CH 10: KARMA MEREKA

145 24 16
                                    

GIANA POV

Pagi ini kantor gue heboh dengan berita kecelakaan dari Haris dan Lia. Gue juga cukup terkejut dengan berita ini, padahal semalem sebelum pulang kantor Haris masih sempat nyuruh gue menyusun materi untuk meeting dengan klien hari ini. 

“Katanya Pak Haris lumayan parah loh, kepalanya berdarah, sampai harus dijahit!” 

“Gue denger dari saksi mata katanya Pak Haris nyelametin Lia yang mau ditabrak mobil!” 

“Wah…”

Gue nggak bisa menggambarkan perasaan gue ketika mendengar semua pembicaraan mereka itu. Disatu sisi gue kasihan tapi disisi lain gue kayak apa ya, ada sesuatu yang nggak bisa gue jelasin rasanya bagaimana. 

“Nanti pulang kerja kita jenguk mereka bareng-bareng ya,” gue merasakan bahu gue ditepuk. Itu Mas Bayu, salah satu anggota tim gue juga, “Gia ikut kan?” Dengan setengah hati gue mengangguk. 

Mungkin gue punya hubungan yang buruk sama mereka berdua, tapi tetap aja mereka adalah rekan kerja gue. Jadi gue tetep mau nunjukin kepedulian ke mereka yang terkena musibah walaupun gue tahu nanti disana gue nggak akan berbicara apa-apa. 

Saat jam pulang kerja tiba, gue dan rekan satu tim gue yang berjumlah tiga orang berangkat ke rumah sakit tempat Lia dan Haris dirawat. Gue nggak nyangka kalau mereka ternyata dirawat di rumah sakit Medistra. Gue pulangnya deket nanti, dan semoga gue ketemu Alsha hari ini, gue kangen. 

Ruangan mereka berada di lantai tiga, pertama kami pergi ke ruangan Haris. Keadaan dia memang lumayan parah, tapi gue denger nggak ada tulangnya yang patah, hanya saja tulang bahunya geser sehingga ia tetap memerlukan waktu lebih untuk pemulihan. Kepalanya benar-benar menerima jahitan dan hanya mengalami luka luar. 

Berdasarkan kronologi yang diceritakan Haris, mereka tengah bertengkar di depan sebuah hotel, Haris nggak jelasin kenapa mereka ada disana. Di Tengah pertengkaran mereka Lia pergi gitu aja ke jalan utama, dan dikejar Haris. Waktu Lia nyebrang ada mobil yang melaju kencang ke arah Lia, Haris lihat itu dan dengan segera menyelamatkan Lia. Mereka nggak tertabrak, tapi tetap aja Haris dan Lia terluka karena jatuh dengan keras ke sisi jalan sampai membentur trotoar.

Haris nggak bohong, gue tau. Gue tetap diam, setelah selesai gue dan yang lain mengucapkan semoga lekas sembuh dan berpamitan pergi. 

“Gue ke toilet dulu ya, nanti gue nyusul ke ruangan Lia.”

Ketiga rekan gue mengangguk dan pergi duluan. Gue bertanya ke perawat yang lewat, dimana toilet berada, setelah mendapat jawaban gue segera kesana. Selesai dari toilet gue segera keluar dan berjalan menuju ruangan tempat Lia dirawat. Entah kenapa gue merasa lebih berat bertemu Lia dibanding bertemu Haris. Gue duduk di kursi tunggu yang ada sedikit jauh dari ruangan Lia, gue merasa belum mau masuk sekarang. Gue duduk bersandar sambil menatap dinding putih rumah sakit. 

“Gia?” 

Gue menoleh dan mendapati Alsha bersama dua temannya yang berseragam sama dengannya. Salah satunya ia kenal sebagai dokter Mahesa. 

“Kamu ngapain disini?” 

“Sha… Haris sama Lia kecelakaan, mereka dirawat disini,” Jawab gue lirih. 

Alsha meminta teman-temannya untuk pergi berdua dulu saja, dia tidak ikut kali ini. Ia mengambil tempat di samping gue, bertanya ada apa sambil menatap gue penuh perhatian. Kekalutan yang sedari tadi gue alami akhirnya gue ungkapkan. 

“Rasanya aneh, aku kasihan sama mereka berdua. Ketika ngelihat Haris tadi, aku nggak tahu kenapa aku ngerasa seperti, mungkin itu balasan dari Tuhan karena dia jahat. Seharusnya kan aku nggak boleh mikir begini, mau bagaimana pun jahatnya dia sama aku kan aku nggak boleh senang musibah dia…” 

Fake Dating Real FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang