#MLPA - 11. Pasar Malam

458 14 0
                                    

Di dalam sebuah ruangan bernuansa pink putih, seorang cewek dengan seragam putih biru menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia berguling ke kanan dan ke kiri untuk mencari posisi yang paling nyaman.

Bibirnya sedari tadi tak berhenti tersenyum. Apalagi saat mengingat-ingat tentang Derland. Wajah, suara, dan sikap cowok itu yang tidak bisa di tebak. Terkadang manis, tapi terkadang juga menyebalkan dan dingin.

Jantungnya selalu berdebar tidak karuan saat berdekatan dengan Derland, entah perasaan apa yang ia rasakan saat itu. Naya tidak mengerti. Sungguh.

Ting!

Tangan Naya terulur untuk mengambil ponselnya yang berada di atas bantal setelah mendengar notifikasi itu.

Perasaan senangnya tak terbendung lagi saat membaca pesan dari Derland.

Kak Ason :
Ke psr mlm nya jd?

Kanaya :
Jadiiiii

Kak Ason :
W jmpt jm 7

Kanaya :
Jam 7 apa? pagi?
siang? sore? malem?

Kak Ason :
Mlm

Masih tersenyum, Naya menggigit bibir bawahnya pelan mencoba menahan teriakan.

“Kanaya.”

“Kanaya.”

“Kanaya Sabhira Arshavina.”

“I-- iya, Bu?” Naya langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

“Dari tadi Ibu perhatiin, kamu senyum-senyum terus. Lagi bahagia ya? Sampai di panggil ngga denger.”

“Hehe...” Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tersenyum sambil menampilkan deretan giginya.

“Kenapa sih? Coba cerita, masa bahagianya ngga bagi-bagi sama Ibu?”

“Em, anu..” Naya terlihat ragu untuk menceritakan tentang Derland, karena ia takut Ibunya masih belum mengizinkannya untuk dekat dengan seseorang.

Di kepalanya, ia sedang merangkai kata yang baik untuknya bercerita agar tidak terjadi ke salah pahaman dengan ibunya. Dan juga memikirkan cara untuk izin nanti malam tanpa mengingat kembali trauma sang ibu.

Sang ibu yang seakan tahu dengan perasaan putrinya, beliau tersenyum hangat. “Derland, ya?”

Naya mengangguk pelan. “Ibu tau?”

Ibu masih menampilkan senyumnya, ia membelai rambut Naya lembut. “Apa sih yang Ibu ngga tau dari Kanaya,” ucap Ibu sambil terkekeh kecil. “Jadi kenapa?”

“Em.. Aku mau minta izin untuk pergi ke pasar malam bareng Kak Derland. Sebenernya aku yang paksa, soalnya kan aku udah lama ngga ke pasar malam. Ibu selalu ngelarang aku untuk pergi ke sana. Jadi, aku pikir selama ada yang nemenin aku ke pasar malam dan itu cowok kayaknya aman dan Ibu bakal ngeizinin.”

Naya menunduk setelah melihat raut wajah sang ibu yang berubah. “Jadi... Ibu izinin ngga? Kalo ngga, ngga papa kok. Nanti aku bilang ke Kak Derland untuk batalin,” kata Naya dengan cepat.

Satu menit berlalu, terjadi keheningan diantara ibu dan anak itu. Naya memberanikan diri untuk mendongak, menatap sang ibu. “Ibu...?”

Ibu menghela napas, ia mengangguk ragu sambil tersenyum tipis. “Iya, boleh. Asalkan jam 9 malam kamu udah harus ada di rumah lagi. Ibu ngga mau kejadian dulu terulang. Sekarang Ibu cuman punya kamu, Kanaya.”

My Little Petite Amie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang