Daegu, 3 am
Seorang pria bermarga Lee terduduk di kursi taman sendirian. Semilir dinginnya angin pagi dini hari membuat sekujur tubuhnya bergidik kedinginan. Surai kecoklatan miliknya pun kini sudah berantakan karena diterpa angin kencang.
Sudah dua jam lebih dia terduduk disana, menunggu seseorang yang tak kunjung datang memperlihatkan batang hidungnya. Dia Lee Minhyung, sedang menunggu gadisnya dengan harap-harap cemas.
Beberapa menit kemudian, matanya menangkap siluet seseorang wanita menghampirinya. Ah rupanya itu dia seseorang yang sedang dia tunggu kehadirannya telah datang. Minhyung berlari dan memeluk serta mencium sang gadis, dia sangat sangat merindukan gadisnya.
"Yeji. Aku tau kau akan datang. Aku tau kau akan meninggalkan rumah Papa mu demi diriku." Minhyung memandang gadisnya lekat, merenggangkan pelukannya sedikit, memberikan senyum teduhnya pada Yeji.
Gadis itu balas menatap lekat presensi pria ber-rahang tegas dihadapannya. Netranya sedikit berkaca-kaca, membuat lelaki didepannya terheran-heran.
"Minhyung.. kau salah paham, aku bukan meninggalkan Papa ku. Tapi aku yang akan meninggalkan dirimu. Aku tidak bisa meninggalkan keluargaku." Ujarnya lugas.
Minhyung melepaskan pelukannya, tubuhnya melemas mendengar kata-kata yang dilontarkan Yeji kepadanya. Namun Minhyung tersenyum kemudian, mungkin.. Yeji sedang bercanda lagi. Kemudian diusapnya sayang rambut hitam nan panjang milik Yeji yang terurai indah.
"Kau bercanda lagi?" Minhyung menatap tepat pada manik mata cantik itu.
Dan gadis yang menjadi kekasihnya itu menghentikan tangan yang mengelus surai hitamnya.
"Aku sedang tidak bercanda Minhyung." Ujarnya serius.
"Aku menuruti permintaan Papa ku, Minhyung. Aku akan menikahi laki-laki pilihan Papa." Kini Yeji berputar, dan membelakanginya.
Tatapan laki-laki itu menyendu, kemudian dia peluk gadisnya dari belakang, mencium pundak sempitnya.
"Lalu bagaimana dengan janji yang sudah kau buat padaku ha?"
Gadis bermarga Hwang itu melepas pelukan Minhyung, berputar menghadap pria itu lagi.
"Minhyung. Orangtuaku sudah lebih dulu ada didalam kehidupan ku, sebelum aku mengenal dirimu. Aku sudah lebih dulu berjanji pada mereka dibandingkan dengan dirimu. Janji seorang anak yang akan di berikan pada orangtuanya. Dan aku akan memenuhi janji itu." Yeji menghela nafasnya pelan, dan setetes liquid bening jatuh ke pipinya.
"Aku akan melakukan apapun yang mereka perintahkan."
Rahang Minhyung mengeras, tangannya pun mengepal kuat. Dia memberi jarak diantaranya dengan Yeji.
"Apa kau juga perlu untuk meminta ijin pada orangtuamu untuk jatuh cinta kepada ku hah?" Nada suara Minhyung terdengar meninggi.
"Kenapa kau sangat egois?"
"Katakan saja yang ingin kau katakan! maki aku sesuka hatimu! Tapi aku akan tetap memilih jalan yang dipilih orangtuaku. Bahkan jika jalan pilihannya membuatku mati sekalipun, tetap akan kuturuti perintah mereka."
"Kalau begitu lebih baik kau mati saja, dan bunuh dirimu sendiri. Dan kau tak perlu menerima perjodohan itu."
Yeji menelan ludahnya kasar. Tidak menyangka dengan jawaban dari pria yang sudah dia kenal selama setahun lebih itu. Netranya meneteskan setetes airmata lagi, tapi kemudian dia hapus cepat, mencoba tegar.
"Jika hal itu tidak membuat orangtua ku sakit hati, maka akan kulakukan. Tapi hal itu akan malah semakin menyakiti hati mereka. Aku harus hidup Minhyung, sekalipun aku akan mati nantinya."
Tatapan Minhyung semakin menyendu, "Ya, kau memang harus hidup Yeji, dan aku yang akan mati!"
Yeji mendongakkan kepalanya, dia diam tak memberi reaksi. Memilih mendengarkan seksama untaian kata demi kata yang diucapkan pria itu dihadapannya. Karena mungkin kata-kata ancaman Minhyung hanyalah untuk menggertak saja.
"Aku tidak bisa hidup tanpa mu Yeji! Aku tidak bisa!" Minhyung memeluk Yeji erat, seakan tak membiarkan sang gadis untuk pergi meninggalkan dirinya."Tolong pikirkan apa yang akan terjadi padaku, jika kau pergi dari hidupku. Kau tidak bisa melakukan ini padaku Yeji!" Teriaknya parau.
"Minhyung... Jika sebuah hubungan berakhir, bukan berarti kehidupan juga akan berakhir. Lupakan aku! dan mulailah hidup yang baru!" Yeji merenggangkan pelukan dan beralih menangkup rahang tegas milik Minhyung.
"Tanpa dirimu?"
"Ya. Tanpa diriku. Pasti akan lebih baik jika tanpa diriku."
"Jadi? Kau bersungguh-sungguh dengan keputusanmu? Kau akan menghancurkan diriku!" Minhyung memundurkan langkahnya, berharap Yeji akan memikirkan kembali perkataannya.
"Dengar Hwang Yeji! Aku tak akan membiarkanmu pergi begitu saja! Aku akan menghancurkan pernikahanmu! Akan kuhancurkan hidup orangtuamu! Akan kuhancurkan semua orang yang sudah mengambilmu dariku!!" Ujar Minhyung menggebu-gebu.
Suasana malah semakin memanas, nampaknya dinginnya angin pagi dini hari ini tidak dirasakan oleh kedua insan manusia itu.
Yeji menggelengkan keras dan meremat erat bahu lebar Minhyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Romance || YeonJi
Fanfiction(On Going & Slow Update) Kisah cinta seorang Choi Yeonjun selalu berakhir miris. Dalam hubungan percintaannya selalu saja di hadiri oleh orang ketiga. Bahkan terhitung sudah empat kali hubungannya selalu berakhir dengan cara yang sama. Karena orang...