#MLPA - 18. Bunga Matahari

223 10 0
                                    

“KAK AKBARRRR, BALIKIN SANDAL AKUUU!!!”

“Heh! Enak aja lo main nuduh-nuduh gue. Yang umpetin sandal lo itu bukan gue!” sewot Akbar tidak terima saat dirinya dituduh menyembunyikan sandal milik Naya.

“TERUS SIAPA?! HANTU?!” omel Naya melotot marah kearah Akbar, dengan kedua tangan yang ia taruh di pinggang.

Akbar menyentil dahi Naya pelan. “Ni bocil lama-lama makin songong, di ajarin siapa sih? Pasti di ajarin Derland.”

“Kata Kak Ason selagi songongnya sama Kak Akbar mah ngga papa.”

“Si anjing.”

“Kak Ason itu manusia, bukan anjing!“ sewot Naya. “Jadi dimana sendal aku?!”

“Ya Allah, harus berapa kali lagi gue ngulangin? GUE KAGAK TAU. Budek ya lo? Perlu gue anterin ke THT ngga?”

“Terus siapa lagi disini yang jail selain Kak Akbar? Kak Akbar kan temennya Kak Ason satu-satunya yang kayak setan.”

Akbar melotot. “MAKSUD LO?!”

“Ngga.”

“Yang umpetin sandal lo itu si Petra, anjingnya Eric noh.”

“Bohong.“

Tangan Akbar bersedekap. Menguras emosi juga bocilnya Derland yang satu ini. “Gue bilang jujur, disangka bohong. Yo wes kalo ngga percaya, karepmu wae lah.” kata Akbar yang diakhir kalimat menggunakan logat Jawa.

“Yaudah, aku percaya. Terus si Petra umpetin sandal aku dimana?”

“Tuh,” tunjuk Akbar menggunakan dagunya. Ia menunjuk kearah pohon rambutan yang ada di halaman belakang markas mereka.

“Ambilin.”

“Dih?” Akbar menaikkan satu alisnya. “Ora sudi!”

“KAKKK AKBARRRR!!”

“Dalem sayang..” lirih Akbar pelan, ia sudah merasa lelah menghadapi Naya sekarang.

“Siapa yang lo sebut sayang?”

Mampus.

Derland tiba-tiba saja datang dari arah dalam markas bersama Shaka dan Eric yang tampak baru bangun tidur. Derland dan Shaka baru saja datang karena habis membeli makan siang mereka, dan Eric yang terbangun dari tidurnya karena mendengar suara berisik yang ditimbulkan oleh Naya dan Akbar.

Naya berlari menghampiri Derland dengan air mata yang sudah tidak dapat dibendung lagi.

“Kak Akbar umpetin sandal aku.”

“Dibilangin bukan gue! Sandal lo dilemparin Petra kesana,” kata Akbar sambil menunjuk pohon rambutan itu lagi.

Derland menghela napas. Sepertinya membawa Naya ke markas adalah pilihan yang salah. Ia terpaksa membawa Naya ke markas karena dirumah sedang tidak ada orang, ia tidak mungkin meninggalkan Naya sendirian dirumah.

“Ambilin, Bar.” kata Derland.

“Ogah! Banyak semut gitu.”

“Yaudah, lo ngga dapet jatah makan siang.”

“Iya iya, ini gue ambilin!” ujar Akbar sambil menghentakkan kakinya kesal. Akbar memanjat pohon rambutan itu, mengambil sandal Naya dan langsung buru-buru untuk turun karena para semut sudah menyerbu dirinya. “Tega bener lo, Land, jadiin gue mangsa semut.” gerutu Akbar sambil melempar sandal Naya.

“Si Petra anjing!” geram Akbar.

“GUK... GUK... GUK...”

“Si Petra kan emang anjing, Bar.” ujar Eric sambil mengusap-usap kepala Petra.

My Little Petite Amie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang