29. Jangan Pergi

1.6K 182 36
                                    

Dengan tubuh tertatih, Jaemin memasuki Villa mewahnya yang berada disebuah pulau terpencil. Beruntung ia tak terlambat, karena auranya yang memang telah menyeruak kemana-mana tentu dapat membahayakan dirinya.

Jaemin menyeret tubuhnya yang telah melemah, kakinya sudah tak mampu menahan bobot badannya yang semakin terlihat kurus tak terawat. Jaemin benar-benar kacau, bau anyir darah dari para korbannya pun masih tersisa pada tubuhnya.

Jaemin masih berjuang bergerak menuju kamarnya yang terdapat pada bagian timur Villa, namun tubuhnya seakan tak lagi mengizinkan, Jaemin meremas dadanya, sakit, sesak, seperti dipukul benda tumpul berkali-kali.

Perlahan pandangannya kembali memburam, seluruh tubuhnya telah basah akibat keringat yang tak henti menetes, padahal ini masih cukup pagi, dan udara sekitar masih terbilang sejuk, namun berbeda dengan yang Jaemin rasakan.

Panas.

Sesak.

Sakit.

Sedikit demi sedikit, Jaemin mulai kehilangan kesadarannya, sungguh tubuh ringkih itu rasanya tak akan mampu menahan rasa sakit separah itu. Rasanya ia ingin mati saja sekarang.

"J-jenhh" Setetes air mata turun membasahi pipinya yang terlihat semakin tirus. Ia sungguh membutuhkan Jenonya. Jaemin yakin, akan lebih baik jika ada Jeno bersamanya saat ini, memeluk dan menenangkannya.

"Jenooo.. Akuu, aku rindu kamu, aku sungguh sangat rindu kamu, Jen"

"Jenoo.. jika ini adalah akhirku, aku mohon, jangan segera lupakan aku, setidaknya sebentar saja didalam hidupmu, kenanglah aku sebagai Nanamu, sebagai seorang yang pernah kau cinta, aku.. aku mencintaimu, sungguh sangat mencintaimu, Jeno"

..

..

Jaemin benar-benar kehilangan kesadarannya, ia pasrah terhadap apapun takdirnya, ia ikhlas jika memang ini adalah akhir dari hidupnya.

.

.

MSV

.

.

Sepasang mata indah itu perlahan terbuka, ia mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba menyesuaikan banyaknya cahaya yang tertangkap oleh matanya.

Pandangannya beralih pada sebuah tangan kekar yang membungkus tubuhnya dengan hangat, ia menoleh kesamping menatap si pemuda tampan yang masih nyaman berada dialam tidurnya.

Setetes air mata kembali lolos dari mata Jaemin, serindu itu ia pada sosok lelaki tampan yang telah memenuhi ruang dihatinya itu, hingga alam bawah sadarnya pun kembali membuatnya memimpikan sosok Jeno.

Tangan Jaemin terulur mengelus lembut rambut Jeno yang tampak semakin panjang tak terawat, sebuah senyuman mulai tercetak dibibirnya, setidaknya mimpi kali ini tak seburuk mimpi yang sebelumnya.

"Jenoo, aku rindu kamu"

Pelukan itu terasa semakin erat memeluk tubuh Jaemin, Jeno semakin mendekatkan tubuhnya, menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Jaemin dan menghirup aroma khas Jaemin yang sangat ia rindukan.

"Aku juga sangat merindukanmu, Na"

Deg!!

Tidak.

'Apa benar ini hanya mimpi? Tapi, kenapa terasa begitu nyata?'

Jaemin memaksa tubuhnya untuk bangkit, ia memandang sekitar, matanya melebar saat ia sadari ini bukanlah mimpi, ia benar-benar tengah berada di salah satu kamar di Villanya, namun...

My Sweet Vampire [NOMIN]  🔞 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang