Suasana rumah Derland menjadi heboh karena kedatangan anjing yang entah siapa pemiliknya. Apalagi anjing itu menjadi liar saat melihat Derald-- kucing kesayangan Delvin-- yang berada di gendongan Galen.
“GUK... GUK... GUK...”
“BANG DERLAND TOLONGIN GUE!! HWAAAA!!!” Galen semakin histeris saat anjing itu semakin mengejarnya. Galen semakin menambah laju larinya menuju Derland dan bersembunyi dibalik cowok itu.
“Itu kayak anjing punya Eric,” gumam Derland. Ia berjongkok saat anjing itu sudah didepannya. “Petra...” ucap Derland sambil mengelus-elus anjing bernama 'Petra' itu yang masih menggonggong.
“GUK... GUK... GUK...”
“Kok bisa ada di sini?” tanya Derland pada Petra, yang jelas tidak akan dijawab oleh hewan itu.
“Mana gue tau, bang! Emang itu punya siapa sih?” tanya Galen yang masih bersembunyi dibalik Derland.
“Punya Eric,” jawab Derland. Ia berdiri, mengambil handphonenya yang ada di saku celana.
Eric :
Gue titip Petra bentar yaKalo dia tantrum maklumin aja, soalnya abis putus cinta
Dia baru aja di selingkuhin sama Alexa, anjing tetangga sebelah
Gue titipin ke lo soalnya cuman lo doang yang bisa jinakin Petra kalo lagi tantrum
Nanti bsok gue ambil
Oh ya, jauhin dia dari kucing
Derland menghela napas. Ia memilih untuk tidak membalas pesan dari Eric.
“Itu kucing burik di kandang dulu sampe besok,” kata Derland yang kembali mengelus-elus Petra. Anjing itu sudah tenang sekarang.
“Enak aja. GABISA.” ujar Delvin yang tiba-tiba datang, mengambil alih Derald yang berada di gendongan Galen.
Derland menatap malas kakaknya. “Nanti Petra tantrum lagi, bang. Emang lo bisa jinakin dia?”
Delvin menatap Derland tidak suka. Ia memeluk Derald semakin posesif. “Ya dia aja lah yang di kandang. Jangan Derald gue! Kan dia yang liar.” ujar Delvin, lalu melengos pergi.
Derland membawa Petra ke bawah pohon dan mengikatnya disana.
“Jangan tantrum lagi ya?” ucap Derland sambil menepuk-nepuk kepala Petra pelan.
Galen menoleh kearah Naya yang tengah memperhatikan Derland. “Oh ya, kita belum kenalan loh. Nama gue Galen, sepupunya Bang Derland. Lo siapa?”
“Aku Kanaya.”
Galen mengangguk-angguk. “Kelas berapa?”
“Sembilan.”
“Oh? Sama dong, lo sekolah dimana?”
“SMP Negeri 54 Jakarta. Kalo kamu?”
“SMP Wisteria Intelegency. Lo ada niatan mau lanjut kemana?”
“Em...” Naya tidak langsung menjawab, gadis itu tampak tengah berpikir. “Kurang tau, tapi Ibu nyuruh aku untuk masuk sekolah hukum.”
“Sedangkan pilihan lo?”
“Excellence Star.”
“Wih, sama dong. Di situ aja, biar bisa bareng gue sama Bang Derland.”
“Aku ngga tau. Ibu pengen aku masuk sekolah hukum karena punya tujuan.”
“Untuk pecahin kasus?” tebak Galen, dan langsung mendapat anggukan dari Naya. Galen membuka mata terkejut. “Beneran kasus? Kasus apa? Ibu lo nyuruh lo untuk jadi detektif?”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Petite Amie
Teen Fiction"Emang Om ngga malu pacaran sama anak SMP?" "Berhenti panggil gue 'Om', gue masih SMA!" © kimviitaelove, 2022.