KENYATAAN PAHIT [ 1 ]

2 0 0
                                    

   Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Yuni membuat Yuni tak berhenti bertanya, Ibu Jonghyun yang berada disana juga tau persis apa yang Yuni rasakan, Ibunya langsung menghampiri Yuni dan memeluknya dari samping. Dengan pelukan itu membuat Yuni sadar bahwa keadaan Jonghyun benar-benar buruk, menyadari hal itu, Yuni benar-benar menangis dengan pertanyaan yang masih Ia lontarkan.

"Wae, waeyo Eonni" ucap Yuni. "Yuniya, Jonghyuna, gwaenchanha" bisik Ibunya yang masih belum bisa membuat Yuni tenang. "Eonni wae" bibirnya gemetar saat menanyakan semuanya, matanya yang semakin merah memandang kedua saudara itu. "Katakan padanya" desak Sodam. "Nuna" pangil Jonghyun yang mulai berkaca-kaca.

"Jonghyuna, kenapa hal ini bisa terjadi padamu" tanya Sodam yang bersujud didepan Jonghyun. "Nuna". "Kenapa hal ini terjadi padamu Jonghyun, Ya, Jonghyuna" sebut Sodam yang membuat tangis Yuni semakin deras. "Jonghyunie, Sampai kapan Kau akan bertahan" ucap Yuni yang langsung mendapat tatapan serius dari Sodam. "Eonni" pangil Yuni setelah melihat Sodam menatapnya. "Sampai kapan" Yuni menatap balik Sodam.

"3 dan paling lama 6 bulan Ia bisa bertahan" jelas Sodam, yang tak memiliki pilihan lain selain memberitahu Yuni kenyatan pahit itu. "Nunaya" sebut Jonghyun yang pada awalnya berencana tidak ingin memberitahu Yuni. "Apa Kau akan meningalkannya tanpa Ia ketahui, Dia akan meresa sangat bersalah pada akhirnya" kata Sodam yang membuat Yuni langsung terjatuh terduduk dilantai yang dingin.

   Bahkan matanya tak sangup untuk menatap siapapun yang berada didepanya itu. "Aku akan terus hidup Yuniya" semangat Jonghyun. "Akhh, akghhh, akgg, kenapa dadaku sesak sekali" ujar Yuni sembari menepuk-nepuk dadanya, Tak hanya sekali, Yuni bahkan menepuk dadanya berkali-kali, entah pukulan keberapa kalinya, hal itu membuat Jonghyun merasa tak tega, Jonghyun langsung menahan kedua tangan Yuni dan mencoba menenangkan.

"Agggghhh, Jonghyunie," tangis Yuni yang benar-benar menangis dari sebelumnya, semua orang yang mendengar tangis Yuni pun ikut menangis.

   Tangis itu terdengar sangat sakit dan lirik, "Yuniya, berhentilah" suruh Jonghyun. "Wae, waeyo" tanya Yuni histeris. "Berhentilah" bentak Jonghyun yang membuat Yuni langsung terdiam lalu menatapnya. "mianhae, Aku tak bisa menghentikannya" ujar Yuni lalu beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja.

"Yuniya" tunduk Jonghyun yang hanya bisa terdiam melihat Yuni pergi menjauh darinya. "Jonghyuna" hampir Ibunya yang langsung mendekap Jonghyun dipeluknyan.

                                          ♡♡♡

"Eomma" pangil Yuni dengan langkahnya yang tergesa-gesa mencari keberadaan Ibu serta adiknya, namun disepanjang mata memandang Ia tak menemukan keberadaan Ibunya serta Rani. "Dimana kalian" ucap Yuni yang terlihat lelah dan terduduk lemah dilantai ditengah rumah. Ia membawa semua kesedihanya diduduknya, Ia menekuk kedua kakinya menangis karna semua yang telah Ia ketahui.

   Ia benar-benar putus asa sekarang, bukankah seharusnya Ia bisa mengubah masa depan, bukankah seharusnya Ia bisa menyelamatkan Jonghyun, tapi ternyata hal tak terduga mucul, Ia merasa ini bukan hanya masalah mengubah masa depan, karna baginya masa yang sedang Ia jalankan adalah masa kini, Ia merasa semuanya sia-sia dan sekarang Ia sangat merasa putus asa, dan bersedih dengan keadaan Jonghyun.

   Namun tak lama Yuni beranjak dari duduknya lalu masuk kekamarnya, dan tak lama keluar lalu menuju kamar Rani. Entah apa yang dilakukanya, tapi Ia berada dikamar Rani dengan suara berisik yang entah ditimbulkan karna apa. Sibuk dengan urusanya yang entah apa, bahkan karna kesibuknya Ia sampai tak menyadari kedatangan Ibu serta Rani yang langsung terduduk dimeja makan.

   Yuni yang masih belum menyadari kehadiran keluarganya tiba-tiba menghentikan kesibuknya yang sedang memasukan baju Rani kedalam koper, Ia terhenti dan menangis, sekali lagi Ia mengingat Jonghyun. Disisi Ibunya dan Rani, mereka menyadari ada suara tangis yang berasal dari kamar Rani. "Yuniya" pangil Rani untuk memastikan, namun tak ada respon dari dalam kamarnya.

   Dengan sedikit rasa takut Rani serta Ibunya berjalan mendekati kamar Rani, didepan kamar suara itu semakin jelas terdengar, suara yang pelan dan lirih membuat Rani serta Ibunya benar-benar merasa takut. Namun setelah mereka membuka pinti kamar mereka melihat Yuni yang sedang menangis dengan keadaan kamar yang berantakan, baju yang berserakan membuat Ibunya serta Rani masuk dengan kebingungan. "Yuniya, ada apa" hampir Ibunya yang langsung mendekati Yuni yang saat itu masih menangis.

"Ya, kenapa Kau mengeluarkan bajuku" triak Rani yang mementingkan bajunya. "Raniya" bentak Ibunya membuat Rani terdiam dan tersadar dengan tangis Yuni.
"Yuni wae" ucap Ibunya.

   Yuni menatap Rani yang kala itu mulai membereskan bajunya kembali, dengan histeris Yuni langsung menarik tumpukan baju ditangan Rani lalu Ia masukan kembali kedalam koper. "Ya, ada apa denganmu" ucap Rani yang mulai geram dengan tingkah Yuni. Tanpa memperdulian ucapan Rani, Yuni terus mengemas baju Rani. "Waeyo" dorong Rani sampai membuat langkah Yuni tergeser.

"Yuniya, ada apa" saut Ibunya. "Eomma, kita harus segera pindah, Raniya, tak akan sembuh dinegara ini, kita akan mengobatinya dinegara lain, US mari kita kesana" ucap Yuni secara tiba-tiba, Yuni mendekati Ibunya, Ia mengapai tangan Ibunya dengan tatapanya yang sayu. "Disana Aku akan bekerja, Eomma, Ayo kita pergi" bujuk Yuni. "Yuniya" sebut Ibunya. "Eomma" triak Yuni dengan nada paksaanya. "Yuni Wae" potong Rani.

"Eomma, Kajja" tatap Yuni yang tak mendapat respon apapun. "Eomma Jebal" suaranya semakin pelan, menyadari sepertinya Ia tak akan bisa membujuk Ibunya.

ANNYEONG:JONGHYUNIE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang