29 - Luka Masa Itu

46 5 0
                                    

"PEMIRSA, seperti yang sudah kita lihat pada tayangan sebelumnya. Kabar yang benar-benar mengejutkan kali ini datang dari sebuah fakta tentang kisah hidup Jaslene Minami Arkadewi yang belum diketahui oleh masyarakat dan juga pihak manajemen Jaslene. Siapa yang akan menyangka kalau Jaslene memiliki seorang anak perempuan bernama Cassandra Zafirah Aurora yang telah hilang belasan tahun yang lalu. Karena tepat jam delapan tadi malam, A. K. Greyson –seorang composer dan music director yang kita kenal sebagai putra sulung Jaslene, telah memberitahukan rencana besarnya yang selama ini terpendam. Akankah hubungan mereka dengan seorang siswi yang berasal dari sekolah Bina Bangsa ini bisa kembali harmonis ...?"

Jantung Jaslene seakan meledak. Dengan cepat ia mematikan TV 70 inch di hadapannya dan menaruh remote-nya ke meja, lalu setegas kilat menatap Grey yang baru saja pulang dari kafe.

Namun, Grey terus melangkah sambil mendengarkan musik poprock Jepang dari headset-nya seolah ia nggak melihat keberadaan ibunya dan hendak menghambur ke kamarnya yang ada di dekat ruang keluarga.

"Grey!"

Panggilan Jaslene seketika menghentikan tangan Grey yang hendak menutup pintu kamarnya. Dahinya mengernyit melihat wanita itu beranjak dari sofa dan menatapnya.

Jaslene terus menatap Grey. Lesu tubuh anaknya seakan nggak mengubah amarah yang terlihat dari wajahnya yang putih, halus, dan mulus tanpa riasan. Emosinya memang sudah tertahan sejak ia melihat beberapa tayangan berita seputar dunia hiburan di televisi siang ini.

"Ya, Mom?" Grey melepas headset-nya yang dibiarkan menggantung di lehernya saat menyapa Jaslene –sosok ibu yang memang ingin dipanggil Mommy. Karena itu keinginan Papanya sejak ia masih kecil.

"Apa-apaan kamu, Grey!?"

Grey hanya menunduk. Karena ia yakin berita itu sudah tersebar dengan cepat sekali dan Jaslene pasti baru melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Jelaskan pada Mommy! Kenapa kamu sampai mengatakan semua itu ke semua pers tadi malam?"

Grey mendengar jelas kata-kata Jaslene, meskipun wanita berambut keriting besar, pirang dan penuh highlight itu tak ingin menatapnya lagi. "Mom ... Mommy nggak bisa menutupi rahasia ini lagi dariku ... juga dari Steven."

Tak ingin mendengar ucapan Grey yang begitu mengiris hatinya, kali ini Jaslene menatapnya dalam-dalam. "Kamu nggak pernah sopan kalau bicara dengan Papa kamu!!! Apa sekarang kamu nggak mau menghormatinya? Oh, Mommy salah. Ternyata selama ini kamu memang nggak pernah hormat sama Papa!!!!"

"Karena aku tahu dia bukan ayahku! Aku tahu sejak kecil tentang rahasia Mommy selama ini. Jangan pernah bilang kalau Baren, ayah kandungku, nggak pernah peduli dengan Mommy lagi."

Jaslene sontak syok mendengarnya.

"Aku pernah bertemu dengan Baren sewaktu Mommy sedang tur ke Jepang. Mommy pasti ingat waktu aku mengalami koma di rumah sakit. Sebelum kecelakaan itu terjadi, aku sudah mendengar tentang adikku. Sudah beberapa kali ayah ingin aku bertemu dengannya. Tapi Mommy selalu menghalangi aku bertemu dengan ayah. Saat kesempatan itu datang, kondisi ayah benar-benar nggak baik karena aku melihat air matanya jatuh saat ia sedang menelepon dengan Mommy. Aku bisa merasakan kemarahan dan kesedihannya. Mommy pasti tahu tentang alasan sikap ayah malam itu, kan?"

Jaslene mengalihkan pandangannya, dan bergeming. Perasaannya kali ini sungguh hancur berserakan. Ia nggak bisa membayangkan bagaimana luka hatinya melihat mantan suami dan salah satu buah hatinya dirawat berhari-hari di rumah sakit Qiyas karena kecelakaan itu.

"Kenapa, Mom? Kenapa sedikit pun Mommy nggak memedulikan perasaan ayah? Kenapa setelah dia nggak ada, Mommy nggak mau merawat adikku dan malah menelantarkannya? Seharusnya Mommy tahu bagaimana perasaan ayah sewaktu Mommy memilih karir dan meninggalkan mereka hanya untuk menikah lagi dengan Steven. Kumohon Mommy nggak perlu menyangkal tentang keberadaan Aurora lagi. Karena aku bukan anak yang hanya dibesarkan untuk dibohongi oleh Mommy lagi.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now