Gue nggak pernah membayangkan kalau gue udah menikah, apalagi di usia dua puluh delapan tahun ini. Gue kira paling nggak kalau pun gue nikah itu nanti di usia kepala tiga.
Gue juga nggak nyangka dalam waktu sesingkat itu, setelah saling mengenal gue bisa langsung menikah sama Giana, cewek yang gue kira mau bunuh diri di jembatan, cewek yang gue mintain nomornya di parkiran rumah sakit, cewek yang gue ajakin pacaran pura-pura, dan cewek yang mau menerima gue dengan segala keadaan yang sedang gue alami dan mungkin suatu saat gue alami.
Kalau aja saat itu gue nggak nurut untuk pulang ke Indonesia, kerja di rumah sakit Medistra, bantuin tindakan di IGD sampai larut malam, lalu mau repot-repot menghampiri Mbak-mbak di jembatan yang gue kira mau bunuh diri. Padahal gue bisa pura-pura nggak tau dan langsung pulang aja karena super capek. Kalau aja gue nggak memberanikan diri meminta nomor Giana, mengenalnya dan mengajaknya pacaran (pura-pura) mungkin gue nggan secepat ini menikah sama Gia.
Oh gue pede untuk menyebut bahwa kapanpun itu gue pasti akan ketemu sama Gia, akan berjodoh dengan Gia. Dilihat dari lingkaran sosial dan beragam kebetulan di antara kami berdua, ada kemungkinan kami akan ketemu dalam situasi atau cara apapun itu. Dan gue pasti akan selalu menjadi yang pertama untuk merasa ingin dekat dengan Gia.
Gue selalu bersyukur atas apa yang Tuhan beri ke gue, dan saat ini gue sangat bersyukur diberikan istri seperti Giana. Kepribadian kami berkebalikan tapi itulah yang membuatnya spesial, kami bisa saling melengkapi dan menjadikan perbedaan itu suatu kelebihan.
“If I showed you my flaws, if I couldn't be strong tell me honestly, would you still love me the same?
Lagu Locked Away itu bikin gue kepikiran tiga hari penuh sebelum melamar Giana. Entah kenapa juga sosial media gue dipenuhi oleh cerita pernikahan yang hancur dimana si suami ditinggal karena dia sudah kehilangan masa kejayaannya. Bohong kalau gue bilang gue nggak takut di tinggal, gue takut banget. Yang namanya roda kehidupan kan pasti berputar, gue juga nggak selamanya sehat dan berkecukupan seperti ini.
Tapi, satu cerita pendek dari Tasya berhasil membuat gue yakin seribu persen. Tasya bilang kalau Giana itu pernah merasakan susah, ekonomi keluarganya sempat berguncang karena Mama berhenti bekerja dan Kak Sonya keluar dari pekerjaan lamanya. Gia sempat bekerja untuk membayar uang kuliah dan uang kosnya sendiri. Lalu ketika Gia sudah lulus dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan terkenal, barulah ekonomi keluarganya perlahan membaik dan punya lebih dari cukup.
Tasya bilang bahwa Giana Amaryllis adalah orang paling besar hati dan ikhlas yang pernah ia kenal. Tasya berani menjamin kalau amit-amit ada keadaan buruk yang menimpa rumah tangganya Giana tidak akan meninggalkan suaminyanya, tapi berusaha bersamanya, karena seperti itulah Giana dan dedikasinya untuk keluarga.
Tapi kembali lagi, semua itu akan berjalan baik tergantung bagaimana gue bersikap. Gue semakin mengukuhkan hati bahwa gue nggak boleh sampai menyakiti hati si cantik itu, gue harus selalu tahu bagaimana menyelesaikan masalah di antara kami nantinya tanpa menyakiti Gia.
Dan apa yang Tasya jamin sama seperti apa yang Gia katakan ke gue ketika gue lamar dia hari itu, di taman rumah gue yang belum sepenuhnya selesai.
Gue membenarkan bahwa gue belum sepenuhnya mengenal Gia, ada banyak hal yang belum gue tahu dari Gia. Seumur hidup itu lama, dan selama itu gue mau lebih kenal sama Gia, bersama dengannya dan terus mencintainya.
Pernikahan ini tentu nggak akan selalu berjalan dengan mulus, pasti ada aja satu dua guncangannya, tapi sampai nanti antara gue atau Gia dipanggil Tuhan lebih dulu, gue akan menjaga hubungan kami dan terus mencintai Giana.
Tertanda,
Alshaka Kalandra si paling bucin istri
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating Real Feeling
Roman d'amourMalam itu Shaka baru kembali dari rumah sakit, hari ini jadwalnya padat. Ia begitu lelah, ia butuh istirahat sekarang. Saat melewati jembatan yang berada tak jauh dari rumah sakit Shaka tak sengaja melihat seorang perempuan berdiri di teralis besi p...