AKHIR

7 1 0
                                    

   Yuni masuk kerumahnya dan melihat tak ada orang dirumahnya, dengan entah perasaan apa yang Ia rasakan, rasa tak tenang tiba-tiba datang menghampiri Yuni, Yuni yang ingin kekamarnya tiba-tiba terhenti, melihat kearah meja makan yang gelap.

   Semakain Ia perhatikan, semakin jelas bayangan seseorang Ia lihat, "Arzan" sebut Yuni dengan senyumnya, saat melihat kakak laki-lakinya duduk didepanya dengan penuh senyum.
"Wae" ujarnya.

   Yuni yang masih menatap meja makan tiba-tiba tersadar bahwa semua itu hanyalah bayanganya dan Ia mulai melihat bayang-bayang akan kebersamaanya dengan Jonghyun, tanpa Ia sadari Ia telah banyak menghabiskan waktu senang dan sedih dimeja makan itu, yang kini terlihat gelap.

   Air matanya mulai mengalir saat mengingat kejadian-kejadian kebersamaanya, entah bersama keluarganya ataupun Jonghyun, lalu setelah Ia mengingat semua peristiwa itu, tiba-tiba Ia mengingat kejadian apa yang telah membawanya kesini. "Apa yang terjadi padaku waktu itu, apa Aku sudah mati, atau masih hidup" ujar Yuni yang mengingat bahwa dirinya waktu itu ingin mengakhiri hidupnya.

   Tak ingin memikirkan masa depan yang membuatnya menyesal, Ia pun langsung mengalihkan pikiran serta pandanganya lalu masuk menuju kamarnya. Disana Ia menaruh tasnya diatas kasur bergegas berganti pakaian dan setelah itu Ia langsung menjatuhkan dirinya.

   Berusaha untuk tidur, tiba-tiba Yuni memikirkan kemana Rani dan Ibunya pergi, kembali bangun dari tidur dan berinisiatif menelon Ibunya untuk menanyakan dimana mereka, belum sempat menelpon Ibunya, Yuni dikejutkan dengan telpon masuk dari Sodam.

   Tanpa mengetahui apapun Yuni langsung mengangkat telpon dari Sodam.
"Yuniya" . "Wae" ucap Rani yang mendengar suara Sodam gemetar.

   Menutup telpon segera, Yuni langsung berlari keluar kamarnya. "Eomma" pangilnya yang masih melihat rumahnya yang kosong, tidak memikirkan hal itu Ia langsung bergegas pergi dengan tergesa-gesa. Berlari mencari transportasi apapun yang Ia temui dijalan dilihat dari wajahnya, Yuni terlihat menangis bahkan saat Ia berlari setiap langkah air matanya terjatuh.

   Malam itu Yuni berjalan tanpa memakai baju musim dinginya, meskipun diluar salju turun dengan sangat lebat, seperti orang gila Yuni terus berusaha menghentikan taksi yang Ia temui namun Ia tak bisa menghentikan satu taksipun.
"Ya,,,," triak Yuni, entah apa yang terjadi Yuni langsung berlari, kecepatanya bahkan bisa terlihat, Ia berlari entah kemana.

   Sejauh mata memandang Yuni terus berlari dengan tangisnya, tak mementingkan sandal yang copot salah satu, Ia terus berlari melangkah masuk, sampai dilorong rumah sakit Ia terhenti saat melihat Sodam serta Ibu Jonghyun lalu beberapa orang yang Yuni tidak kenal. "Yuniya, Jonghyuna" pangil Sodam, yang kala itu menangis menatap Yuni. "Eonni, Jonghyunie" ucap Yuni terbata-bata. "Khem" angguk Sodam dengan tangisnya.

   Memajukan kakinya, langkah demi langkah Ia berjalan untuk menghampiri Sodam yang kala Itu berada didepan pintu ruangan Igd, tangisnya yang saat itu masih Ia tahan terhenti, dunia seakan-akan mengecil, nafasnya tiba-tiba sesak, langkahnya mulai terhenti, tubuh Yuni perlahan miring dan membuatnya tumbang dalam beribu pertanyaannya. "Yuniya" pangil Sodam yang berlari menghampiri Yuni.

   Waktu yang seakan berjalan sangat lambat membuat Yuni bisa melihat keadaan didepanya dengan waktu yang pelan, Yuni sekarang terbaring tak berdaya dilantai, matanya yang terus berkedip pelan seakan-akan sebentar lagi akan tertutup. "Jonghyunie, Kau tak mengatakan jika Kau akan pergi" batin Yuni disisa-sisa kesadaranya. Setelah mempertanyaakan hal itu pada dirinya Ia langsung mengingat ucapan serta pertemuan terakhirnya dengan Jonghyun yang berkali-kali mengucapkan dirinya akan pergi, serta perintah Jonghyun untuk Yuni hidup dengan baik.

・INGATAN
"Wae" ucap Yuni yang kembali menatapnya. "Aku akan pergi, Aku sudah mengatakanya padamu Yuniya" ucap Jonghyun. "Khem, pergilah" ujar Yuni.

"Kau yang mengizinkanku pergi, jadi Aku bisa pergi sekarang" . "Khem, pergilah" suruh Yuni.
                                             ・                             

"Jonghyunie" Sebut Yuni dengan bibirnya.

"Yuniya" hampir Sodam yang benar-benar sudah berada didepanya. "Jonghyunie" pangil Yuni yang sekarang benar-benar tak sadarkan diri, sekarang penglihatanya benar-benar gelap, tak ada sedikitpun cahaya yang bisa Ia lihat, Yuni yang merasa masih sadar namun tak bisa melakukan apapun hanya bisa mendengar seseorang terus memangil namanya dengan tangis.

   Saat heningnya dikegelapan, Yuni tersadar kembali saat suara yang Ia kenal memangilnya dengan lembut. "Yuniya, sadarlah" suara itu seakan-akan membuat Yuni tersadar dari gelapnya, berusaha membuka matanya namun terlalu susah baginya, "Yuniya" suara yang sekali lagi menyadarkan Yuni membuat Yuni berusaha sekuat tenaganya membuka matanya dan mulai melihat sinar yang masuk kematanya.

   Perlahan namun pasti, Ia berusaha membuka matanya, kedipan demi kedipan Ia lakukan untuk membuat penglihatanya jernih kembali. "Yuniya" suara itu sekali lagi memangil nama Yuni, sentuhan dikepala Yuni mulai Ia rasakan. Merasa ada yang menyentuhanya Yuni terus berusaha menjernihkan penglihatanya, disana setelah memulihkan pandanganya, Ia melihat Ibunya yang terlihat sedang menangis. "Eomma" ucap Yuni terbata-bata. "Yuni" cium Ibunya serta tangis yang yang hadir.

"Jonghyunie" ucap Yuni selanjutnya. "Yuni" pangil Ibunya sekali lagi. Melihat kesekelilingnya Yuni menyadari bahwa Ia berada diruang perawatan, lalu Ia mengecek keadaanya yang saat itu sedang memakai alat bantu pernafasan. "Eomma, Raniya" ujarnya samar-samar.

"Yuni, tolong sadarlah, Rani, sudah meningal 2 tahun lalu" bisik Ibunya, yang langsung membuat Yuni menangis. "Eomma" pangil Yuni.

   Sepertinya sekarang Yuni sudah kembali pada masanya, Ia sekarang kembali disaat semuanya sudah pergi, apakah selama Ini Ia hanya bermimpi saat tak sadarkan diri setelah menghirup asap briket batu bara. "Eomma" sebut Yuni yang masih tak menyangka dengan dirinya yang hanya bermimpi selama ini.

"Kenapa Kau melakukan itu, Kau tau bahwa Aku hanya memilikimu sekarang, tapi apa yang Kau lakukan, kenapa Kau ingin mengakhiri hidupmu" tanya Ibunya yang sedang memeluk Yuni untuk menenangkan Yuni dari tangisnya.
"Eomma" tangis Yuni.

                                         ♡♡♡

"Permisi, surat atas nama Yuni" ucap seorang pengirim surat pada Ibunya Yuni yang kala itu baru saja ingin masuk kerumahnya. "Akhh, Ya, trimakasih" ujar Ibunya. "Jonghyuna, Kau selalu mengirimi Yuni surat untuk ulang tahunya meskipun Kau telah tiada" ucap Ibunya yang tak jadi masuk kerumahnya dan bergegas pergi menuju rumah Yuni yang saat itu sudah terpisah dari Ibunya, namun saat sampai dirumah Yuni, Ibunya tak bisa memangil Yuni, Ia menyangka Yuni tak ada dirumah, namun saat Ia akan pergi Ia melihat asap yang keluar dari pentilasi Yuni yang terlihat tertutup, curiga akan satu hal Ibunya langsung mengedor pintu Yuni, tak bisa melakukan apapun, Ia langsung mengedor rumah yang berada disamping rumah Yuni, seorang Pria muda datang membantu Ibu Yuni untuk mendobrak pintu kamar Yuni, saat pintu terbuka, asap sudah memenuhi ruangan, menyadari bahwa Yuni baru saja melakukan hal yang buruk Ibunya langsung menyuruh Pria tadi mengangkat Yuni untuk segera dibawa kerumah sakit.

   Hal itulah penjelasan mengapa Yuni masih bisa terselamatkan saat percobaan bunuh dirinya.

                                         ♡♡♡

"Dengan ini pelaku mendapat dakwaan atas pelecehan seksual  pada anak dibahwah umur pada waktu itu, pemerasan serta pengancaman, maka pelaku didijatuhi hukuman 43 tahun, serta kejahatan tercatan lainya" keputusan yang membuat Yuni bernafas lega lantaran orang yang telah melakukan pelecehan terhadapnya telah dijatuhi hukuman. meskipun tak setimpal dengan penderitaannya namun Ia sudah berani mengungkapkan semuanya.

   Ibunya yang kala itu setia berada disamping Yuni langsung menangis memeluk Yuni, tak menyangka putrinya mengalami penderitaan yang sangat berat tanpa Ia ketahui selama bertahun-tahun.

   Melangkah keluar dari persidangan, Yuni menatap langit yang kala itu bersinar dengan cerah, mengingatkanya akan Jonghyun. "Aku sudah melakukanya, Jonghyunie" ucap Yuni dengan air mata yang mengalir. "Ayo, Yuni" henti Ibunya yang menyadari Yuni menangis, tanpa menanyakan lebih lanjut Ibunya langsung memeluk Yuni.

ANNYEONG:JONGHYUNIE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang