S2 Chapter 11

793 108 3
                                    

Singkat cerita, Lia sekarang telah berada di bandara Lester B, Kanada. Sendirian, dia menarik kopernya berjalan menuju gerbang keberangkatan.

Sementara itu, dari arah belakang sudah ada Ryujin yang sedari tadi sudah mengikutinya sambil tergesa gesa menarik kopernya.

Dia sudah memutuskan ini. Entah apapun yang terjadi, dia akan ikut bersama Lia ke Korea.

Persetan dengan masalahnya dengan sang kakak sepupu, intinya Ryujin hanya mau menyelesaikan masalahnya dengan Lia. Walau dikenal sebagai salah satu murid yang nakal ketika di sekolah, Ryujin tetap masih punya rasa tanggung jawab jika dia melakukan kesalahan.

Tibanya Lia di depan pintu gerbang keberangkatan, Lia menghembuskan nafasnya. Harap harap setibanya dia di Korea, dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Karina.

"Lia, tunggu aku!" Ryujin menyusul Lia yang telah berjalan masuk ke dalam gerbang keberangkatan. Tak lupa juga dia memberikan kertas tiketnya pada sang penjaga gerbang sebelum dia diizinkan masuk ke dalam gerbang keberangkatan.

"Entah apapun yang terjadi...aku harus menjagamu dan anak kita yang sedang istirahat di rahimmu, Lia!" Ryujin berucap serius kemudian diam diam mengikuti langkah Lia dari belakang.

*****

Di negara Korea, Winter sekarang telah menunggu taksi di pinggir jalan di dekat lokasi syutingnya tadi. Ingin memesan taksi online, ponselnya malah lowbat dan bodohnya dia yang lupa membawa Powerbank dari rumah.

Ah, mungkin sekarang dia sudah melewatkan banyaknya panggilan dari Karina.

Karna memang faktanya, di ujung sana Karina sudah dibuat cemas dan kepikiran karna dia sama sekali belum menerima pesan apa apa dari Winter ditambah lagi, semua panggilannya tidak diangkat.

JDAAARRR!

Petir bergemuruh. Mendadak Winter langsung berjongkok di pinggir jalan sembari menutup kedua telinganya. Tubuhnya gemetaran kala dirinya berhasil teringat akan masa lalu kelamnya yang dibuang oleh TaeNy.

"Eomma...appa...mianhe"

Saat itu, hanya 3 kata itu saja yang bisa diucapkan Winter kecil kala hal tersebut terjadi. Sendirian berjongkok di pinggir jalan dengan berlindung di bawah kotak kardus, Winter meringkuk sendirian dengan tubuh yang sudah kedinginan.

Dan tak lama setelah itu, hujan mulai turun membasahi kota Seoul. Ah, kalau begini rasanya Winter sudah berada di dalam masa Deja Vu.

Disaat dirinya kalap tak tau harus bagaimana dan harus apa, tiba tiba saja muncul sosok hangat yanh secara lembut telah memeluk tubuhnya.

Efek obat yang dia tegak tadi juga perlahan mulai hilang dikarnakan dia yang tak bisa mengontrol emosinya. Dan disaat itulah Winter mulai berhalusinasi menatap seorang pria yang sangat dia rindukan, seorang pria yang sangat dia cintai, seorang pria yang sangat ingin dia temui jika saja waktunya belum terlambat.

Seorang pria...yang sudah lama meninggalkan dirinya.

Yoo Jimin.

"Tak apa. Begitu aku masih bernafas dan menginjak tanah, aku bersumpah akan selalu ada di sampingmu terus, Minjeong-ah. Sekarang ayo kita pulang. Tubuhmu semakin dingin. Aku tak mau kau terkena demam"

Perlahan tapi pasti, orang yang memeluk Winter tadi membawa Winter menuju mobil hitam miliknya sembari menutupi kepala Winter dengan pakaian luarnya agar Winter tak basah.

Setibanya Winter di mobil, Winter langsung menangis kencang sambil memeluk tangan orang tersebut. Perasaan rindu yang sangat mendalam dirasakannya.

Melihat Winter yang menangis seperti ini, membuat orang tadi tersenyum tulus. Diusap lembut pucuk kepala Winter guna memberi Winter ketenangan.

Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang