas Erlangga."
Milla hampir tersedak dan segera menyeka mulutnya yang penuh air kopi dengan tisu, lalu menatap Aurora begitu penasaran. "APA? SUMPAH LO! DIA JO-JO-JONAS ERLANGGA???" sergahnya langsung terlonjak dengan wajah semringah kuadrat. Ia langsung teringat sesuatu yang sangat berharga setelah tahu namanya.
"I-iya. Lo kenapa jadi kayak semut kegirangan gini sih?" Aurora memekik heran.
"Aurora.... Ya ampun... Pantas aja gue kayak pernah lihat dia waktu itu... Gila! Di dunia ini siapa sih yang nggak tahu Jonas Erlangga!!?"
Aurora mengernyitkan dahinya. "Gue! Bagus kan kalau gue nggak tahu. Memang dia siapa? Gue rasa dia cuma anak manja yang nggak bisa berbuat apa-apa selain menghabiskan uang orangtuanya yang sudah mati-matian mencari uang demi anak sombong kayak dia."
"Kenapa lo benci banget sih sama dia? Hati-hati lo! Jangan terlalu salah menilai dia kalau lo nggak mau jatuh cinta sama dia."
"Mana ada orang yang jatuh cinta sama orang yang membawa bencana dalam hidup kita, Mil?"
"Aneh. Dia nggak mungkin kayak gitu! Coba lo cari-cari dulu deh di google atau sosial media lain. Tapi dia cuma punya satu Instagram yang official! Lo bisa lihat deh tuh sepenting apa dia di dunia ini dan seperti apa sisi lain dari dia yang pernah ada dalam pikiran lo... Cuma banyak yang bilang itu akun-akunnya dipegang sama asisten pribadinya yang selalu ngikutin dia ke mana-mana. Entahlah asistennya itu cewek atau cowok. Lo cari tahu aja sendiri ya! Lo kan, lebih kenal Jonas... Yang jelas, wajahnya itu sudah pernah masuk ke majalah International Man! Sosoknya sudah dikenal sampai ke luar negeri, Ra!"
"Bodo amat, Millaku tersayang!" potong Aurora tambah heran. Ia nggak mau menjelaskan panjang lebar tentang Jonas atau keberadaan gadis yang dulu pernah mengejar Jonas ke kafe. Apa mungkin yang meneleponnya waktu di bioskop itu asisten pribadinya juga? Tapi ia nggak peduli juga sama gadis itu.
"Kok bodo amat sih?"
"Sebenarnya gue nggak mau urusan sama dia. Karena masih banyak yang lebih penting dari mikirin laki-laki kayak Jonas yang cuma modal pinjaman mobil mewah dan... ah, penting amat sih kita bahas dia!?" dengus Aurora kembali kesal. Ia benar-benar harus mengurungkan niatnya untuk menjelaskan tingkah Jonas yang tiba-tiba memberinya uang dengan jumlah 20 juta. Perawatan untuk penyakitku memang mahal, tapi uang itu jauh lebih besar dari yang kuterima saat bekerja di kafe. Kalau Milla tahu, reaksinya akan semakin dahsyat. Dia pasti akan mengira aku rela menggadaikan harga diriku untuk cowok kaya itu.
"Ya ampun, Aurora! Dia itu pangeran super tajir yang nggak bakal bikin pasangannya menyesal tujuh turunan karena sudah dipilih sama dia. Jadi mana mungkin itu mobil pinjamannya. Ada juga dia yang nyewain kali. Hahaha," cerocos Milla heboh.
"Bodo amat ah, Mil. Pinjaman atau bukan, gue nggak peduli. Gue nggak suka sama dia! Lagian belum tentu dia milih gue dan buat apa juga gue berharap begitu? Membayangkan namanya aja bisa bikin gue kulit gue alergi." Aurora bergidik menggambarkan perasaannya yang memang sangat nggak suka sama Jonas. Sambil mencepol rambut panjangnya yang sedikit ikal ke atas, ia kembali berkata tegas. "Dia bukan tipe cowok idaman gue."
"Tapi dengar ini baik-baik ya, Ra. Kalau dia jadi pacar lo, traktir gue... Soalnya kalian tuh mirip meskipun lo bilang Jonas bukan tipe lo. Kayak jodoh gitu! Serasi deh! Cucok! Persis kayak lo sama Grey juga. Hihihi... akhirnya lo punya calon pacar juga, Ra!" seru Milla semringah.
Aurora mendengus nggak percaya dengan pemikiran Milla. "Pacar apaan sih? Hubungan gue sama Jonas itu cuma antara orang asing aneh dan orang yang nggak mau dekat-dekat sama dia! Kalau gue sama Grey kan cuma sebatas rekan kerja aja, Mil," ucapnya super yakin.
"Tapi menurut gue, kalau ada dua laki-laki yang tiba-tiba ditakdirkan Tuhan untuk mendekati kita, ujung-ujungnya pasti soal urusan hati. Paling kita cuma bisa berharap dan berdoa mana jodoh yang terbaik untuk kita. Mungkin aja kan selama ini kita yang nggak sadar kalau mereka punya perasaan khusus sama kita. Tinggal tunggu tanggal mainnya aja, Ra."
"Milla, siapa pun mereka nggak mungkin jadi jodohnya seorang gadis yang hanya yatim piatu. Apa yang mau dia banggakan dari gue? Kalau Jonas masih ganggu hidup gue, dia bisa bangkrut! Hahaha... mendingan dia cari cewek lain daripada gue! Gue NGGAK MAUUU!"
Milla semakin meringis heran ketika melihat tanggapan Aurora. "Nggak mau? Apa ini karena penyakit lo? Ra, kalau dia tahu bukannya dia bisa membantu lo?"
"Mil!"
"Aurora, gue tahu lo bukan orang yang bisa mencelakai orang lain. Kalau selama ini dia bikin lo benci, pasti ada yang pengin dia omongin tapi...."
"Mil, kita nggak perlu ngomongin dia lagi ya," sela Aurora. "Gue cuma nggak mau menyulitkan siapa-siapa. Lo tahu kan, gue sakit?" ujarnya sambil berlalu pergi.
Milla sempat tertegun sejenak setelah teringat penyakit Aurora, lalu ia kembali mengejarnya. "Auroraaaa... gue ngomong begini karena gue sayang sama lo. Auroraaa...!"
![](https://img.wattpad.com/cover/317428530-288-k891686.jpg)
YOU ARE READING
Aurorabilia
RomanceAku pikir, cepat atau lambat kehidupanku akan berakhir. Jadi nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Toh semua orang akan mati juga. Aku hanya merasa hidupku akan jadi jauh lebih baik jika Tuhan mencabut nyawaku.... ~Aurora, gadis berusia 18 tahun. ...