#MLPA - 05. Berangkat Bareng

463 18 0
                                    

"Huh! Kenapa rantainya harus putus, sih?! Bisa-bisa aku ngga dapet gerbang lagi," gerutu Naya seraya mendorong sepedanya yang tidak dapat di naiki. Bengkel sangat jauh dari sekitaran sini, jadi Naya tidak bisa membawa sepedanya ke bengkel dahulu.

"Coba aja ya, tadi aku terima tawaran Maira untuk nebeng. Pasti ngga akan kayak gini," sesal gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Saat tadi sebelum berangkat, Maira memang sempat mampir kerumah Naya untuk menjemput anak itu. Maira tidak tega jika harus melihat Naya terlambat lagi karena sepedanya yang sering somplak. Entah itu ban sepedanya bocor, atau rantainya putus-- seperti sekarang.

Tin! Tin!

Mendengar suara klakson motor, Naya jalannya semakin menepi. Siapa sangka jika motor itu malah berhenti di depannya, membuat Naya reflek mengerem mendadak.

Gadis itu mendengus kesal. "Jalanan masih luas ya, Kak! Ngga usah ngehalangin jalan aku!"

Orang itu turun dari motornya lalu melepaskan helm yang dia pakai. "Sepeda nya kenapa?"

"Kak Ason?"

Derland mendengus kesal saat Naya masih memanggilnya dengan sebutan itu. "Sepeda nya kenapa?" tanya Derland sekali lagi.

"Rantainya putus," jawab gadis itu.

"Ikut sama gue aja, dari pada nanti lo telat lagi."

"Terus sepeda aku gimana?"

"Nanti gue telfon kenalan gue buat bawa sepeda lo."

"Mau di kemanain? Sepeda aku ngga akan di rongsok kan?"

"Kalau iya kenapa?"

"Kak Ason!" Naya menghentakkan kakinya ke tanah, lalu mengerucutkan bibirnya. "Itu sepeda aku satu-satunya!"

Sudut bibir Derland terangkat keatas. "Ya di bawa ke bengkel lah."

"Beneran ngga papa?"

"Hm."

"Kalau misalkan kakak yang telat gimana?"

"Ngga akan."

"Tapi..."

"Ngga usah buang-buang waktu, lo mau telat?"

"Aku pake rok, nanti--"

Derland langsung melepas jaket yang ia kenakan lalu memakaikannya pada pinggang Naya.

Speechless. Naya melongo dengan tindakan Derland barusan.

"Jangan pake rok ini lagi, udah kecil." kata Derland memperingati, lalu memakai helm nya setelah itu naik ke motornya. "Naik."

"Aku... ngga bisa, motornya ke tinggian..." ucap gadis itu sambil menundukkan kepalanya.

Derland menyentil dahi gadis itu yang membuat Naya meringis pelan, mengusap-usap dahinya.

"Belum di coba udah bilang ngga bisa."

"Emm... Aku boleh pinjem pundak kakak buat naik ke motornya?" tanya Naya dengan sangat hati-hati.

"Hm."

"Makasih, Kak."

Kedua tangan Naya memegang pundak Derland sebagai tumpuan. Hampir saja Naya naik ke motor Derland, namun saat itu juga kakinya tiba-tiba terpeleset tanpa sebab.

"Hati-hati," gumam Derland memegangi pinggang Naya dengan satu tangan. Untung saja Derland cekatan, kalau tidak Naya pasti sudah jatuh.

Naya terdiam. Astaga, ini kenapa perasaan aku jadi kayak gini?!! Batin Naya menjerit.

My Little Petite Amie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang