KENYATAAN PAHIT [ 2 ]

2 0 0
                                    

   Ibunya menarik tangan Yuni perlahan dan memegang erat kedua telapak tangannya yang kala itu terasa sangat dingin. "Apa yang terjadi" ucap Ibunya. "Eomma, jebal, Kajja" bibirnya gemetar sembari menunggu jawaban Ibunya. "Aku tak akan pergi meskipun Kau menyuruh" saut Rani. "Raniya, Aku mohon, Kajja" . "Apa yang Kau pikirkan" tanya Rani dengan solotanya.

"Kita akan pergi untuk perawatan yang jauh lebih baik untukmu" jelas Yuni. "Wae, apa nanti Aku akan mati" tanya Rani yang langsung membuat Yuni terdiam menyadari entah apa yang Ia lakukan.

   Tapi Yuni merasa jika Rani dirawat dinegara lain mungkin saja Rani akan tetap hidup, karna dimasa depan Rani tiada saat perawatanya bertahun-tahun dikorea. Tak bisa menjawab pertanyaan Rani membuatnya terus mengingat Jonghyun, Namun apakah ini keputusan yang tepat, apa Yuni akan meningalkan Jonghyun yang kala itu divonis hanya bertahan hidup selama 3-6 bulan kedepan. Apakah itu adalah keputusan terbaik, atau terburuk, mempertanyakan itu dikepalanya membuatnya menangis tanpa menjelaskan apapun.

   Rani serta Ibunya kala itu hanya bisa terdiam sesaat sebelum akhirnya Ibunya menghampiri Yuni dengan nada bicaranya yang lembut, berusaha memahami Yuni dengan segala keadaanya yang tidak diketahui. "Yuniya, waeyo" suara lembut itu masuk dan membuat Yuni tersadar dan sedikit tenang. "Eomma, Jonghyunie" henti Yuni setelah menyebut nama Jonghyun.

  Mendengar Yuni terhenti setelah menyebut nama Jonghyun, membuat Rani serta Ibunya tau jika ada hal buruk yang terjadi. "Wae" tatap Ibunya. "Jonghyunie, dokter mengatakan, Jonghyun hanya bisa bertahan selama 3-6 bulan kedepan, Eomma" Ujar Yuni yang membuat semua orang tak percaya akan ucapan Yuni, namun melihat Yuni menangis mereka tau jika hal itu benar terjadi.

"Eomma" pangil Yuni yang mengharapkan solusi dari Ibunya. "Yuniya" peluk Ibunya. Dengan air mata yang juga menetes membuat kedua orang itu saling berpelukan untuk mengutkan satu sama lain, disisi lain Rani yang melihat itu langsung pergi keluar kamarnya, Ia terdiam lemah didepan pintu kamarnya, disana Ia menangis tak menyangka akan semua hal itu.

"Eomma, Jonghyunie, Dia adalah temanku yang pernah Aku ceritakan, Jonghyunie, adalah orang yang ingin mengakhiri hidupnya" ucap Yuni dengan sedihnya. Mendengar pengakuan itu Rani langsung menangis sejadi-jadinya, Ia tak bisa lagi menahan tangisnya mendengar pengakuan Yuni. "Gaunde, Jonghyunie, sudah berubah pikiran dan ingin terus hidup, Eomma, kenapa Ia malah menjadi seperti Ini" ujar Yuni yang membuat semua orang paham betul kenapa Yuni sampai menangis seperti itu.

"Yuniya, umur adalah urusan tuhan, kita tak bisa menggangu yang telah menjadi urusan tuhan" ujar Ibunya yang masih memberikan pelukan erat pada Yuni.
"Eomma, Jonghyunie, wae" ucap Yuni dengan suaranya yang perlahan mengecil dan tak bersuara, "Yuniya" ucap Ibunya untuk memastikan keadaan Yuni.

"Eomma, Jonghyunie" bisik Yuni yang langsung mendapat pelukan semakin erat. "Eomma, ara" ujar Ibunya.

                                         ♡♡♡

    Malam itu Yuni serta keluarganya hanya terduduk diam dikamar masing-masih, sampai akhirnya Rani keluar karna bel rumah berbunyi, Rani membuka pintu dengan malas dan terkejut saat melihat Jonghyun berdiri didepan rumahnya. "Akh, Oppa" ujar Rani. "Jangan menatapku dengan penuh rasa kasihan" senyum Jonghyun. "Oppa, Eonni" saut Rani. "Eomma" balas Jonghyun.

"Eomma" triak Rani dari luar rumah, Ibunya yang terduduk dikamarnya mendengar Rani teriak langsung bergegas keluar, takut jika hal tak terduga terjadi, namun Ia malah tak sangup berdiri setelah melihat Jonghyun berada didepan rumahnya. "akhh" kejut Ibu. "Eomma, Ani, tolong jangan mengkhawatirkan diriku" printah Jonghyun. "Jonghyuna" pangil Ibunya yang membuka lebar tanganya dan berjalan mendekati Jonghyun untuk memeluknya, "gwaenchanha" ucap Ibunya.

"Eomma" pangil Jonghyun setelah merasakan sentuhan lembut yang berada dibelakng punggungnya. "Oppa" ucap Yuni yang melihat Ibunya sedang memeluk Jonghyun. "Yuniya" balas Jonghyun.

   Mendengar suara Yuni, Ibunya langsung melepas peluknya pada Jonghyun dan menatap Kearah Yuni yang kala itu melihat Jonghyun dengan mata sayunya.
"Eomma, apa Aku boleh mengajak Yuni berjalan dimalam hari" ucap Jonghyun yang sedang meminta izin. "Ani, apa yang Kau katakan, ini adalah malam hari, Kau akan tambah sakit" tolak Ibunya. "Eomma, Aku mohon, Aku akan menjaga Yuni meskipun keadaanku seperti ini" yakin Jonghyun. "Aniyo, Eomma,".

"Pakai ini" potong Yuni yang keluar dengan baju tebal yang langsung Ia pakaikan pada Jonghyun. "Mungkin malam ini akan sedikit dingin menuju musim dingin" ujarnya yang masih sibuk merapihkan baju tebal yang Ia kenakan pada Jonghyun. "Yuniya, ini masih awal musim gugur, dan sebelum itu musim panas, jadi suhunya masih cukup hangat" sadar Jonghyun. "Apa yang Kau katakan bukankah sebenyarr lagi musim-" henti Yuni.

   Menyadari hal yang tak Ia sadari diawal, Yuni langsung terhenti dengan tangan yang masih memegang erat kerah baju Jonghyun. "Jonghyunie, tolong tetaplah hidup meski hanya sampai musim dingin berakhir" tunduk Yuni didepan Jonghyun.

                                         ♡♡♡

ANNYEONG:JONGHYUNIE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang