PERMAINAN TAKDIR [ 1 ]

2 0 0
                                    

"Aku tidak menghindarimu Yuniya, tapi Aku benar-benar sedang sibuk sekarang, dan Kau harus pulang sekarang, karna Aku juga akan pulang" jelas Jonghyun yang masih mendapat bantahan dari Yuni, "Lalu liburan musim panas yang telah kita rencanakan" tagih Yuni, semua orang yang berada disana hanya bisa terdiam melihat Yuni bertanya dan Jonghyun menjawab. "Eomma, Raniya, Ayo pulang" ajak Yuni tiba-tiba setelah menungu jawaban dari Jonghyun beberapa saat, namun Jonghyun tak bisa menjawab apapun.

"okhh, Annyeonghaseyo" tunduk Rani yang diikuti oleh Yuni. Setelah memberi salam mereka bertiga pergi secara bersamaan dan beriringan, Jonghyun serta keluarganya hanya bisa melihat Yuni dan keluarganya pergi semakin jauh dari pandangan. "Cepat beritahu Dia, jika tidak Kau akan membuat gadis itu lebih terluka" beritahu Ibunya lalu berjalan pergi meningalkan Jonghyun dan Sodam

                                         ♡♡♡

   Dirumahnya, Yuni tertunduk diam saat Ibu serta Adiknya mengoceh untuk menyadarkannya. "Apa yang Kau lakukan tadi adalah kesalahan besar, bagaimana Kau bisa menunjukan cintamu terlebih dahulu" oceh Rani. "Cinta" serang Ibunya.

"Ani" rengek Yuni. "Aku hanya mengkhawatirkannya saja" lanjutnya.

"Akkkhh" tawa Rani yang tak habis pikir pada Yuni. "Semua orang tau jika Kau mencintainya" ungkap Rani.

   Mendengar apa yang dikatakan Rani hanya membuat Yuni terdiam memikirkan sesuatu. "Bahkan meskipun begitu, Dia tak mengagap diriku, Dia hanya mengangap Aku adalah orang asing" cerita Yuni sembari mengingat saat Jonghyun mengatakan bahwa Yuni bukanlah siapa-siapnya pada Sodam, saat Jonghyun masuk rumah sakit dahulu.

"Apa Dia mengatakan itu" tanya Rani dengan bicaranya yang pelan. "Iya" jawab Yuni yang langsung menghentikan ocehan Rani dan Ibunya.

"Annyeonghaseyo" triakan tanpa memencet bel terdengar sampai kedalam rumah Yuni ditengah keheningan yang melanda. "Siapa" tanya Rani yang langsung berjalan membuka pintu. "Oppa" pangil Rani, mendengar itu Yuni serta Ibunya tau siapa yang datang dan mencoba bersikap senetral mungkin.

"Jonghyun" pangil Yuni setelah Jonghyun masuk keruang tv. "Annyeonghaseyo" sapa Jonghyun sembari memberikan bingkisan yang Ia bawa pada Ibunya Yuni.

"Kenapa Kau berada disini, seharusnya Kau beristirahat dirumah" ujar Ibunya Yuni. "Bukankah Ini rumah" potong Jonghyun. Perkataan itu membuat Ibu Yuni tersenyum dan mempersilakan Jonghyun duduk disaat Ibunya akan membuat makanan untuk mereka.

   Dengan penuh senyum Jonghyun duduk dimeja makan ditemani oleh Rani yang menghadap keruang tv tempat Yuni sedang duduk. "mianhaeyo, Yuni" ucap Jonghyun yang membuat Ibu serta Yuni langsung menatap kearahnya. "Akhh, Aku sudah melupakan hal itu, lagi pula apa yang Kau katakan itu benar, Kau sedang sibuk, dan masalah liburan Aku akan pergi bersama keluargaku nanti, jadi Kau tak usah memikirkan itu" ucap Yuni yang menambah kekesalan Ibu serta Rani pada dirinya.

"Makanlah" potong Ibunya Yuni. Setelah melalui diamnya, Mereka langsung memulai makan dengan berbagai pujian untuk masakan Ibunya Yuni. Ditengah sibuknya menyantap makanan, Yuni terfokus pada wajah Jonghyun yang mulai memerah, "Wae" tanya Yuni. "Sepertinya Aku memakan cabai" ucap Jonghyun yang langsung mencairkan suasana dengan tawa Dan dengan tawa pula mereka memberikan Jonghyun gula serta minuman untuk meredakan pedasnya.

