JONAS seakan menghilang dari kehidupan Aurora. Entah di mana keberadaannya. Aurora sudah berusaha untuk mencarinya. Bahkan hingga ia pergi ke kantornya dan mengorbankan harga dirinya sebagai seorang anak SMA yang malah terlihat seperti ingin mengemis cinta dari laki-laki itu, Jonas nggak bisa ditemui.
Aurora merasa Jonas selalu menghindarinya. Karena terakhir kali ia mendapatkan pesan WhatsApp dari laki-laki itu dan membalasnya, ia nggak mendapatkan balasannya lagi. Hpnya sudah lama nggak aktif sejak berita tentang pertemuan Jaslene dengan dirinya tersebar di berbagai media. Ia sudah semakin sulit sekali menghubunginya.
Jonas memang aneh, sekali. Nggak. Memang ini sudah tabiatnya. Tapi kenapa dia hanya memberi nasehat tentang kesehatan? Apa dia memang nggak sedikitpun merindukanku? Aaah! Apa yang kupikirkan? Kenapa aku terus berharap dia menyukaiku!? Kepala Aurora menggeleng cepat mengingat hubungan mereka memang nggak pernah jelas sejak awal. Ingin sekali rasanya ia bertukar kabar hari ini meskipun hanya sebatas teman biasa.
Jonas nggak akan mungkin menyukaiku. Aku bukan gadis impiannya. Karena dia nggak pernah menghubungiku lagi. Mungkin saja karena dia melihat mesin cuci darah sewaktu aku usai menjalani terapi. Entah apa tanggapannya jika ia mengetahui kondisi dan pilihanku sekarang, pikirannya bercabang dari lirik lagu yang harus ia hayati. Ini gila! Untuk apa aku berharap laki-laki yang nggak mencintaiku mengetahui keadaan terbaruku juga?
Suara-suara itulah yang membuat Aurora memutuskan untuk terus menyibukkan diri dengan menggarap sebuah album bersama Grey. Berita kebersamaan mereka masih terasa hangat, karena mereka sudah seringkali terlihat menyanyi untuk beberapa acara di stasiun televisi.
Karena setelah Aurora launching album pertamanya yang dibuat bersama Grey "And The Miracle One" dan menjadi penyanyi baru yang namanya melejit sebagai artis pendatang baru berbakat, ia jatuh pingsan selepas konser tunggal pertamanya di salah satu stasiun tv swasta "One Station". Saat itu, ia terpaksa dilarikan ke rumah sakit Cipta Harapan dan Grey menganjurkan agar ia segera dioperasi saat ada pendonor yang tepat untuknya. Jaslene dan Steven sangat syok ketika mengetahui apa yang dialami Aurora selama ini. Kesedihan mereka sudah nggak terukur lagi karena hanya bisa melihat dan mengkhawatirkan keadaannya.
Aurora memang nggak bisa lagi menutupi penyakitnya ini dari siapa pun. Termasuk para wartawan yang tengah melihat kejadian saat tubuhnya terbaring nggak berdaya di brankar dan masuk ke Ambulans.
Saat siuman, Aurora hanya teringat pemeriksaan yang dilakukannya saat ditemani oleh Grey saja. Tepatnya, beberapa bulan lalu dan juga pesan Dokter Ardhan untuk menjaga kesehatannya. Beliau juga sudah merekomendasikan beberapa dokter pilihan untuk mengurus operasi pencangkokan ginjalnya. Mulai dari tes darah, urin, sampai gigi dan lambung nggak boleh luput dari pemeriksaan. Ia juga sudah menjalani tes psikologi yang juga wajib diselesaikannya agar bisa menjadi resipien ginjal. Katanya, nggak hanya penerima saja yang harus melakukan serangkaian pemeriksaan itu. Untuk itu, tim dokter yang mengetahui kondisinya serta kondisi pendonor juga menjalani semua tahapan tes tersebut agar mereka nggak mengalami reaksi buruk setelah operasinya berjalan.
Selama ini Aurora hanya merasa sedikit bersalah karena Jaslene dan Steven nggak pernah melihat gejalanya dan ia selalu mengatakan hanya kelelahan di tengah-tengah kesibukannya. Maklum, sampai detik ini ia telah memendam sendiri tentang penyakitnya dan terkadang mengabaikan jam istirahatnya hingga semua orang menganggap kondisinya baik-baik saja.
Saat Jaslene ingin mempertemukan Aurora pada desainer terkenal untuk membuat pakaian demi pertunjukannya, Grey sudah menyiapkan ukuran yang sesuai dengan tubuhnya agar nggak ada seorang pun yang tahu tentang penyakitnya. Ini sudah direncanakannya sejak awal ia menerima tawaran keluarganya ini. Karena selain ia nggak ingin siapa pun khawatir dengan keadaannya, gosip yang menyakitkan lainnya hanya akan membuat Jaslene dan Steven kecewa. Impiannya sebagai penyanyi nggak boleh terputus hanya karena penyakit ini. Ia nggak akan menyerah dengan keadaan.
YOU ARE READING
Aurorabilia
عاطفيةAku pikir, cepat atau lambat kehidupanku akan berakhir. Jadi nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Toh semua orang akan mati juga. Aku hanya merasa hidupku akan jadi jauh lebih baik jika Tuhan mencabut nyawaku.... ~Aurora, gadis berusia 18 tahun. ...