18 - Peringatan Terakhir

62 4 0
                                    

"MAU KE MANA LAGI, JONAS?"

Meril terpaksa menghentikan langkahnya di belakang Jonas. Seperti biasa, ia hanya boleh tahu ke mana tujuan Jonas dan akan menemaninya dengan mobil yang lain, bukan mengganggu kegiatannya. Namun, kali terakhir ia mengikutinya malah kehilangan jejak karena Jonas memilih jalan tol.

Sejak bekerja di sini memang sudah membingungkan Meril. Karena tahun ini, usia Jonas sudah beranjak dua puluh empat tahun, tapi ia masih harus mengawasinya hanya demi meredamkan kekhawatiran orangtuanya akan kesehatan anak tunggalnya ini.

Sekarang Meril baru mendengar sesuatu yang nggak masuk akal sehatnya dari orangtua Jonas dan ia nggak tahu harus menjawab apa. Karena hanya Jonas yang tahu alasannya. Meril hanya menunduk saat sorot mata Jonas menatapnya tajam seakan ingin memberinya peringatan untuk diam dan nggak ikut campur masalah keluarganya. Apalagi ia tahu kalau kepergiannya setiap malam hanyalah untuk bertemu dengan gadis remaja itu. Pekerjaannya sebagai pengasuh bisa terancam kalau orangtuanya tahu soal itu juga. Jonas selalu mengancamnya sebelum pergi. Kalau ingin selamat dari pekerjaan ini, ia hanya perlu diam.

"Ada urusan, Pah," jawab Jonas singkat, padat, dan jelas. Langkahnya sudah terhenti karena Papa dan Mama sudah menatapnya dari sofa ruang keluarga. Setiap malam, mereka memang menyempatkan waktu mengunjungi apartemennya untuk melihat keadaannya.

"APA?" Papa beranjak dari sofa dan memerhatikan Jonas dari atas hingga ke sepatunya, lalu ia melemparkan sebuah koran di dadanya. "Urusan apa? Sebenarnya kami semua menunggu penjelasan kamu, JONAS! Apa kamu mau bantah semua aturan Papa?"

"Pa?"

"Apa? Kamu mau bilang Papa salah? Akhir-akhir ini kamu sudah jarang kontrol ke rumah sakit. Kalau pun kamu di sana, kamu nggak mau menemui dokter lagi, kan? Kenapa Jonas? KENAPA cuma karena gadis itu kamu melanggar semua yang Papa katakan? Hah? Bahkan kamu jadi jarang sekali memenuhi meeting di kantor? Perusahaan itu nggak dibangun sebegitu mudah kamu menghabiskan waktu di luar tanpa alasan yang jelas! Juga tolong hentikan berbuat hal yang nggak seharusnya kamu lakukan, Jonas!" sergah Papa lantang.

Jonas menilik koran di tangannya itu dan melihat fotonya yang terpampang jelas di saat ia memukul seorang anak dari seorang pejabat pemerintah. Sorot matanya seketika berubah tajam karena melihat artikel yang dibuat dalam koran itu. Tapi ia sadar kalau perusahaan entertainment yang menjadi lahan bisnis baru orangtuanya ini nggak hanya membuat ia mudah mendapatkan informasi apa pun dari orang-orang yang berkecimpung di dunia hiburan, tapi juga membuat hidupnya semakin nggak leluasa. Gosip miring sudah terlalu mudah menerpa keluarga mereka. Seharusnya ia sadar untuk lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu.

Meril nggak bisa berkomentar banyak. Ia hanya terdiam mendengar ucapan Papa Jonas. Karenaselain takut amarah Jonas, ia juga nggak berani melanggar perintah dari sosok Jonathan Erlangga. Dia adalah CEO Perusahaan Golds Coorperate –yang bergerak di bidang tambang batubara dan pariwisata dan sudah berkembang pesat saat Jonas ikut bekerja di perusahaannya. Namun, kali ini sepertinya Jonas sudah kesulitan untuk menguasai emosinya saat mendengar ucapan Papanya yang sudah merupakan peringatan dan harga mati untuk tetap dipatuhi.

Jonas terus membalas tatapan Papanya yang membuat suasana jadi lebih tak kekeluargaan. Hanya dengan helaan napas yang berat, ia akan berusaha menjawab kegelisahan Papanya tanpa secuil amarah. "Nggak, Pah. Maaf. Semua yang ada di berita ini nggak benar. Kami hanya salah paham biasa. Nggak ada masalah dendam atau apa pun antara aku dan temanku ini. Untuk semua pekerjaan, kupastikan nggak akan ada masalah. Aku tetap menyelesaikan tanggung jawabku di kantor, Pah," ucapnya meyakinkan sambil kemudian memegang dadanya. "Jantungku juga nggak ada masalah akhir-akhir ini. Semua pasti baik-baik aja. Aku sudah memeriksanya dan mengerti segala resikonya. Jangan terlalu mengkhawatirkan aku, Pah, Mah."

AurorabiliaWhere stories live. Discover now