"Kau tak perlu memikirkan liburan keluarga kami, Kau bisa berlibur dengan Yuni" ujar Ibunya ditengah-tengah tawa yang menghiasi, namun Jonghyun yang mendengar itu langsung terdiam menatap Ibunya. "Eomma" pangil Jonghyun, seketika semua orang berhenti dan diam menatap Jonghyun, untuk pertama kalinya Jonghyun memangil Ibunya Yuni dengan sebutan Ibu. "akhh, Kau memangilku seperti itu, Aku jadi teringat oleh anak laki-lakiku" haru Ibunya.

"mianhae Eomma" ujar Jonghyun. "Tak perlu meminta maaf, Aku senang Kau menjadi putraku" lanjut Ibunya yang kembali makan. "Aku tidak bisa mengajak Yuni berlibur, Jadi tolong ajak Dia berlibur dengan kalian" ucap Jonghyun yang kembali menghentikan aktivitas Ibunya Yuni. "Waeyo, apa Kau sibuk saat liburan" saut Yuni. "Aku sudah mengatakanya, Aku akan pergi dengan keluargaku jadi jangan pikirkan hal lain, fokuslah pada dirimu, tapi jangan lupa meminum vitamin" senyum Yuni.

   Melihat senyum Yuni yang tak hilang dari pandangnya, Jonghyun langsung merogoh kantong celannya dan mengeluarkan secarik kertas yang langsung Ia serahkan pada Yuni.

"mianhae" ucap Jonghyun dengan tatapan sayu. Sepertinya hal itu bukanlah kabar baik, dan Yuni telah menyadarinya, Yuni tak langsung melihat kearah kertas yang Jonghyun berikan, Ia masih menatap Jonghyun dengan senyumnya. Namun Ibunya yang berada disamping Yuni langsung mengambil kertas yang bertulisan diatasnya dan membacanya, Diikuti dengan Rani yang beranjak dari tempat duduknya dan ikut membaca kertas itu.

"Aku tidak bisa mengajakmu berlibur untuk musim panas seperti rencana kita, mianhae, Yuni" tatap Jonghyun, yang masih mendapat senyum dari Yuni. "Jangan tersenyum kearahku" ucap Jonghyun yang langsung membuat senyum Yuni pudar, namun sebenarnya bukan hanya ucapan Jonghyun yang membuat senyumnya pudar, namun suara tangis yang pelan namun lirih dari dua orang yang berada disampingnyalah yang membuat senyumnya pudar.

"Yuniya" pangil Ibunya lalu memberikan secarik kertas yang bertuliskan bahasa korea. "Aku berasal dari indonesia, dan belum selancar itu untuk membaca hangel, jadi tolong beritahu Aku isi dari kertas yang Kau berikan" tatap Yuni.

"mianhae Yuniya". "Yuniya, bacalah" printah Ibunya dengan sedikit memaksa. "Eomma, Aku tak bisa membaca bahasanya" jawab yuni, "Kau bisa membacanya jadi bacalah" triak Rani yang perlahan membuat Yuni menangis. "Aniyo, Aku tidak bisa" jawab Yuni. "Yuniya" pangil Jonghyun. Mendengar suara tangis yang  bergema membuat Yuni semakin takut untuk membaca kertas tersebut. "Katakan" ucap Yuni dengan tatapan yang masih sama.

   Dengan posisi tegaknya Yuni mulai mengalihakan pikiranya dengan memakan maknannya yang masih tersisa, ditengah lahapnya Ia makan, Ia tak sengaja melihat kertas yang tertulis nama Kim Jonghyun lalu Ia juga membaca tulisan Leukemia.

  Benar, mungkin ini adalah hal yang sangat buruk, dan sangat menghancurkan perasaan Ibu serta Rani, terdengar dari suara tangisnya.

   Tak bisa menutupi diri dari kenyataan membuat Yuni langsung menangis histeris, "Ahjhhhh" tunduk Yuni dengan mulut yang masih terisi penuh dengan makanan. "Makanlah makananmu, baru menangis" ucap Jonghyun. "Aku masih belum membacanya" ungkap Yuni setelah menelan paksa makanan dimulutnya.

"Jonghyun, "pangil Ibunya. "gwaenchanha Eomma" senyum Jonghyun

"Yuniya, bacalah nak" suara lirih membuat Yuni menatap sejenak Ibunya yang telah menangis. "Eomma" sebut Yuni.

ANNYEONG:JONGHYUNIE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang