CH 1: GIANA DAN PATAH HATINYA

381 63 17
                                    

GIANA POV

"Gue jelek ya? Apa gue nggak menarik lagi? Apa gue terlalu posesif?"

Gue menatap kosong ujung kaki sambil memeluk bantal, di depan gue ada Natasya sama Isabella, sahabat gue dari zaman pake popok. Mereka menatap gue dengan muka ikutan sedih.

"Lo cantik Gia, cantik banget malah! Lo itu udah ok, nggak ada yang salah sama lo." Kata Tasya meyakinkan gue. Mendengar itu bukannya lega gue malah tambah sedih.

"Terus kenapa Haris selingkuhin gue?" Kata gue frustasi.

Tasya sama Bella saling pandang sejenak sebelum menghela napas barengan. Dasar sok kompak!

"Lo nggak salah Gi, yang salah itu Haris. Gue sebenarnya nggak mau nanyakan ini, tapi menurut lo apa yang bisa selingkuhan Haris kasih tapi lo nggak bisa?"

Gue baru ingat sesuatu, mungkin itulah jawabannya. Seakan tahu bahwa gue sudah sadar apa jawaban dari segala pertanyaan gue tentang kenapa Haris selingkuh dari gue, Tasya sama Bella mengangguk meyakinkan gue akan kebenaran yg ada dibenak gue.

"Iya Gi, cewek itu bisa muasin nafsu Haris tapi lo nggak." Kata Bella. "Gue nggak kenal cewek itu, tapi dari muka-mukanya sih dia keliatan udah sering gituan." Lanjutnya.

Gue bingung dari mana Bella tahu hal-hal semacam itu? Memangnya kelihatan ya? "Ngarang lo Bel, tau dari mana coba?" Tanya gue.

"Ya gue tau lah! Mukanya tuh muka-muka binal kayak si Tasya ini!" Yang disebut namanya melotot marah lalu memukul punggung Bella. "Sembarangan aja itu mulut!" Bentaknya.

Bella tertawa, "eh tapi gue serius! Pasti yang bisa Haris dapat dari dia tapi enggak dari lo itu kepuasan batin Gi. Zaman sekarang yang kayak lo itu langka, udah 26 tahun tapi masih segel. Lo liat aja si Tasya, dari kuliah udah nggak perawan," Ceplos Bella.

Lagi, Tasya memukulnya. Omongan ceplas-ceplos Bella memang kadang membuat jengkel, tapi kadang juga menghibur. Dia jujur banget, itu yang gue suka dari dia.

"Nggak ngaca lo bangsat!" Tasya terlihat tak terima. Bella melengos tak peduli, "gue sih udah nikah ya, dia yang pertama dia juga yang terakhir," Sombong Bella. Nggak bener juga ini, biar begitu juga sama-sama udah berdosa duluan. Emang nggak ada hal bener yang bisa dicontoh dari kedua bestie gue ini.

Mengabaikan mereka berdua yang berdebat, gue sibuk dengan pikiran gue. Omongan Bella tadi ada benarnya, mungkin alasan Haris ninggalin gue adalah karena gue nggak mau ngasih tubuh gue sama dia. Gue adalah penganut prinsip sex after marriage, bukan kayak dua sohib gue ini yang liarnya kelewatan.

Haris beberapa kali ngode buat ngelakuin lebih dari ciuman, tapi gue nolak. Dia baru ngasih sinyal aja gue tinggal pergi, atau kadang gue tolak mentah-mentah. Bukan apa-apa, gue merasa kalo dia dapetin gue sekarang itu nggak akan terasa spesial kalo kami menikah nanti. Nggak ada bedanya, bedanya yang setelah nikah nggak berdosa aja. Dan ya takdir berkata lain, kita ternyata nggak akan pernah menikah, Haris selingkuh sama karyawan baru di departemen kita, namanya Lia.

Umurnya tiga tahun dibawah gue, cantik, tinggi, badannya bagus. Selera fashion nya oke, sopan dan ramah. Tapi sejujurnya gue ngerasa agak janggal sama dia. Sikap dia ke karyawan laki-laki tuh keliatan sedikit berbeda. Gue tadinya nggak mau ngeiyain omongan rekan kerja cewek yang bilang si Lia ini centil, tapi ngeliat gimana cara dia interaksi sama Haris gue langsung setuju tiga ribu persen sama omongan mereka.

Gue kira Haris setia, karena selama ini dia memang terlihat begitu. Kalo interaksi sama cewek lain dia keliatan jaga jarak aja gitu. Sama Lia juga awalnya gitu, tapi berbulan-bulan setelahnya malah keliatan agak beda. Udah gue tegur tapi alasannya banyak banget. Gue berusaha maklumi tapi kok lama-lama mereka kelewatan. Dan akhirnya gue pergokin mereka make out di mobil Haris. Gue marah banget sampe gue lempar mobil Haris pake sepatu gue, nyaris aja gue pecahin kacanya.

Fake Dating Real FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang