43|IFT

13.9K 612 32
                                    

Note: Baca ulang part sebelumnya biar nggak lupa sama jalan ceritanya.

~Happy Reading~

••🦋••

Ibu hamil itu sedang duduk di teras rumahnya dengan sebelah tangan yang terus mengelus perut bulat besarnya. Kata dokter, kira-kira sekitar dua Minggu lagi Alodie bisa melahirkan. Itu pun hanya perkiraan dokter saja, bisa jadi juga Alodie melahirkan sebelum dua Minggu itu.

"Anak Mama makin gede ya." Alodie terkekeh lucu saat mendengar dirinya menyebut nama panggilannya dengan sebutan 'Mama'. Rasanya Alodie masih belum menyangka, sebentar lagi statusnya akan berubah, dari seorang gadis pelajar menjadi seorang ibu yang sudah mempunyai anak. Ternyata takdir merubahnya secepat itu.

"Yang sehat-sehat ya di dalam, jangan nakal," sambungnya menampilkan seulas senyuman tipis di bibirnya.

"Nih, seblak lo!" Tirta tiba-tiba datang dan langsung duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sebungkus seblak pesanan Alodie.

Tadi memang benar Alodie mengidam menginginkan makan seblak yang super duper pedas katanya. Dan jadilah Tirta yang menjadi sasaran babunya. Kebetulan siang ini orang tua Alodie sedang tidak ada di rumah, Kenzo pun sedang quality time bersama pacarnya.

"Thank you, Sayang." Dengan sumringah Alodie langsung mengambil bungkus seblak itu. Di lihat dari luarnya saja sudah menggugah selera, apalagi melihat isi di dalamnya. Alodie jadi tidak sabar untuk melahapnya.

"Jijik tau nggak!" ketus Tirta memasang wajah masamnya.

"Baperan amat lo jadi cowok. Gue tadi manggil lo sayang karena cuma refleks aja," jelas Alodie supaya Tirta sadar.

"Tetap aja gue jijik," balas Tirta.

Alodie melirik cowok itu sinis, lalu kembali mengaduk-aduk seblak yang sudah ia tuangkan ke dalam mangkuk. "Bodo amat, nggak peduli juga."

Kemudian Tirta beranjak dari duduknya. Entah kenapa Tirta jadi ke pengin merasakan seblak yang Alodie lahap sekarang. Sepertinya kelihatan enak sekali, dan juga Alodie makannya begitu lahap bahkan tidak peduli lagi dengan keberadaannya di sini. "Gue mau pulang dulu, ada urusan soalnya," ucap Tirta hendak langsung segera pergi dari sana. Namun, Alodie lebih dulu menahannya.

"Kok nggak pedas sih seblaknya?" protes Alodie tidak terima.

"Ya iyalah, lo tuh lagi hamil besar, kasihan sama anak lo kalau lo makan pedas-pedas!" sahut Tirta tidak habis pikir dengan jalan pemikiran sahabatnya itu.

Alodie mencerut sebal mendengarnya. "Cih, ya udah sih biasa aja nggak usah ngegas!"

"Lo juga ngegas tolol!" semprot Tirta kesal.

"Udah sana pulang, eneg gue lihat lo lama-lama di sini, bikin darah gue naik aja!" Sudah di kasih yang baik-baik, bukannya berbalas baik malah sebaliknya. Dasar Alodie.

"Kampret lo! Awas aja kalau ntar lo minta bantu gue lagi, nggak akan mau gue bantuin lo lagi!" Sehabis mengatakan itu Tirta langsung melengos pergi begitu saja yang tentunya masih dalam keadaan kesal sekaligus marah.

Alodie? Salah kalau kalian ngira anak itu akan menghentikan langkah kaki Tirta dan meminta maaf pada cowok itu. Justru ia malah mencibir lalu melanjutkan acara makannya.

Lima menit berikutnya Alodie telah menghabiskan seblaknya tadi tak tersisa. Namun, Alodie masih belum merasakan kenyang, seblak satu bungkus tadi sangat kurang untuknya. Mau membeli lagi tidak bisa, kalau menyuruh Tirta lagi pasti cowok itu jelas tidak mau lagi.

"Awshh, sakit..." Tiba-tiba Alodie merasakan nyeri di perutnya. Rasa kram itu kembali datang. Hampir setiap hari Alodie selalu merasakan hal sakit ini, rasanya Alodie sudah muak. "Sa-sakit..."

Karena tidak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya, Alodie secara refleks menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Rasa sakitnya kenapa semakin besar? Sebelum-sebelumnya Alodie tidak pernah merasakan kram di perutnya sesakit ini.

"To-tolong.... Sakit...." Air matanya keluar tiba-tiba tanpa permisi. Sebelah tangannya meremas kuat perutnya seolah menyalurkan rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Tanpa disadari di depan sana ada seorang pemuda laki-laki yang tak sengaja melewati halaman rumahnya. Sontak laki-laki tersebut menepikan motornya saat irisnya tak sengaja melihat objek yang sangat ia kenali.

Lalu tanpa berlama-lama lagi, laki-laki itu langsung berlari menerobos masuk untuk menghampiri Alodie yang masih belum menyadari kehadirannya. "Alodie! Lo kenapa?" tanyanya panik.

Dengan kedua bola mata yang sayu, Alodie menoleh melihat siapa yang datang membantunya. "G-ghaza... sakit... perut g-gue sakit, Za."

"Lo mau lahiran?" tanya Ghaza.

MOHON MAAF!

⚠️SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN⚠️

UNTUK BISA MEMBACA KESELURUHAN ISI CERITA, BISA DI DAPATKAN DI VERSI NOVEL!

INTERESTING FAIRY TALE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang