Setelah saling simpan nomor dengan Gia, gue belum ada menghubungi dia soal apapun selama satu bulan ini. Selain cukup sibuk gue juga nggak tahu mau ngechat apa, gini banget nggak pernah deketin cewek lagi setelah bertahun-tahun. Temen-temen gue juga nggak nanyain perkembangan hubungan gue dan Gia. Gue rasa mereka ngiranya gue memang nggak membuat pergerakan apapun ke Giana, mana mereka tau gue udah punya nomornya.
Sampai akhirnya tibalah hari pernikahan Sean. Ini hari bahagia untuk Sean dan Hanin istrinya, namun malapetaka untuk jomblo ganteng seperti gue. Apalagi gue resmi menjadi orang terakhir yang masih bujangan diantara para sepupu gue, baik dari pihak Bunda maupun pihak Ayah.
Kalau lingkupnya diperluas lagi ke keluarga besar, ya masih ada sepupu gue yang belum menikah, walaupun mereka lebih muda dari gue. Tapi berhubung sepupu deket dari pihak bokap dan nyokap bener-bener udah pada nikah semua dan cuma gue yang belum, di teror terus lah gue sama keluarga. Tiap ketemu pertanyaan nomor tiga sehabis nanyain kabar dan kerjaan udah pasti, “kapan nih ada perempuan yang dikenalkan ke keluarga?”
Atau, “ganteng gini masa nggak punya calon istri sih Shaka?” memang ada ya aturan kalau orang ganteng nggak boleh jomblo?
Sean sama gue sama, dia lumayan sat-set anaknya apalagi soal hubungan asmara. Istrinya ini, si Hanin, setau gue cuma kenal dan pacaran beberapa bulan aja sama Sean. Terus tau-tau mereka ngumumin mau nikah. Ya kembali lagi, umur mateng gini kalau udah ketemu yang cocok ngapain kan berlama-lama pacaran, apa yang ditunggu?
Kalau sudah siap secara mental dan finansial, gas lah ke jenjang pernikahan. Berumah tangga memang nggak sesederhana itu, tapi berhubung gue dari kuliah udah dikasih kisi-kisi dan berbagai petuah dari para lelaki beristri di keluarga gue, jadi gue banyak belajar dan merasa siap. Gue sangat siap berumah tangga, gue juga beneran sat set kok, percaya deh cuma ya calonnya belum ada aja.
Gue dan Giana ketemu lagi disini, hal yang nggak pernah gue sangka adalah Giana ternyata teman kuliah Sean. Melihat dia datang sendiri dan terlihat kebingungan, gue putuskan untuk menemani dia. Ternyata dari sinilah gue mulai mengenal sosok Giana, kami mulai nggak canggung dan mengobrol dengan akrab. Dia adalah orang dengan kepribadian menyenangkan, dia pandai mencari dan membangun topik pembicaraan.
Bagusnya lagi adalah, gue dan dia sefrekuensi. Dari beberapa menit pembicaraan, gue tahu bahwa gue dan dia punya cukup banyak ketertarikan yang sama dalam satu hal, misalnya adalah ketertarikan dalam makanan pencuci mulut.
Giana juga bisa akrab dengan orang-orang yang baru di temuinya hanya dengan beberapa menit berinteraksi. Giana benar-benar adalah defenisi social butterfly dengan kepribadian menyenangkan. Gue keinget sama mantan Gia yang pernah ketemu sama gue dirumah sakit waktu itu, bagaimana dia bisa sejahat itu menyakiti cewek sebaik Giana.
Acara selesai di jam setengah sembilan malam, temen-temen kuliah Sean termasuk Gia, masih disini sampai acara selesai. Azalea yang merupakan anaknya Kakak gue, datang menghampiri gue ngajak pulang. Tadi Ayah dan Bunda satu mobil sama Kak Rene dan Bang Gibran, sedangkan Lea sama gue. Kalo bang Gibran sama Kak Rene udah pulang duluan dari sore, terus Ayah sama Bunda juga tadi balik sama saudara sekitar sejam yang lalu.
Dan tinggal lah gue disini bersama Azalea. Gue ditahan pulang dengan bermacam alasan dari sanak saudara gue, dan Azalea yang mau lebih lama disini. Anak itu suka banget ikut acara nikahan, katanya seru. Tunggu aja nanti kamu seumur Om, kamu rasain gimana nggak enaknya dateng ke nikahan dalam status jomblo terus diteror pertanyaan 'kapan nyusul?'
“Lea,” Azalea menyahut sambil sibuk megangin souvenir yang dia minta sama Hanin tadi.
“Kalau Om ngajak temen Om pulang sama kita boleh nggak?” Lea berhenti berjalan, dia menoleh ke gue. “siapa ? Cewek ya?” Tanyanya. Gue mengangguk, “iya nanti kamu lihat sendiri deh. Jadi boleh atau nggak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating Real Feeling
RomanceMalam itu Shaka baru kembali dari rumah sakit, hari ini jadwalnya padat. Ia begitu lelah, ia butuh istirahat sekarang. Saat melewati jembatan yang berada tak jauh dari rumah sakit Shaka tak sengaja melihat seorang perempuan berdiri di teralis besi p...