36

902 94 0
                                    

Tegang .

Satu kata yg paling cocok untuk mewakili suasana sarapan pagi di meja makan .

Tidak ada suara selain dentingan piring yg bertemu dengan sendok perak .

Jisung menundukkan kepala ,jisung tertekan karena seluruh mata tertuju langsung kepada nya, termasuk wanita paruh baya yg turut andil memberi gen keluarga bangsawan.

Tya, setia menatap nya lama tanpa ekspresi .

"Apa makanan nya tidak enak? Mau ayah gantikan menu untukmu?" Belain lembut di pipi membuat jisung menengadahkan kepala.

Jisung menggeleng cepat, "tidak ayah"

Tepuk tangan mengiringi jawaban cepat jisung , Jeno memalingkan wajah dari sang buah hati untuk melihat sosok yg berani menarik perhatiannya.

"Buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya" Nana berkata sinis .

Chanisa mengeratkan cengkraman pada sendok makan, saat akan menanggapi suara sinis itu ,Jeno telah terlebih dulu menyela dengan suara tawa yg membuat nya kehilangan rasa nyaman.

Jeno tertawa begitu keras sampai jisung ketakutan, kepala nya menunduk semakin dalam,membuat sendok perak nya jatuh dari pegangan.

Chanisa tak luput mengerutkan kening melihat reaksi berlebihan dari Jeno , tangan nya mengepal .
Apa Jeno berada di pihak Nana?

Nana senang karena jeno tampak berada di pihak nya, setidaknya itulah yg ada di pikirannya.

"Seperti kataku barusan, bocah kecil ini tampak nya pintar menjilat seperti ibu....

BRAK!

Tawa Jeno lantas terhenti , ekspresi wajahnya saat ini terlihat mengerikan.

Satu tangan mengepal memukul meja,
Membuat salah satu gelas yg berada di dekatnya jatuh ke lantai dan membuat suara bising yg tak kalah nyaring .

"Jangan berani menyulut api jika kami tidak ingin terbakar ,Nana"Jeno berkata dingin dan menusuk .

"Satu kalimat benci akan ku balas dengan makian"

"Jeno!" Tya tidak setuju dengan ucapan putra kandungnya itu terhadap Nana.

"Jangan ikut campur, ibu" sinar mata Jeno menggelap , tanda bahwa ia tidak ingin di bantah .

Jelas Jeno berusaha meredam emosi nya ,yg andai saja bisa di lepas, barangkali ia sudah meneriaki sang ibu .

"Dia ibumu, dan kamu baru saja....

"Satu kata buruk keluar dari mulut mu, aku bersumpah akan membuatmu menyesal karena telah mengucapkannya!"

Semuanya terdiam ,tidak ada yg berani mengeluarkan suara lagi karena Jeno terlihat menakutkan melebihi apapun yg ada di dunia ini .

Jeno seperti singa yg bisa menerkam musuh kapanpun dia mau .

Jeno kembali duduk, menyandarkan punggung lebar nya yg tegap pada kursi .

Saat kepala nya menoleh , hatinya mencelos mendapati sang buah hati menangis .

Bukan menangis terisak ,tapi tangis tertahan tanpa suara .

"Biar aku saja"Jeno menahan Chanisa yg berniat untuk menggendong jisung .

Sebagai ganti atas siap keras nya beberapa saat yg lalu ,Jeno berdiri dan meraih tubuh jisung untuk di bawa ke atas pangkuan nya ,Jeno mencium jisung dengan kasih sayang penuh seorang ayah .

Jisung tidak lagi menangis, bahkan dia tersenyum begitu ayah yg telah lama ia idamkan selama hidup menyuapi nya dengan gentle.

Rasa hambar di lidah barubah menjadi nikmat ,seolah-olah tepat berada di hadapan nya .

Because I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang