28 - Kunci Kecil

48 5 0
                                    

SETELAH melihat Aurora dan Jonas berdiri di depan pagar, seorang satpam langsung menyapa mereka dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Sejak ayahnya meninggal, Aurora baru sadar kalau usianya masih terlalu kecil untuk mengetahui tentang rahasia keluarganya dan apa yang terjadi pada rumah ini saat ia harus meninggalkannya dan ikut tinggal bersama Tante Shakila dan Om Garra. Bahkan ia lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka saat ayahnya bekerja.

Dalam hening, Aurora yang sudah berjalan masuk dan meninggalkan Jonas langsung menelusuri seluk-beluk kediaman ayahnya. Tak ada yang berubah ketika matanya mengorbit ke segala arah rumah ini. Setiap furniture antik, berbagai perabot kuningan, dan lukisan-lukisan yang pernah dilukis ayahnya masih tertata rapih pada setiap ruangan. Foto-foto masa kecil saat bersama ayahnya dulu juga tetap ada di sebuah partisi kayu jati besar bercat putih yang memisahkan ruang makan dan ruang keluarga.

Ternyata ada banyak sekali kenangan yang seharusnya nggak pernah hilang dari benak Aurora saat ia terpisah dari ibu kandungnya sejak lahir. Apa mungkin mimpinya selama ini bukan bunga tidur semata? Ia belum mencari tahu lagi siapa nama orangtua Grey.

Saat tiba di depan kamar ayahnya, Aurora melihat kotak musiknya yang terbuat dari kayu mahogany cokelat tua dan kunci yang ada di lacinya. Waktu kecil, ia nggak tahu itu kunci untuk apa dan hanya menaruhnya saja di laci kecil kotak musik itu.

Segera Aurora membuka pintu jati putih kamar ini dan melihat seisinya, dalam sekejap kerinduan besar melanda hatinya. Ia masih ingat ayahnya seringkali menjaga dirinya semasa ia masih kecil sambil bekerja di meja kerjanya. Ia hanya bermain boneka di kamar ini.

Tapi ada sesuatu yang masih mengganjal pikiran Aurora saat ini. Entah apa yang diinginkan ayahnya dengan menaruh sebuah kunci ini di laci kotak musiknya. Apa dia memang berniat memberikan kunci ini saat aku dewasa nanti? Apa ini ada hubungannya dengan ..., Aurora nggak bisa melanjutkan pikirannya lagi. Perasaannya sudah semakin nggak menentu setiap membayangkan apa yang telah terjadi malam ini.

Aurora mulai memikirkan di mana ia harus menggunakan kunci ini. Menilik dan membuka satu per satu setiap laci di meja kerja ayahnya, ia hanya menemukan salah satu laci yang benar-benar nggak bisa dibuka, dan sepertinya ada lubang kunci yang harus ia coba. Tanpa ragu lagi ia memasukkan kunci stainless berukuran kecil itu ke laci paling bawah di meja itu. Dan... Terbuka!

Mata Aurora mengerjap heran karena hanya ada selembar kertas putih yang tergulung dan diikat oleh pita hitam. Apakah ini surat wasiat yang pernah ditulis semasa ayahku masih ada? Ia menebak-nebak sendiri.

Meski kenangan Aurora sedikit kabur, tapi sepertinya ia memang pernah melihat ayahnya menggulung kertas itu saat ia mengajaknya makan malam bersama-sama. Namun, kertas itu langsung diletakkan di laci sebelum ayahnya menghampiri dan menggendong tubuhnya keluar. Perlahan jarinya menarik pitanya hingga gulungan kertas itu terbuka. Setelah memejamkan matanya sejenak, ia ingin mengakhiri rasa penasarannya dengan membacanya. Hatinya terlonjak penuh emosi yang memilukan. Karena melihat kalimat pembukanya, surat ini memang ditulis oleh ayahnya.


Aurora, permata hatiku, maafkan ayah. Setelah kamu membaca surat ini, mungkin ayah sudah nggak bisa lagi berada di sisi kamu. Untuk membelamu, untuk menemani hari-harimu, atau untuk membantu setiap kesulitan kamu. Tapi ayah akan selalu menyayangi kamu. Ingatlah, kalau ayah akan selalu menyayangi dan mencintai kamu. Ayah sengaja menulis surat ini agar kamu tahu tentang rahasia keluarga kita yang belum banyak orang tahu. Ayah nggak mau menyimpannya lagi jika sewaktu-waktu ayah harus pergi. Ayah nggak mau menyisakan duka dalam hati kamu karena nggak mengetahui apapun tentang keluarga kita.

Jauh sebelum kamu lahir, ayah mengenal seorang wanita yang berasal dari keluarga yang jauh berbeda kedudukannya dengan keluarga ayah. Hubungan kami ditentang habis-habisan. Tapi itu nggak menyurutkan niat kami untuk tetap saling mencintai, bahkan hingga akhirnya kami menikah dan kamu terlahir untuk membahagiakan hari-hari kami.

Namun, dalam sekejap seluruhnya berubah ketika ayah membangun usaha dengan Jonathan Erlangga yang sudah menjadi sahabat ayah di Jerman. Jika ayah nggak bisa meneruskannya, ayah akan memberikan kuasanya pada mereka sampai kamu cukup usia untuk menerima saham ayah di sana. Pada waktu itu, ayah nggak ingin ibumu sulit bertemu ayah dalam waktu yang cukup lama. Tapi ibumu sudah terlanjur menerima sebuah pekerjaan yang menututnya untuk bekerja di sebuah rumah produksi. Sejak saat itu, kami sudah nggak memiliki jalan yang sama lagi.

Kami bertengkar hebat dan memutuskan untuk berpisah meskipun kamu baru berusia satu tahun. Saat ibumu nggak keberatan ketika ayah memenangkan hak asuhmu, dia tetap memberimu ASI yang selalu rutin ia berikan melalui Tante Shakila. Maafkan ayah kalau selama ini hanya bisa menitipkan kamu dengan Om Garra dan Tante Shakila. Karena hanya mereka yang bisa menolong ayah di masa sulit kita dulu.

Sekali lagi maafkan ayah kalau kamu nggak tahu siapa ibu kandungmu. Tapi ayah yakin wajahmu pasti akan secantik ibumu ketika kamu dewasa nanti. Mungkin ketika kamu beranjak dewasa, ayah hanya berharap kamu mau untuk mengerti. Karena memang rumit sekali hubungan kami saat itu hingga ayah nggak bisa lagi menyimpan foto ibumu. Jujur, ayah ingin selalu melihat wajahnya. Tapi hati kecil ayah terasa sakit setiap kali menatap foto ibumu. Karena ayah bisa sangat merindukannya, Aurora. Walau ibumu sudah menikah lagi dengan Steven Abisatya, ayah benar-benar nggak pernah bisa membenci keputusan ibumu. Karena itu, ayah nggak bisa menggantikan ibumu dengan menikah lagi. Ayah terlalu mencintai ibumu.

Hanya saja, semakin ayah ingin menyembunyikan kenangan bersama ibumu, ayah semakin mengingatnya. Ayah selalu bisa melihatnya. Kamu juga bisa menatap wajahnya di mana-mana, Aurora. Karena ibumu, Jaslene Minami Arkadewi. Dia adalah Jaslene, seorang artis keturunan Jepang-Indonesia dan penyanyi yang cukup terkenal di mata dunia. Ayah nggak tahu di mana keberadaannya sekarang. Ayah hanya bisa melihatnya dan mendengar suaranya dari jauh.

Ayah sedih sekali karena belum bisa membahagiakan kamu dengan kasih sayang dan kehadiran sosok ibu. Jika kapan pun ayah harus pergi meninggalkan kamu, semoga kamu bisa membaca surat ini. Ayah akan menyimpannya dengan baik agar suatu hari nanti kamu bisa memahaminya.

Ayah sungguh berharap suatu hari nanti ibumu mau mencarimu dan menyayangimu dengan cara yang sama seperti ayah menyayangimu. Ayah akan selalu mencintaimu sepenuh hati. Ayah ingin kamu menjadi gadis cantik yang tetap menghormati dan menyayangi kami, orangtuamu. Apapun yang pernah terjadi di antara kami. Ayah ingin sekali kamu bisa bertemu dengan ibumu suatu hari nanti. Jika hari itu datang, ayah pasti akan bahagia sekali.

Love,

Daddy


Mendadak hati kecil Aurora kembali terguncang hebat. Ia sedih karena merasakan rasa sakit ayahnya, juga rasa kecewanya yang sudah nggak bisa terbendung lagi karena mengetahui perceraian kedua orangtuanya yang terjadi di masa kecilnya. Dan selama ini nggak ada yang berkata jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga mereka. Tetes air mata Aurora hanya jatuh bergulir satu per satu ke surat itu. Malam ini, detik ini, tangisannya pun pecah.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now