Haloo
Maaf banget yaa baru update ಥ‿ಥ
Semoga kalian suka sama chapter ini,jangan lupa tinggalin jejak
Enjoyyyy~
******
"DERLANDDDD...!!"
"DERLANDD NEASONNN....!!!" teriak Delvin terus menggedor-gedor pintu kamar Derland. Namun belum ada jawaban apa-apa, Delvin semakin mengencangkan teriakannya memanggil nama sang adik.
"DERLANDDD, ASU!"
"DERLAND, KEBAKARAN!!!"
"Lo mati apa isdet sih, dek?!" gerutu Delvin sebal.
Delvin kembali berteriak. "DERLANDDD SEKALI LAGI LO NGGA BUKA--"
Ceklek!
Derland membuka pintu kamarnya santai. Menatap Delvin datar. "Kenapa?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat.
Delvin menggeleng-geleng heran sembari mengelus dada dramatis. Bukan Delvin namanya kalau tidak dramatis. "Ya Allah, Dek. Lo mati apa gimana sih? Gue gedor-gedor dari tadi diem doang!"
"Sampe kering nih tenggorokan gue," lanjut Delvin sambil mengusap lehernya.
"Kenapa?" ulang Derland.
Bukannya langsung menjawab, Delvin malah berbelit-belit. "Kenapa-kenapa, lo 'kan yang masukin Derald ke dalam kulkas?!" tuduh Delvin tanpa basa-basi. Lagian siapa lagi yang akan melakukan hal itu jika bukan adik sialannya.
"Kenapa?"
Delvin berdecak. "Kenapa, kenapa, kenapa, lo ngga punya kosa kata lain?"
"なぜ?"
Delvin mengacak-acak rambutnya prustasi. Mengahadapi Derland memang harus mempunyai kesabaran setebal kamus. "Gue kagak ngerti! Ngomong ape lo?"
"Why?"
Delvin yang semakin kesal langsung memanggil bundanya, ini jurus terakhir ketika dirinya kalah berdebat dengan Derland. Cupu memang. "BUNDAAAA!! DERLAND NIH BUAT ULAH LAGI!!"
Mata Derland membulat seketika. "Cupu lo, bang!"
"Kenapa lagi?" Ferly datang menghampiri Derland dan Delvin.
"Ini Bun, Derland masa ngga mau ngaku kalau udah masukin si Derald ke dalem kulkas. Kasian tau, Bun, Derald kedinginan. Untung Delvin buka kulkas tadi, coba kalo ngga? Nanti dia mati kedinginan gimana?"
"Tinggal di kubur, ribet amat," sahut Derland.
"Lo ini tidak berperikemanusiaan banget."
"Dia kucing."
"Tuh, Bun, anak Bunda ngga punya hati."
"Kalo ngga punya hati, gue mati."
"Kan, Bun, Derland nge-"
"Udah, udah." potong Ferly. Ferly menghela nafas lelah. Dua anaknya ini memang selalu saja ribut pagi-pagi. Yang satunya banyak bicara, tukang ngadu. Yang satunya lagi cuek kaya batu.
Padahal jika dilihat secara umur, mereka ini sudah bukan anak SD lagi. Namun, sikap mereka sangat mencerminkan anak SD. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari mereka meributkan sesuatu yang tidak penting. Gimana ngga pusing menjadi seorang ibu seperti Ferly.
"Udah, Land. Minta maaf ke Abang," putus Ferly. "Kalau Derland mau minta maaf, masalanya selesai."
"Derland ngga salah," bantah Derland. Enak saja dirinya harus meminta maaf, ini kan terjadi karena ulah si Derald.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Petite Amie
Teen Fiction"Emang Om ngga malu pacaran sama anak SMP?" "Berhenti panggil gue 'Om', gue masih SMA!" © kimviitaelove, 2022.