25

1.2K 111 3
                                    

"aku benar-benar merindukanmu, sayang"bisikan Jeno di samping telinga membuat bulu kuduk Chanisa meremang .

Tubuh Chanisa menegang ,pelukan yg di sertai cumbuan mesra di leher dan bahunya membuat Chanisa ingin muntah.

Chanisa menggerakkan kepalanya untuk menahan getaran pada tubuh nya .

Inilah saat nya bagi Chanisa untuk mengambil sikap agar Chanisa tidak lagi di perlakukan buruk dah seenak hati oleh Jeno .

"Kamu bukan pembantu lagi chanie!
Ingat itu! Kamu adalah wanita bebas!
Tidak ada lagi yg boleh melecehkan mu!"

Chanisa mencoba mengembalikan kepercayaan diri yg sempat turun ,
Seraya mengatur nafasnya yg sedikit tersengal, Chanisa kemudian mendorong tubuh Jeno agar pria itu segera melepas pelukan pada tubuhnya.

"Sudah kubilang, aku bukan chanie!"
Tanpa sedikitpun berkedip, Chanisa menatap tajam pada Jeno ,
Dagunya terangkat dengan ekspresi marah .

"Ck kamu masih saja nya menyangkalnya, chanie"Jeno menanggapi sikap Chanisa dengan tawa mengejek .

"Aku yakin wanita yg kutiduri tadi malam adalah orang yg sama dengan wanita yg dulu ,pernah menjadi pembantu....

PLAK!

Chanisa menampar pipi Jeno dengan tangan gemetar.

Gemetar? Chanisa gemetar dalam usaha untuk menahan luapan rasa kecewa dalam sedihnya kepada Jeno.

Chanisa kecewa karena Chanisa tidak melihat perubahan yg berarti pada diri tuannya.

Pria itu masih sama dengan dulu, arogannya sebagai majikan mendominasi atas sikapnya saat ini .

Tak ada rasa bersalah di mata Jeno dan hal itu membuat rasa kecewa Chanisa semakin besar .

"Aku akan melaporkanmu kepada polisi karena sudah memperkosaku!"
Chanisa berteriak di depan wajah Jeno .

Chanisa kembali mendorong dada Jeno dan berjalan melewati tubuhnya yg tinggi .

Chanisa berjalan cepat dan hampir akan berlari karena rasa takut yg menyelimuti seluruh tubuh .

Chanisa takut Jeno mengejar nya, namun yg terjadi adalah sebaliknya,
Dan lagi lagi Chanisa baru menyadari belakangan.

Klik!  Klik!

Chanisa mencoba membuka pintu , namun hasil nya nihil,pintu dalam kondisi terkunci .

"Buka pintunya!"Chanisa memutar tubuh dan menatap angkuh kepada Jeno .

Jeno mengusap pipinya dengan sapuan ibu jari .

"Bukalah sendiri kalau kamu bisa "

Setelah mengucapkan satu kalimat bernada dingin itu ,Jeno berjalan ke arah pantri dan mengambil duduk di depan meja yg telah di penuhi dengan berbagai jenis makanan, termasuk dua piring yg sudah terisi penuh omelet dan sosis bakar ada dalam hidangan sempurna itu .

Chanisa mengusap matanya yg tiba tiba berair ,ini bukan saat nya untuk menangis.

Chanisa terus menguatkan hatinya yg di penuhi luka, Chanisa memberanikan diri untuk mendekati Jeno .

"Berikan kuncinya!"

Jeno bergeming ,lalu dengan sikap Abai, Jeno menyantap hidangan yg ada di atas meja .

Chanisa menggigil bibir , Chanisa melangkah lebih dekat dengan tangan kanan terjulur ke arah Jeno .

Jeno meletakkan sendok dengan punggung nya yg kembali bersandar pada kursi .

Because I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang