35 - Pesan Baru

98 5 0
                                    

Asterio Function Hall...


Pukul 09.45 WIB

"AURORASorry ... apa aku boleh pinjam waktu sebentar?"

"Iya, Pak Edy?"

"Aku cuma mau kasih tahu, you've got e-mail, Aurora. Aku baru melihatnya tadi. Maaf ya."

"Untuk pekerjaan? Atau penggemar?" tanya Aurora sedikit penasaran saat Pak Edy membuka pintu dan menyembulkan kepalanya sedikit dari celah-celah pintu ruang riasnya.

Pak Edy berpikir keras seraya membuka inbox e-mail yang menjadi contact person untuk segala pekerjaan Aurora dan menunjuk ke tablet android putihnya. "I don't think so. Hari ini aku hanya menerima telepon kalau kamu harus membaca e-mail itu sekarang juga dan nggak menyebutkan apa pun. Lalu dia berpamitan dan menutup teleponnya begitu saja setelah mengatakan padaku kalau e-mail itu hanya boleh dibuka oleh kamu. Should we ignore her?"

Aurora mengerutkan keningnya saat menerima tablet dari tangan Pak Edy. "Her?"

"Yes. She's a woman. Oh, Aurora. Sorry. Aku harus kembali melihat tim kita yang tengah mengatasi masalah suara dan beberapa hal lainnya di belakang panggung."

"Oh ... okay, thank you, Pak Edy," ujar Aurora sambil tersenyum tipis melihat mimik lucu Pak Edy menggerak-gerakkan bola matanya yang besar dan alisnya yang lurus turun-naik untuk mengekspresikan rasa heran dan khawatirnya. Hari ini, setelah beberapa bulan yang lalu ia lulus sekolah, Steven sungguh membuktikan ucapannya. Karena Aurora telah mendapatkan kontrak film layar lebar dan soundtrack film yang juga akan dinyanyikan olehnya.

Sementara Milla melanjutkan kuliahnya manajemennya di Universitas Trisakti dan berharap bisa menjadi salah satu manajer Aurora kelak. Persahabatan mereka memang nggak akan pernah terputus walau mereka sudah lulus sekolah. Ia sendiri masih harus melanjutkan kuliah di sebuah Universitas Seni Musik negeri di Jakarta. Namun, karena terbentur jadwal tur keliling Jawa untuk mempromosikan filmnya, dan sekaligus konser musik tunggalnya ini, ia terpaksa mengambil cuti dari kuliah musiknya.

Aurora nggak menyalahkan laki-laki keturunan Amerika-Jawa kenalan dari Papa tirinya itu tergesa-gesa saat memberitahu dan menyerahkan tablet androidnya.

Setelah Pak Edy keluar dari ruangannya, mata Aurora beralih ke layar tablet android putih di tangannya. Ia nggak ada bayangan siapa yang mengirim e-mail sepagi ini. Ia bahkan belum selesai merias wajahnya karena penata make up-nya baru akan datang siang ini sebelum acaranya yang akan dimulai jam satu. Sedangkan ia harus cek sound dan sedikit gladi resik jadi sudah tiba lebih awal. Ia melirik heran ke arah tabletnya.

Nggak ada subject atau nama apapun, hanya alamat e-mail Gold Corporate yang bisa terlihat. Aurora tersentak. Apa ini e-mail dari Jonas? Pantas saja Pak Edy nggak berani membukanya, pikirnya heran.

Cepat Aurora menyentuhkan jarinya di layar tabletnya. E-mail itu terbuka dan menghilangkan rasa penasarannya. Awalnya, ia mengira ada sebuah surat elektronik dari fansnya atau hanya sebuah tawaran pekerjaan lainnya. Tapi ... ia sungguh tersentak melihat foto Jonas yang tengah tersenyum saat membuka lampiran sebuah foto dari badan e-mail.

Ya Tuhan! Ini senyuman termanis yang pernah Aurora lihat dari wajah laki-laki itu. Tapi kenapa dia bersandar di ranjang itu? Matanya terasa sedikit panas setelah menyebarkan pandangan penuh selidik ke sekelilingnya. Apa Jonas yang mengirimnya sendiri? pikirnya penasaran.

Karena nggak sabar lagi, Aurora segera membuka pdf yang terlampir di dalam e-mail itu.

Klik! Pdf itu terbuka dan Aurora melihat sebuah scanning letter yang ditulis oleh seseorang yang memang sudah bersarang dalam kepalanya sejak ia melihat foto laki-laki itu.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now