Truth

782 42 2
                                    

Mama Yoo, Sana, dan Momo baru saja sampai di mansion Yoo setelah berbelanja keperluan bayi. Barang belanjaan telah diantar ke kediaman Jeongyeon.

"Ah, lelah sekali padahal hanya 3 jam berkeliling." ucap Sana

"Iya, ternyata ibu hamil tenaganya memang cepat terkuras, ya." respon Momo.

"Kalian istirahat lah, mama akan menemui appa." ucap Mama Yoo meninggalkan Momo dan Sana.

Skip

"Nona, ini susu untuk nona Sana dan nona Momo. Nyonya Yoo yang menyuruh untuk membuat tadi." ucap salah satu maid. Sana dan Momo mengucapkan terima kasih dan meminum susu mereka.

"Mama sangat perhatian ya, aku senang dengan mama. Aku bingung mengapa dulu Jeongyeon membenci mama Yoo." ucap Sana yang diangguki Momo.

"Ya, dulu oppa sangat tidak suka jika ada hal-hal berhubungan dengan mama Yoo. Dia akan marah dan merajuk jika aku memintanya untuk bersikap baik pada mama Yoo. Oppa memang seperti bayi besar. Hehe" ucap Momo sambil mengenang sikap Jeongyeon.

"Sana, Momo." Panggil Mina yang berjalan lemas di bopong oleh Tzuyu.

"Mina, kau kenapa??" tanya Momo khawatir karena Mina terlihat berantakan dan matanya sembab. Mina hanya tersenyum.

"Tidak apa, apa kita mau pulang? Jihyo dan Nayeon sudah perjalanan pulang ke rumah dari rumah sakit."

"Ayo pulang." ajak Sana. Mereka pun pamit kepada Tuan Yoo dan Mama Yoo. Tzuyu dan Tuan Yoo sempat melirik mata satu sama lain memberikan kode.

Sesampainya di rumah Jeongyeon, Sana, Mina, Momo segera membersihkan diri. Nayeon, Jihyo, dah Tzuyu menunggu mereka diruang keluarga.

Skip

"Kenapa kalian belum pulang?" tanya Momo kepada Jihyo dan Tzuyu.

Jihyo dan Tzuy hanya diam saja. Nayeon dan Mina diam saja, mereka saling mengkode lewat mata seakan memberi tahu bahwa mereka telah saling mengetahui kebenarannya.

"Hmm, Momo, Sana. Ada yang mau kami katakan." ucap Jihyo serius.

"Iya, katakan saja Jih jangan buat aku jadi takut." kata Momo.

"Ini soal Jeongyeon oppa." Sana dan Momo pun langsung menatap Jihyo.

"Oppa masih hidup."

"Jangan bercanda, Jihyo. Jelas-jelas kau mengumumkan kematiannya." ucap Sana dengan nada bergetar.

"Itu rekayasa, Sana unnie. Oppa masih hidup dan disembunyikan disuatu tempat." ucap Tzuyu

"Jika benar oppa masih hidup, bawa kami kepada oppa. Aku sangat merindukan sosoknya." ucap Momo yang sudah meneteskan air matanya.

Momo sangat mencintai Jeongyeon, mendengar berita ini membuatnya menjadi sangat emosional. Jeongyeon adalah satu-satunya miliknya setelah kakaknya. Jeongyeon selalu memanjakannya dan membawanya kemanapun ia mau, walaupun terkadang Jeongyeon bertingkah lebih kekanakan darinya.

"Kami akan membawa kalian menemuinya. Mungkin... mungkin dengan bertemu kalian, ia bisa berangsur membaik." ucap Jihyo yang membuat bingung Nayeon, Sana, Mina, dan Momo.

"Maksudmu, Jih? Jeongyeon baik-baik saja kan?" tanya Mina.

"Ya, secara fisik ia baik-baik saja, tapi secara mental. Aku hanya bisa katakan, dia tidak seperti Jeongyeon yang kalian kenal lagi." ucap Jihyo sedih.

Mina, Nayeon, Sana, dan Momo termenung mendengar ucapan Jihyo.

"Kami pun sebenarnya tidak mau menyembunyikan dia dari kalian, hanya ini untuk keselamatannya. Kecelakaan serta kerusakan pada otaknya merupakan disengaja." ucap Tzuyu.

"Di di sengaja???" Nayeon terkejut.

"Iya, semua ini disengaja. Oleh orang yang kalian pasti tidak sangka." ucap Tzuyu menjawab Nayeon.

"Ini semua rencana Mama Yoo." ucap Jihyo.

"APA?!" Teriak Sana.

"Tolong ceritakan pada kami, Jih." ucap Mina memelas. Ia sungguh penasaran kenapa Mama Yoo melakukan itu semua.

Jihyo pun menceritakan dari awal sampai akhir.

"Ja jadi dia??" Nayeon menangis menutup wajahnya mengingat kesakitan yang di alami eomma dulu.

"Sudah unnie jangan menangis, tidak baik untuk kandunganmu." ucap Tzuyu sambil mengelus punggung Nayeon.










TBC

Our Man (21+ Jeongmi, Jeongsa, Jeongmo, 2yeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang