21

1.2K 112 0
                                    

"chanie?"

Chanisa mematung mendengar suara khas seseorang di telinga nya .

Suara selama bertahun-tahun lalu telah membuat hidupnya dalam kubangan derita .

"Chanie, kamukah itu?" Suara yg di sertai derap langkah kaki itu terdengar semakin dekat menuju ke arah nya .

Tidak! ,chanisa tidak mau melihat nya lagi.

Chanisa mencengkram erat roknya,
"Tu..tuan salah orang"

Kapankah Chanisa telah menghilangkan kesabarannya, Chanisa bangkit dari posisi berlutut lalu berdiri dengan kepala tertunduk,
Menyembunyikan wajahnya.

"Tunggu!"

Chanisa mengabaikan panggilan bernada perintah di belakang nya dengan mempercepat langkah kakinya .

Chanisa menuruni anak tangga dengan harapan bahwa pria itu akan menyerah untuk mengejar ,namun harapan nya pupus begitu kakinya berhasil menapak jatuh di koridor lenggang.

"Aku bilang tunggu!" Pria itu berhasil meraih siku Chanisa, lalu di putar nya tubuh Chanisa agar berhadapan langsung dengan nya.

Chanisa mempererat cengkraman pada roknya ,hanya itulah satu satunya yg dapat menghentikan getaran pada tubuh nya saat tatapan tajam sang mantan majikan tertuju penuh ke arahnya.

"Chanie?" Cengkraman jeno di lengan Chanisa berubah longgar, lalu berganti dengan pelukan yg membuat jantung Chanisa berdebar sekian kali lebih kencang dari sebelumnya.

"Akhirnya aku menemukan mu"

Chanisa diam terpaku menerima pelukan Jeno .

"Aku tahu kamu masih hidup,chanie" Jeno mengeratkan pelukannya dengan mengusap rambut dan punggung Chanisa.

Bibirnya terus mengucapkan bisikkan lirih bernada positif dan kasih di telinga nya.

Chanisa yg dalam beberapa detik larut dan tenggelam dalam pelukan dan sikap hangat bertabur rindu dari Jeno , tiba tiba meronta begitu bibir Jeno siap melayang di bibirnya .

"Tu..an salah!" Chanisa mendorong dada Jeno agar menjauh .

"Saya bukan, chanie!" Chanisa memberanikan diri untuk menatap langsung iris mata warna hitam milik Jeno ,lalu menaikkan dagu ke atas dengan sedikit keangkuhan pada sinar mata .

Chanisa meremas roknya lebih kuat ,
Penampilan tuannya begitu berbeda dari enam tahun yg lalu .

Pakaian yg Jeno kenakan malam ini jatuh dengan sempurna pada tubuh nya , entah bagaimana tuannya kelihatan lebih tinggi dan besar daripada dulu .

Potongan rambut nya pun terlihat lebih dewasa dari yg dapat Chanisa bayangkan selama ini .

Tuan? Tidak! Chanisa sekarang bukan pembantu lagi! Chanisa sudah bebas!
Tidak ada yg berhak untuk memerintahnya lagi! TIDAK ADA!

seperti yg di lakukan Chanisa ,Jeno juga melakukan hal yg sama terhadap nya ,Jeno melarikan mata nya ke rambut, mata, bibir ,sebelum akhirnya menghabiskan waktu lama pada dada dan pinggul Chanisa yg berubah lebih sempurna.

"Ck, kamu bukan chanie?"Jeno berdecak keras ,sebelum alisnya terangkat ke atas menjadikan ekspresi pada wajahnya yg tampan terlihat semakin dingin .

Chanisa menelan Saliva yg tertahan lama di mulut ,Chanisa bersyukur ketika suasana sepi di koridor mulai sedikit ramai karena setidaknya terdapat satu hingga dua penghuni apartemen yg berlalu lalang melewati .

"Jangan mencoba untuk membohongiku" mengabaikan tatapan ingin tahu penghuni apartemen,Jeno melangkah lebih dekat ,dan otomatis membuat Chanisa mundur hingga pinggulnya menyentuh dinding .

"Untuk apa saya membohongi, tuan?!"

Chanisa mempertahankan gaya angkuh ketika berbicara dengan Jeno .

"Berikan kartu identitas mu"Jeno mengurung tubuh Chanisa dengan kedua tangan yg sengaja Jeno letakkan pada dinding ,samping kanan kiri Chanisa.

"Berikan padaku"jeno kembali memberikan perintah nya dengan sorot mata tajam .

Chanisa tidak bisa menahan kesabaran nya lagi,"untuk apa saya melakukan hal itu?"

Jeno menajamkan suara nya menjadi ancaman,"berikan kartu identitas mu Atau membawa mu bersama ku akan menjadi alternatif lain yg akan kuberikan kepadamu"

PLAK!

"Anda perlu di ajari sopan santun bagaimana seorang pria memperlakukan wanita dengan baik!"

"Wow" Jeno mengusap pipinya dengan sapuan tipis ibu jari .

"Kamu sudah berani menamparku, chanie"

"Saya bukan...

Kalimat Chanisa tertahan di udara begitu tangan nya di cengkram lalu di tarik oleh Jeno .

Jantung Chanisa kembali berlomba ketika Jeno menyeret tubuhnya agar mengikuti nya .

"Lepaskan aku!" Chanisa Menjerit ketika ia melewati kamar apartemen nya .

Jisung! Jisung sendirian!

"Lepaskan aku penjahat!" Chanisa mengeraskan pukulannya di lengan dan bahu jeno agar pria itu melepaskannya .

Tubuhnya gemetar saat langkah Jeno mulai memelan dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu kamar nomor 1269, hanya terpisah satu pintu dengan pintu apartemen yg di tempati oleh Chanisa yg berada di pintu nomor 1271.

saat Jeno sibuk membuka pintu , cengkraman di tangan nya mulai longgar ,Chanisa menggunakan kesempatan emas itu dengan mengigit tangan Jeno .

"Argh!" Jeno melepas cengkramannya seraya mengusap bekas gigitan Chanisa.

Tak ingin membuang waktu yg telah Tuhan berikan kepadanya, Chanisa akhirnya berlari menuju pintu apartemen nya.

Chanisa yg di selimuti rasa gugup dan takut sempat melupakan kata sandi yg ia buat sendiri.

"Chanie!" Jeno berteriak seraya berlari ke arah nya.

Tolong,tuhan!

Chanisa menoleh sekilas lalu kembali memusatkan perhatiannya pada tombol pintu.

Chanisa berusaha keras mengingat nya dalam kilasan tipis.

Ingatan itu datang ,Chanisa buru buru memencet Beberapa huruf sampai bunyi klik terdengar.

Chanisa membuka pintunya dan sebelum saat di kejar jeno, Chanisa telah terlebih dahulu menutup dan mengunci nya .

Tok!

Tok!

Tok!

"Buka pintunya , chanie!"

Chanisa menyentuh dadanya yg berdegup di antara nafasnya yg tersengal.

Chanisa akhirnya ambruk di lantai dengan punggung bersandar pada pintu .

"Chanie!"

Gedoran pintu itu membuat air matanya jatuh, Chanisa menangis dengan nafas memburu .

Chanisa tidak percaya akan bertemu lagi dengan tuannya .

Cinta pertama nya .....pertama dalam segala hal untuknya,dan kini mereka berada dalam satu apartemen.

Chanisa benar benar ketakutan.

Because I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang