5

1.5K 133 2
                                    

Lapar

Chanisa merasa sangat lapar setelah menangis berjam jam ,saat ini perutnya tidak bisa di ajak kompromi.

Sambil mengunyah sisa makanan di mulut ,Chanisa melirik ke arah piring kaca milik tuannya yg masih belum tersentuh sama sekali .

Berbeda dengan piringnya yg masih menyisakan satu suap lagi sebelum habis .

Saat Chanisa mengangkat kepala,mata coklat madunya bertemu dengan mata hitam milik sang majikan yg tengah menatapnya dengan tatapan yg tidak pernah dapat Chanisa artikan.

"Kamu masih lapar ,chanie?" Buku jari Jeno membelai pipi Chanisa yg telah kembali merona .

Wajah Chanisa berubah padam karena tuannya selalu dapat membaca pikirannya.

"Makanlah"Jeno mendorong Piring nasinya kepada Chanisa.

"Tapi tuan Jeno belum makan"Chanisa mengigit bibirnya ,malu .

"Makan "tanpa ingin di bantah ,Jeno meminta Chanisa menghabiskan nya .

Chanisa akhir akhir ini memang mudah sekali lapar ,dan hari ini adalah puncak dari segalanya.

Jadi ketika pria itu meminta Chanisa untuk memakannya, Chanisa hanya menganggukkan Patuh dan kembali menikmati hidangan mewah yg berada di atas meja .

Chanisa yg biasanya hanya makan nasi dan lauk sisa ,kini dapat merasakan betapa lezatnya hidangan utama keluarga besar Wilsan .

Chanisa menikmati malam itu dengan kebahagiaan yg berselimut duka ,ia melahap habis dua piring makanan itu dengan ceria .

Chanisa terlalu larut dalam kesyahduan malam itu , Chanisa tak sadar bahwa majikannya tengah mengamatinya dengan tatapan yg berbeda.

Tatapan mesra yg terasa kuat itu mengantarkan Chanisa pada satu malam panas yg lain .

"Tuan jeno"

Malam panas yg terjadi lima bulan yg lalu akhirnya terulang kembali.

Bermula dari sentuhan lembut di pinggang ,tubuh Chanisa di tarik kuat hingga merapat sepenuhnya dengan tubuh Jeno .

Chanisa ingin menolak,Chanisa tidak ingin melakukan hubungan intim dengan majikannya sendiri yg esok hari akan menikah dengan wanita lain .

"Menikah?....esok hari?....nona Nana?"

Chanisa memejamkan mata , membiarkan setiap jengkal pada Anggota tubuhnya di cium dan di sentuh Mesra oleh majikannya sendiri.

Pasrah ketika Jeno membawa dan merebahkan nya ke atas tempat tidur .

Chanisa meremas seprai tidurnya kuat kuat , mengigit bibirnya saat penetrasi ini datang tanpa sedikitpun pemanasan.

Organ intim nya belum sedikitpun basah ,namun Jeno memaksa untuk memasuki nya .

"Ahhh...tuan"erangan dan desah merdu Chanisa menjadi sumber semangat bagi Jeno untuk menghujamkan kejantanan nya lebih dalam .

Jeno seperti seorang pedofil , melakukan hubungan intim dengan Chanisa yg jelas jelas masih satu tahun lagi menuju usia dewasa.

Namun ,persetan dengan semua itu ,Jeno menikmati kesempurnaan tubuh indah pelayan kesayangannya itu ,Chanisa begitu cantik dan Jeno menyukainya.

"Tuan Jeno"

Chanisa mengangkat kedua tangannya, di sentuh nya wajah pria itu telah merenggut kehidupannya itu .

Dengan menatap nanar kepada nya ,
"Jangan tinggalkan chanie "

Jeno membalas permohonan Chanisa dengan mencium bibirnya, Jeno mencium bibir Chanisa berulang kali dengan gairah menggebu ,dan Chanisa menerimanya dengan kepolosan alami .

Merasa tak kuat lagi untuk menahan serangan bertubi di area intim nya , Chanisa mengucapkannya seluruh perasaan nya .

"Tuan Jeno.....arghh....chanie...hamil" Chanisa mendesah kecil sambil memeluk leher gagah Jeno .

Hal itu bersamaan saat sperma hangat yg keluar membanjiri rahim .

"Hamil?"

Jeno yg berusaha mencapai klimaks nya tiba tiba menegang .

"Hamil?"

Chanisa yg merasa takut dengan perubahan suara Jeno ,buru buru mengeratkan pelukannya, Membiarkan lebih lama tubuh pria itu menyatu dengan tubuh nya .

"Jangan buang Chanie!
Chanie janji tidak akan
meminta apapun dari tuan"

Sambil menangis , Chanisa menggila lirih kepada Jeno .

"Jangan" Chanisa semakin di landa rasa takut saat Jeno mencabut kejantanan nya dan pria itu bangkit dan pria itu menjaga jarak dengan nya .

Di sela tangisan yg belum reda , Chanisa melihat Jeno beranjak dari tempat tidur .

Pria itu memakai pakaiannya yg sempat tertanggal, lalu kembali mendatangi Chanisa , menarik lengan kurusnya agar bangkit dari posisi terlentang.

"Pakai pakaian mu" Jeno membantu Chanisa memakai pakaian yg beberapa saat lalu telah berhasil ia lucuti .

Tangannya dengan lincah turut merapikan rambut Chanisa dengan kelembutan yg masih terjaga .

Di hapus nya jejak tangis di sepanjang wajah Chanisa dengan sapuan hangat .

"Kita pergi ke rumah sakit "

Chanisa mengangguk patuh saat kembali di tarik Jeno agar turun dari atas tempat tidur.





Because I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang