03. Diculik

31.1K 1.6K 47
                                    

"Eughhh." Lenguhan seorang gadis terdengar membuat seorang pria yang kini duduk tepat di pinggiran kasur menoleh menatap gadis itu.

Gadis itu adalah Haura. Ia membuka matanya dengan perlahan lalu berusaha menyesuaikan arah pandanganya.

Betapa terkejutnya ia saat melihat seorang pria yang tak asing sudah setia duduk di sampingnya.

Pria itu nampak tersenyum menyeringai. Tangannya pun bergerak untuk mengelus rambut Haura dengan penuh kelembutan. Dia Nataniel.

"G-gue di mana?"

"Lo ngapain di sini? Jangan bilang lo yang bawa gue ke sini?"

Nataniel hanya tersenyum menanggapinya. Memang benar jika dirinya yang membawa Haura ke sini, tepatnya keduanya tengah berada di kediaman keluarga Smith.

Bagaimana bisa Nataniel dengan mudahnya membawa Haura ke kediaman keluarganya? Tentu karena mamanya sedang berada di luar negeri mengerus bisnis di sana, sedangkan papanya sudah meninggal sejak dirinya berumur 10 tahun, dan hanya menyisakan para maid saja.

"Iya, gue Nataniel, gue emang sengaja bawa lo ke sini."

"Kenapa, hm? Gak suka?"

Haura mendesis kesal. Berani sekali lelaki itu menculik dirinya. Jika papanya tahu, habis sudah pria itu dihajar oleh papanya.

Haura segera menepis kasar lengan Nataniel yang sedari tadi masih mengelus rambutnya. "Gue mau balik."

Pria itu menatap Haura sengit. "Silahkan."

Haura menyibakkan selimutnya yang semula menutupi tubuhnya. Pandangannya turun pada leher dan bahu, dan betapa terkejutnya ia tatkala mendapati luka sayatan di bahunya juga bekas kiss mark di lehernya. Sial! Apakah ini ulah Nataniel?

Pria itu tersenyum bangga dengan hasilnya. Ukiran sayatan serta bekas kissmark ulahnya itu begitu indah dipandang.

"I-ini apa?" tanya Haura yang masih tak percaya dengan apa yang ia dapatkan di leher dan bahunya.

"Hanya memberi tanda kepemilikan," balas Nataniel disertai kekehannya.

Gadis itu bangun terduduk lalu tangannya refleks menampar pipi lelaki itu.

Plak

"Brengsek lo! Berani banget lo nyentuh gue!" sungut Haura dengan mata yang menatap Nataniel dengan penuh kebencian.

Seketika raut wajah pria itu berubah menjadi datar serta tatapan elangnya yang tajam menatap Haura dengan tatapan menusuk tajam.

Ia mendekat pada gadis itu lalu tangannya mencengkram kuat rahang gadis itu.

"Udah berani lo sama gue, hm?"

"Emang sejak kapan gue takut sama lo, hah?!" balasnya dengan nada yang sedikit tinggi.

Haura spontan mencekal lengan Nataniel tatkala cengkraman di rahangnya semakin mengerat.

"L-lepasin g-gue, brengsek!"

"G-gue mau pulang," sambungnya.

"Dengan keadaan lo yang kayak gini? tanya Nataniel dengan tersenyum smirk.

Haura tertegun. Benar juga, jika ia pulang dengan keadaan seperti ini, ayahnya pasti akan khawatir padanya. Namun jika ia tidak pulang, ayahnya pasti akan semakin mengkhawatirkannya.

Haura melepas paksa cengrakam di rahangnya lalu menatap Nataniel dengan sengit.

"Pinjem ponsel lo," ketusnya.

Tanpa pikir panjang Nataniel mengeluarkan sebuah ponsel yang terlihat baru dari dalam sakunya lalu memberikannya pada Haura. Itu bukan ponselnya, tetapi itu adalah ponsel yang baru saja ia beli, dan memang khusus untuk Haura.

Haura berniat menghubungi ayahnya. Mungkin saat ini ia tidak pulang dahulu ke rumah, biarkan saja hari ini ia menginap di rumah pria itu.

"Halo, Ayah."

"Halo sayang, kamu kemana aja, nak? Ayah cari di kamar kok gak ada?"

"Malam ini aku nginep di rumah Liona, Yah. Maaf ya baru bisa ngabarin."

"Oh begitu, ya sudah tidak apa."

"Maaf ya sayang, Ayah jarang sekali berada di rumah, pasti kamu kesepian."

Haura terdiam sejenak. Ia berusaha memaksakan senyumnya. "Gakpapa, lagian Liona juga sering kok nginep di rumah, jadi jangan khawatir, Yah."

"Baguslah kalo begitu."

"Haura," panggilnya.

"Iya?"

"Sebelumnya Ayah minta maaf harus bilang ini sama kamu, besok Ayah akan berangkat ke luar negeri buat ngurus bisnis Ayah yang ada di sana. Kamu gakpapa Ayah tinggal?"

Haura tersenyum miris. "Gakpapa, Yah." Lagian udah biasa, lanjutnya dalam hati.

Haura menoleh menatap Nataniel yang juga tengah menatapnya dengan lekat. Rasanya ia ingin sekali ia menangis saat ini juga, tetapi ia tak ingin disebut lemah oleh pria itu.

"Ayah hati-hati, ya."

"Tentu sayang, kamu ingin Ayah belikan apa nantinya?"

"Pengen Ayah pulang dengan selamat, itu aja udah cukup, Yah."

"Kamu memang mirip sekali dengan bundamu sayang. Ya sudah kalo begitu Ayah tutup dulu, ya. Kamu istirahat gih, good night my princess."

"Iya, Ayah. Night too."

Tut

Setelah sambungan terputus, barulah Haura memberikan ponsel itu kembali pada sang empu.

"Puas lo udah bikin gue jadi gak bisa ketemu bokap, hah?!" sungutnya seraya menatap Nataniel dengan sorot mata yang tajam. Namun, Nataniel hanya melihat sorot mata kepedihan di sana.

Jujur saja, saat ini ia sungguh membenci pria itu. Karena luka sayatan serta kissmark yang diberikan oleh lelaki itu, ia jadi tak bisa pulang dan menemui ayahnya dengan keadaan seperti itu.

Pria itu hanya terdiam tanpa mau membalas ucapan gadis itu.

"Simpen aja, ini handphone buat lo, isinya cuma ada nomor gue sama nomor bokap lo."

"Inget, jangan pernah masukin nomor cowok lain selain gue sama bokap lo."

"Buruan tidur, gue temenin."

Haura hanya bisa mendengkus kesal. Ingin sekali ia protes. Namun, ia sedang tidak ingin debat. Hatinya pun perlu istirahat. Jujur saja ia sedih karena ayahnya jarang sekali ada di rumah, pria itu memang gila kerja. Namun, ayahnya itu masih memperhatikannya dan selalu menanyakan kabarnya meski hanya lewat telepon.

Gadis itu memutuskan untuk tidur kembali lalu menarik selimut hingga sebatas dada. Ia memilih tertidur menyamping membelakangi Nataniel.

Nataniel menyender punggungnya pada kepala ranjang lalu menoleh ke samping, terdapat Haura yang tertidur membelakanginya.

Diusapnya rambut surai hitam itu olehnya. "Jangan pelukan lagi sama cowok lain," ujarnya dengan suara rendahnya hingga Haura yang memang belum tertidur pun bisa mendengarnya meski samar-samar.

"Hah?"

Sedetik kemudian usapan di rambut gadis itu terhenti. Dengan cepat Nataniel menurunkan tangannya lalu berdehem pelan. "Tidur, Haura."

TBC

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang