"Ini gado-gado pesanannya, kakak-kakak. Selamat di nikmati," Naya dengan ramahnya menaruh piring berisi gado-gado itu diatas meja sang pembeli.
"Makasih ya. Oh ya, jus mangga pesenan kita mana?"
"Oh? Lagi proses, kak. Kata Ibu sebentar lagi jadi kok."
"Oke, di tunggu ya."
"Sip! Permisi," Naya dengan sopannya meninggalkan mereka, kembali menuju warung Ibunya untuk mengambil pesanan jus mereka.
Beberapa saat Naya kembali lagi sambil membawa pesanan mereka.
Pyarrr!!
"Eh sorry, sorry. Gue ngga sengaja, maaf ya." kata orang itu menepuk-nepuk punggung Naya lalu pergi begitu saja, tanpa membantu memungut pecahan gelas yang tidak sengaja di jatuhkan oleh Naya karena tertabrak orang tadi.
Naya yang melihat itu hanya mampu menghembus kan nafasnya saja, berjongkok lalu memunguti pecahan gelas itu.
"Sakit?" tanya Derland yang tiba-tiba datang, ikut berberjongkok. Cowok itu menatap datar ke arah Naya yang sekarang sedang memegang ujung jarinya. Sepertinya, Naya menahan perih di jari yang terkena pecahan gelas tadi.
Naya menggeleng bohong, "Engga. Jari aku ngga papa, kok."
"Bohong," Derland mengusap mata Naya sebelah kanan dan saat itu juga air mata gadis itu menetes.
"Ciyyyyeeeeee...."
"Uhuyyyy... Babang Derland."
"Ciyyeee.. Derland normal ciyyyee."
Mengabaikan ledekan dari teman-temannya, Derland langsung membersihkan pecahan gelas di lantai dan membuangnya ke tempat sampah.
"Kak, maaf ya sepatu kakak jadi basah..." sesal Naya setelah Derland kembali ke hadapannya. Anak itu menunduk sambil terisak, tidak berani menatap Derland. "Maaf juga, jus pesanan kalian jadi tumpah..."
Beberapa siswi itu berdecih pelan. Mereka pikir, Naya sedang caper pada Derland.
"Ngga papa, cuman sepatu." balas Derland singkat.
"Yakin cuman sepatu yang basah?"
Pertanyaan ambigu dari Akbar itu berhasil membuat Derland menatap Akbar horor.
"Anjir, jangan salah paham napa. Maksud gue, yakin cuman sepatunya yang basah? Kaos kakinya engga? Gitu lho, elah. Horor amat mas tatapannya, kayak emak-emak rentenir."
Derland kembali menatap Naya yang masih menunduk sambil terisak. "Ngga usah nangis," Derland mengangkat dagu gadis itu lalu mengusap air matanya.
Perlakuan Derland yang seperti itu mengundang atensi mereka yang berada di kantin, membuat siswi-siswi disana tidak percaya menatap Derland.
"Caper banget, bocil!" teriak salah satu fans Derland yang merasa muak dengan segala sikap Naya-- yang menurutnya kelewat caper.
"Ngga usah di dengerin, ikut gue yuk."
"Kemana?"
"Ikut aja."
"Tapi, aku belum selesai bantu Ibu..."
"Bu, anaknya di pinjem dulu ya!" teriak Derland membuat siswa-siswi disana terkejut.
"Eh, mau dibawa kemana anak saya?!"
Telat. Derland sudah pergi meninggalkan kantin bersama Naya.
"Tenang, Bu. Temen saya ngga akan macem-macem, kok. Paling di bawa ke UKS, soalnya jari anak Ibu kena pecahan gelas tadi." ujar Eric mencoba meyakinkan Ibu Naya.
"Seperti itu? Kalau udah balikin lagi kesini, tolong sampaikan ucapan terimakasih saya pada nak Derland."
"Oke, siap!" balas Eric sambil memberi hormat, "Yuk!" Eric memberi kode pada Akbar untuk meninggalkan kantin dan menyusul Derland.
- ♡ MY CHILDISH GIRL ♡ -
"Lain kali hati-hati," kata Derland yang dengan telaten mengobati jari Naya. "Selesai!"
Derland menatap Naya yang masih terisak. Cowok itu menghembuskan nafasnya pelan, lalu mengusap air mata Naya menggunakan ibu jarinya. "Jangan nangis, kan cuman luka kecil."
"Tapi sakit..."
"Lo kenapa bisa ada disini? Ngga sekolah, hm?"
"Aku bangun kesiangan, jadi aku putusin untuk bantu Ibu aja disini."
Mendengar itu Derland mencubit hidung Naya gemas. "Lain kali, pasang alarm biar ngga kesiangan lagi. Ngerti?"
Naya hanya mengangguk saja sebagai balasannya.
"Naya..." lirih Derland pelan, matanya semakin dalam menatap Naya.
"K--kakak tau nama aku?" tanya Naya terkejut.
"Hm, tau." jawab Derland singkat.
"Tau dari mana?! Aku kan ngga pernah ngasih tau nama aku," ujar gadis itu dengan sedikit ketakutan.
"Hei, gue ngga akan ngapa-ngapain lo." kata Derland mencoba membuat Naya tenang.
"Kenapa kakak tiba-tiba baik gini ke aku? Pas awal ketemu aja galak banget, kayak singa betina abis lahiran."
Mendengar itu Derland menatap Naya tajam.
"Kakak pasti ada mau nya, kan?"
"Engga."
"Yaudah, aku mau balik lagi ke kantin." kata Naya seraya turun dari bed UKS.
"Gue pesen gado-gadonya satu ya, nanti tolong anterin ke kelas gue. Di sebelas IPA satu."
"Oke!" balas gadis itu sambil mengacungkan dua jempolnya, membuat Derland terkekeh gemas. "Mmm, oh ya nama kakak siapa?" tanya Naya, gadis itu baru menyadari jika mereka beberapa hari kenal tapi masih belum mengetahui namanya.
Derland menunjuk nametage yang ia pakai di seragam sekolah nya.
Naya menyipitkan kedua matanya. "Derland Neason... Ah, kak Ason!"
"Huh?" Derland menaikan satu alisnya, sedikit kesal saat dirinya dipanggil dengan sebutan 'Ason'. Nama cakep-cakep gini di panggil Ason.
Naya mengerjapkan beberapa kali. "Kan itu nama kakak. Neason, jadi aku panggilnya Ason aja."
"Ngga ada panggilan yang lebih bagus dari itu?"
"Ngga ada. Itu panggilan yang langkah lho, Kak. Ngga ada yang punya nama gitu, jadi itu spesial aku buat khusus nama panggilan Kakak." ujar gadis itu dengan tersenyum cerah.
"Panggil Derland aja."
"Kalau aku maunya panggil 'Ason', gimana?"
Derland menghembuskan nafasnya pelan. "Terserah lo," setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Naya yang masih terdiam di UKS.
Naya menatap punggung Derland yang semakin hilang dari pandangannya. Ia tersenyum tipis, "Kalau di perhatiin... Kakak itu baik juga, ngga segalak yang aku pikirin."
"Eh! Oh iya, tadi gado-gado nya pedes ngga ya?" tanya Naya pada dirinya sendiri, menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Petite Amie
Teen Fiction"Emang Om ngga malu pacaran sama anak SMP?" "Berhenti panggil gue 'Om', gue masih SMA!" © kimviitaelove, 2022.