CH 11: ALSHAKA DAN KRISIS PERCINTAANNYA

147 19 14
                                    

ALSHAKA POV

Gue adalah tipe orang yang santai dalam percintaan. Walaupun umur gue udah hampir kepala tiga, gue nggak merasa terburu-buru untuk mencari pasangan. Jodoh nanti juga dateng sendiri, mendingan gue fokus di pekerjaan aja.

Banyak yang ngira kalau gue trauma sama namanya hubungan percintaan, padahal nggak juga. Seumur hidup gue cuma dua kali pacaran, yang pertama waktu sma dan yang kedua sewaktu kuliah. Walaupun Mahesa bilang kedua kisah cinta gue itu menimbulkan traumatis, tapi gue nggak merasa kalau gue sampai sekarang single karena trauma dalam percintaan.

Penasaran kenapa disebut traumatis?

Waktu sma gue diselingkuhi karena terlalu ambis belajar untuk masuk kedokteran. Saking sibuknya belajar gue sampe bikin pacar gue bosen dan akhirnya selingkuh sama temen gue sendiri, mereka bahkan ngelakuin apa yang seharusnya nggak dilakukan oleh pasangan yang belum menikah. Gila kan, bahkan mereka masih sma. Ditanya sakit hati ya jelas, gue pacaran dari kelas sebelas sama dia dan gue sayang sama dia, waktu itu.

Waktu kuliah gue pernah pacaran satu kali, sama anak kedokteran hewan. Lumayan lama, sampai tiga tahunan. Tapi itu berakhir cukup tragis, karena gue ditinggal pergi selamanya waktu gue lagi sidang skripsi. Mantan gue itu meninggal karena kecelakaan, keluarganya hancur banget, gue juga. Bayangin aja, ketika gue keluar ruang sidang temen-temen gue bukannya kasih selamat malah pada ngasih semangat dan ucapan berbela sungkawa atas berita duka mantan gue itu.

Setelah itu gue memutuskan untuk fokus sama koas dan pendidikan spesialis tanpa peduli sedikitpun sama hubungan percintaan. kalau ditanya ada apa nggak yang deketin gue ya jawabannya banyak. Bukan gue narsis tapi kenyataannya memang begitu, tapi ya semuanya nggak ada yang gue ladeni. Gue yang sekarang kaku dan menutup diri dari perempuan padahal dulu nggak, mungkin efek samping terlalu fokus ke pekerjaan dan diri sendiri selama move on dari mantan terakhir gue.

Mungkin juga efek terlalu sering menghindari cewek karena males digenitin, sekali lagi gue bukan narsis tapi gue sering banget digituin, sampe muak. Dan akhirnya sampai saat ini cewek yang berhasil akrab sama gue bisa dihitung jari. Padahal pas sekolah sama kuliah dulu lumayan banyak.

Dari umur gue masih di pertengahan dua puluh orang-orang di sekitar gue mulai gencar buat jodoh-jodohin gue sama banyak perempuan, apalagi setelah gue pulang ke Indonesia. Dari yang seumuran, lebih muda, sampai lebih tua juga. Kayaknya mereka muak banget melihat gue sangat tidak peduli dengan yang namanya pasangan hidup. Emang kenapa sih kalau single? Nggak dosa juga.

Mulai dari keluarga gue, bahkan sampai ke rekan kerja gue, selalu aja berusaha nawarin cewek ke gue. Saking seringnya udah kayak sales, dan tentu aja beberapa kali mereka berhasil membuat gue kencan buta dengan cewek-cewek pilihan mereka.

Kebanyakan dari para perempuan itu membosankan, ada yang terlalu kaku, ada yang terlalu narsis, dan ada yang terlalu banyak membual. Gue muak, mereka semua nggak ada yang menarik perhatian gue. Cantik sih iya, tapi kan tampang bukan segalanya.

Dari semua cewek yang dibuat kencan buta sama gue, gue paling males kalau itu datang dari pilihan Kak Rene dan Bunda. Mereka pernah bikin gue kencan empat kali sama orang berbeda. Dan yang datang pasti selalu cewek berpakaian mahal dan kesongongan yang menembus atap restoran. Mereka selalu membicarakan hidup mereka yang sama sekali nggak menarik, dari ceritanya aja gue bisa menyimpulkan semanja apa dia, dan sehedon apa gaya hidupnya.

Gue nggak ngerti kenapa Kak Rene dan Bunda mengenalkan cewek yang jauh dari tipe gue, mereka ini niatnya mau bikin gue kesel atau mau gue dapet pasangan sih? Seriusan ini semua buang-buang waktu gue. Sejak kencan dengan yang terakhir sekaligus yang paling bikin gue kesel, gue nggak pernah mau lagi disuruh kencan buta. Gue akan menolak pulang dan hilang-hilangan kalau Bunda dan Kak Rene masih maksa. Gue pernah sengaja nggak pulang dan stay aja di rs sambil ngobrol  sama perawat dan dokter di departemen bedah. Terus Bunda malah nyamperin, gue yang kelabakan malah masuk ruang operasi dan jadinya nontonin kraniotomi bareng sama anak koas.

Fake Dating Real FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang