34. Ending yang sesungguhnya

12.6K 551 52
                                    

Haura menggeleng ketika Alice hendak menyuapkan sesendok makan bubur pada mulutnya.

"Makan dulu, Nak. Ayo, kamu harus makan biar bisa cepat sembuh," ujar Alice dengan lembut

"Haura jangan gini dong, lo harus kuat, Ra," ujar Liona merasa sedih melihat Haura yang Yanga terdiam enggan makan dengan tatapan mata yang terus menatap kosong ke depan.

"Dia udah gak ada, Ona. Gue gak tau harus gimana."

Pintu ruangan terbuka memperlihatkan Bagas yang baru saja masuk dengan William.

"Ra, di luar ada Nataniel," kata Bagas membuat Haura menyahut tanpa menoleh. "Gue belum siap ketemu sama, El."

Haura menyalahkan dirinya sendiri atas insiden kemarin yang menyebabkan janin dalam perutnya tiada.

"El pasti kecewa sama gue," lirihnya menahan kuat isak tangisnya.

Jika teringat kejadian malam itu, ia selalu merasa bersalah.

Untuk kali pertamanya setelah terbangun dari pingsannya, Haura menoleh pada kedua orang tuanya. "Ayah, bunda. Maaf, Maafin Haura. Haura gagal jadi jaga dia."

Detik selanjutnya, tangisan Haura pecah membuat Ilona ikut menangis dan memeluk sahabatnya.

"Jangan terus berlarut dalam kesedihan, Nak. Ini semua takdir, kamu sudah berusaha semampu kamu, Haura. Kamu gak gagal," ujar sang bunda seraya mengusap rambut Haura lembut.

Haura terisak hebat di dalam pelukan Liona. Liona pun semakin terisak merasa sedih melihat kondisi Haura yang sangat memprihatikan. Terlebih lagi Haura terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi.

Setelah tangisan keduanya mereda, barulah Liona mengurai pelukannya dengan Haura memberikan kesempatan William mendekat pada Haura.

"Kamu gak perlu nyalahin diri sendiri, cukup terima keadaan karena semua ini sudah takdir, Nak."

"Mau, ya temuin El?"

Akhirnya Haura mengangguk membuat mereka tersenyum.

Di sisi lain tepatnya di luar ruangan Haura, terdapat Nataniel yang mengusap wajahnya gusar merasa frustasi karena Haura tak mau menemuinya.

Bisa saja ia menerobos masuk ke dalam ruangan. Namun, ia sedang tak ingin memperkeruh suasana. Biarlah ia menunggu di sini sampai Haura mau bertemu dengannya dan membiarkan masuk ke dalam sana.

Nataniel memang sempat pingsan dan ditangani dokter. Namun, tak lama setelahnya Nataniel siuman, pemuda itu dan bergegas mencari keberadaan Haura. Namun sayangnya, kabar buruk sampai ditelinganya membuatnya terkejut. Calon bayinya sudah tiada karena terkena pukulan Helen, ditambah lagi terkena benturan keras di sudut tangga, terlebih lagi Haura tak mau menemuinya.

Tak lama Bagas keluar dari dalam ruangan lalu menghampirinya membuatnya mendongak.

"Haura mau ketemu sama lo."

Setelah mendengar hal itu, Nataniel bergegas masuk ke dalam meninggalkan Bagas yang kini mendengkus kesal.

"Dasar," desis Bagas lalu memilih ke luar mencari makanan.

Air mata Haura kembali menetes ketika melihat kedatangan Nataniel. Rasa bersalahnya malah semakin menjadi, lantaran Nataniel dulu begitu menginginkan dirinya hamil anaknya.

Grep

"Maaf El." Tangisan Haura kembali pecah ketika Nataniel memeluknya.

"Gakpapa, gak perlu nyalahin diri sendiri, ini bukan salah lo."

"Jangan nangis," lirih Nataniel merasa sesak di dadanya ketika mendengar tangisan pilu gadisnya.

Haura semakin membalas pelukan Nataniel tak kalah erat dan terisak hebat di dalam dekapan Nataniel.

My Psychopath Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang