16. Mood yang berubah-ubah

14.5K 713 40
                                    

Haura tertidur dengan membelakangi Nataniel. Pria yang kini resmi menyandang status sebagai kakak lelakinya menggeram seakan tak suka diabaikan.

Ia menarik tubuh Haura agar gadis itu mau menghadapnya. Setelahnya ia menaruh kepalanya di atas dada gadisnya dengan sesekali mendusel membuat Haura terpaku. Rasanya banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

"Gue gak suka di diemin," gerutunya membuat Haura gemas sendiri dengan sikap manja Nataniel. Ini memang pertama kalinya Nataniel bersikap manja padanya, entah apa yang terjadi pada lelaki itu.

Sebenarnya Haura kesal dengan Nataniel. Karena lelaki itu dirinya dipulangkan dari rumah sakit dan tak bisa melihat wajah tampan sang dokter yang merawatnya. Nataniel membawanya pulang dan memilihnya di rawat di rumah, padahal dirinya masih ingin berada di rumah sakit, jika perlu menginap pun tak apa asalkan ada dokter tampan itu yang setia menjaganya, juga merawatnya.

"Gue masih marah ya sama lo!" desis Haura berusaha menyingkirkan kepala Nataniel yang berada di atas dadanya.

"Baby-nya jadi gak, ya?" gumam Nataniel hingga Haura dapat mendengarnya meskipun hanya samar-samar.

"Hah? Lo ngomong kagak jelas anjir!"

Nataniel merubah posisinya memilih untuk berbaring di samping gadisnya lalu mendekap tubuh Haura seraya menenggelamkan wajahnya diantara lipatan ceruk leher gadisnya, dengan sesekali ia menjilat leher gadisnya sensual membuat Haura terangsang. Entah mengapa kini Haura mudah terangsang.

"Emhh," desahnya tak tertahan.

Haura membalas pelukan lelaki itu dengan erat.

"Ngantuk, El."

Nataniel mengecup sekilas leher gadisnya membuat tubuh Haura meremang.

"Tidur aja sayang."

"T-tapi lo jangan grepe-grepe gue," ujar Haura sedikit gugup.

"Gak bakal, gue bisa grepe-grepe janda."

Sedetik kemudian mata gadis itu berkaca-kaca menandakan bahwa sebentar lagi tangisnya akan pecah.

Melihat Haura yang hanya terdiam membuatnya mendongak menatap gadisnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat Haura yang mencebikkan bibirnya ke bawah, bahkan kini matanya sudah berair juga air mukanya sudah memerah dan bersiap akan menumpahkan tangisnya saat itu juga.

Tangannya terangkat untuk mengelus lembut pipi Haura yang sedikit berisi seraya menatapnya teduh. "Bercanda sayang, kok sedih sih."

Nataniel sedikit heran saat Haura yang sedikit berbeda dari biasanya. Gadis itu mudah sekali menangis karena hal kecil, juga sering marah, itu membuatnya frustasi jika gadisnya marah padanya.

"Lo beneran mau grepe-grepe janda?"

"Mentang-mentang janda lebih montok dari pada gue gitu?" ujarnya dengan bibir yang bergetar menahan isak tangisnya.

Lelaki itu tertegun. Bisa-bisanya Haura menanggapi candanya dengan begitu serius. Ia tak mungkin mau dengan janda, lebih mending Haura lebih menggoda, tentu ia lebih menyukai gadisnya. Membayangkan fantasi liarnya tepat di mana ia menyetubuhi Haura kala itu membuat adiknya bangun saja.

"Ra, gue pengen," ujarnya merendah.

"Akhh gak kuat Ra, gue ke toilet dulu."

Nataniel beranjak dari kasur berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. Tidak mungkin juga ia menyetubuhi Haura untuk yang kedua kalinya.

Melihat itu membuat Haura cengo. Air matanya luruh begitu saja saat Nataniel meninggalkannya begitu saja.

"Huaaa jahat banget hiks!"

"El jelek! Mukanya mirip monyet!"

"Jahat hiks ... hiks ..."

Mendengar isak tangis gadisnya membuat Nataniel bimbang. Ia masih harus menuntaskan hasratnya, tak mungkin jika ia harus keluar sebelum mencapai pelepasannya.

"SEBENTAR SAYANG!" pekiknya dari dalam kamar mandi.

"Shit! Ini sungguh nikmat," lirihnya seraya mendongak.

Gadisnya memang bisa membuatnya gila saja. Rasanya ia menginginkan Haura lagi.

Tak berselang lama Nataniel keluar dari dalam kamar mandi. Di atas kasur terdapat Haura yang ternyata sudah terlelap, begitu cantik dan damai.

Ia melangkah menuju tempat tidur lalu ikut membaringkan tubuhnya tepat di samping gadisnya. Ia menarik tubuh gadisnya ke dalam dekapannya lalu mengelus lembut rambut Haura dengan lembut.

Ia mengelus lembut pipi gadisnya lalu mengecup seluruh inti wajah gadisnya hingga berhenti di bibir ranumnya. Ia mulai menciumnya dan melumatnya penuh kelembutan, lalu beralih untuk mengecup puncuk kepala gadisnya cukup lama.

"I love you, Haura."

"Maaf," ujarnya benar-benar merasa bersalah karena 2 hari yang lalu ia sudah merenggut mahkota gadisnya. Ia akui memang benar dirinya adalah lelaki brengsek yang tega merusak gadis yang ia cintai, gadisnya sekaligus adiknya sendiri.

Adik? Ah lucu sekali, bahkan ia sama sekali tidak menganggap Haura sebagai adiknya, tetapi calon ibu dari anak-anaknya.

Kehadiran Haura benar-benar merubah kehidupannya yang gelap. Sejak adanya Haura yang masuk ke dalam kehidupannya, ia tidak lagi membunuh. Namun, tetap saja jiwa psychopath-nya tetap melekat dalam tubuhnya. Perihal melukai seseorang, ia akan tetap melakukannya. Misalnya Haura, itu juga karena gadisnya yang pembangkang.

TBC

Vote juseyo^-^

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang