Bener-bener ya cewek itu ribet banget masalah dandan. Gia juga nggak luput dari hal itu, dia bolak-balik nanyain penampilannya hari ini. Padahal udah rapi dan cantik tanpa cela, nggak ada yang perlu di perbaiki lagi. Tapi setelah gue perhatikan kayaknya Gia gugup makanya seriweh itu, ya nggak heran kan dia datang kesini dengan tiba-tiba. Baru juga kenal sama gue tapi tau-tau udah diajak ketemu keluarga, dikenalkan sebagai pacar lagi, ya walaupun pura-pura.
Nggak sabar, gue menggandeng Gia masuk kedalam rumah dan langsung menemui Kak Rene sama Bang Gibran di halaman belakangan. Sesuai ekspetasi gue Kak Rene memperlakukan Gia dengan akrab, dia memang se-welcome itu dan gue bersyukur banget karena artinya dia nggak akan membuat Gia tertekan. Mereka kenalan dan kita ngobrol-ngobrol.
"Gia udah berapa lama pacaran sama Alsha?"
Si Renesha Kalandra ini beneran nganggep Giana pacar gue, memang omongan gue soal Gia adalah temen gue sama sekali nggak dia terima. Ya gue juga nggak tau kenapa kemaren juga spontan ngajak Gia pura-pura pacaran, kesannya jadi merealisasikan apa yang Kak Rene katakan. Gue ngelirik Gia yang juga ngelirik gue, dengan agak ragu Gia menjawab, "Kira-kira sebulan kak." Kak Renesha dan Bang Gibran mengangguk-anggukan kepala.
"Satu bulan ini Shaka sibuk kerja terus, berarti kamu nggak pernah di apelin dong?"
Gia ketawa canggung lalu melirik gue lagi dengan pandangan mendesak untuk membantu menjawab. Gue nggak nyangka Kak Rene akan ngomong gitu, spontan gue jawab.
"Kalo libur ya diapelin dong Kak, aku ajak Gia jalan."
Padahal ngajak jalannya baru semalem doang.
"Aku kan nanya Gia, ngapain kamu yang jawab?"
"Ya kan aku bantuin Gia jawab, apa salahnya sih?”
Kan, Kakak gue ini emang nyebelin banget. Gue berusaha meladeni sesabar mungkin tapi tetap aja gue emosi, hampir aja kita ribut kalau Bunda nggak datang dan ngelerai. Gue jadi agak nggak enak sama Gia, ini kali pertama dia datang tapi dia malah melihat hubungan persaudaraan gue dan Kak Rene yang lebih banyak ributnya daripada sayang-sayangannya.
Kak Rene mengenalkan Gia kepada Bunda sebagai pacar gue, seperti rencana di awal gue dan Gia iya-iya aja. Bunda mengenali Gia sebagai teman Sean dan akhirnya kami mengobrolkan banyak hal—yang lebih banyak nyeritain kisah-kisah kelam gue sih— hingga tiba jam makan siang.
Usai makan siang, gue dan Gia duduk berdua di tepi kolam ikan koi kesayangan Ayah. Gue bersyukur Gia tidak terlihat tertekan sama sekali berada di tengah-tengah keluarga gue yang rempong ini. Ketakutan gue seharian ini jadi cukup sia-sia. Matahari siang ini nggak terik dan angin bertiup sepoi-sepoi, enak banget duduk di deket kolam ikan yang teduh begini. Ini adalah spot favorit gue dirumah. Walaupun judulnya kolam ikan Ayah, tetap aja kolam ini dibuat dan ikan-ikan itu berada disana atas permintaan gue, waktu gue sd.
“Kamu lihat kan ikan yang warna emas putih itu?” Gia fokus nyariin ikan yang gue maksud, “yang siripnya cantik itu?” Gue mengiyakan. “Itu namanya Biu, nama panjangnya beautiful,” Jelas gue. Gia menatap ikan itu dengan mata berbinar, dia ngerti kenapa ikan itu diberi nama Biu.
“Cantik, sesuai namanya.”
Gue senyum sambil menatap Biu yang lagi berenang muterin kolam, “Biu itu hewan peliharaan pertama dan satu-satunya yang aku punya, hadiah dari almarhum Kakek.” Cerita gue.
“Terus ikan-ikan yang lain punya siapa?”
“Punya Ayah aku. Si Biu mah numpang doang,” Gue ketawa kecil. Semua ikan ini kadang ikut gue urus tapi yang gue akuin ikan gue si Biu aja, maaf ya ikan yang lain.
Gue dan Gia menoleh saat mendengar suara yang gue kenal. Oh itu Sean, dia sama Hanin istrinya. Mereka berjalan mendekat ke kami "Lah Gia! Lo kok disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating Real Feeling
RomantikMalam itu Shaka baru kembali dari rumah sakit, hari ini jadwalnya padat. Ia begitu lelah, ia butuh istirahat sekarang. Saat melewati jembatan yang berada tak jauh dari rumah sakit Shaka tak sengaja melihat seorang perempuan berdiri di teralis besi p...