“Kanaya!”
“Kanaya!”
“KANAYAAA!”
Derland merasa frustasi sekarang. Entah sudah berapa kali ia meneriaki nama Naya, tapi gadis itu tidak kunjung muncul. Setelah selesai telepon Derland langsung kembali ke tempat semula-- dimana Naya menunggu di depan penjual cilor dan sempol ayam-- namun, saat Derland kembali gadis itu sudah tidak ada. Entah kemana. Makanan yang gadis itu pesan pun masih belum di ambil.
Derland terus berlari menerobos orang-orang sambil terus meneriaki nama Naya.
“Angkat, please.” gumam Derland, berharap Naya akan mengangkat telponnya kali ini. Namun, sudah beberapa kali Derland telpon tidak kunjung diangkat juga sedari tadi.
“Lo kemana?! Arrghh!”
Cemas, khawatir, dan marah. Itu lah yang sedang Derland rasakan sekarang. Cemas dan khawatir pada kondisi Naya sekarang, ia takut kejadian dulu terulang kembali. Marah pada dirinya sendiri karena ia tidak bisa menjaga Naya dengan baik. Harusnya ia mengangkat telpon di dekat gadis itu saja, agar dia masih bisa menjangkau keberadaan Naya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan Naya masih belum ditemukan juga. Harus ia cari kemana lagi gadis itu?
“Kanaya...”
*****
“Kak Ason kemana...”
Dengan posisi jongkok dan menutupi wajahnya menggunakan boneka yang ia beli tadi, Naya terus menangis dengan harapan bisa bertemu kembali dengan Derland.
Tadi, saat Derland mengangkat telponnya Naya pergi sebentar untuk mencari sesuatu yang ingin ia berikan pada Derland. Hanya hadiah kecil sebagai tanda terimakasih karena Derland membuatnya senang malam ini. Dan ia di pertemukan dengan penjual boneka, penjual itu memajang boneka Squidward.
Naya berpikir Squidward dan Derland itu memiliki persamaan yang sama. Cuek dan menyebalkan, namun terkadang disaat tertentu mereka perhatian. Makanya ia langsung tertarik untuk membeli boneka itu. Namun, saat ia kembali ke tempat semula-- penjual cilor dan sempol ayam-- Derland sudah tidak ada disana lagi. Saat Naya bertanya tentang Derland pada kedua penjual makanan itu, keduanya mengatakan jika Derland sudah pergi beberapa menit yang lalu sebelum Naya datang dan tidak tahu pergi ke arah mana karena tidak memperhatikan arah Derland pergi.
Sialnya, Naya lupa membawa handphone. Handphone nya tertinggal di kamar karena sedang di isi daya.
Naya menyesal. Harusnya ia menuruti perintah Derland untuk tetap berada di sana. Harusnya ia menurut untuk tidak pergi kemanapun dan menunggu Derland menyelesaikan urusannya.
Naya memukul kepalanya sendiri dengan kesal. “Naya bodoh!”
Sekarang Naya tidak tahu dirinya ada dimana, ia telah keluar dari area pasar malam karena Naya berpikir Derland telah pulang meninggalkannya. Ia tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi. Naya takut.
Tiba-tiba ada cahaya lampu dari mobil yang menyoroti wajahnya. Mobil itu berhenti tepat di depan Naya, membuat Naya menjadi was-was sendiri karena jalanan yang begitu sepi.
“Kanaya!”
Seseorang keluar dari mobil dengan tergesa-gesa dan langsung memeluk Naya.
“Kak Ason...?” cicit Naya pelan.
Derland menangkup wajah Naya dengan satu tangan yang masih memeluk gadis itu. “Lo baik-baik aja?”
Naya mengangguk pelan. “Aku takut. Maaf, Kak.. aku ngga nurut..” ucap Naya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Petite Amie
Teen Fiction"Emang Om ngga malu pacaran sama anak SMP?" "Berhenti panggil gue 'Om', gue masih SMA!" © kimviitaelove, 2022.